Chapter 20. Kerja Kelompok

116 67 512
                                    

Happy Reading🌾

Menyatukan dan menyelaraskan dari banyak pemikiran orang itu tidak mudah.
Apalagi orang itu tidak menyukai kita,
Maka apapun pemikiranku akan dianggap salah!

~Gabera Anjana

***

"Lo banci atau gimana Fat?" tanya Bara sengit.

"Apa bedanya gue sama lo Bar?" jawab Fathan dengan menanyakan balik, menatap lebih sinis ke arah Bara.

"Maksud lo apaan Fat?" tanya Bara dengan raut tidak mengerti atau pura-pura bodoh.

"Ck! Nggak usah pura-pura bodoh gue masih lebih baik dari lo Bar! Apa perlu gue ingetin sifat banci lo, yang udah nonjok Gabera," ujar Fathan dengan nada sinis. "Banci? Predikat itu lebih cocok di diri lo ketimbang gue! Gue dorong Elina karena dia udah nggak punya otak, dimana Gabera lagi tidur dia maksa bangunin, benci boleh tapi tahu diri juga," lanjut Fathan sarkas.

"FATHAN!" teriak Bara yang tidak terima.

"Kenapa nggak terima?" tanya Fathan menantang.

Tiba-tiba ada petugas PMR yang datang menghentikan aksi perkelahian Fathan dan Bara, "Mohon maaf, ini UKS tempat orang sakit bukan ring atau ruang untuk berkelahi. Jika ingin berkelahi silahkan lanjutkan di luar, jangan menganggu kenyamanan anak yang sedang beristirahat," jelasnya.

Bara keluar UKS dengan perasaan kesal, menatap Fathan dengan perasaan amarah seakan-akan dia ingin menonjok Fathan secara habis-habisan, disusul  oleh Elina dan teman-temannya. Fathan melihat Gabera begitu tertidur pulas, guncangan, teriakan, bahkan itu tak mengganggunya.

Apakah dia benar-benar lelah?

Fathan langsung meninggalkan UKS, kali ini Fathan tidak kembali ke lapangan melainkan ruangan CCTV.

⊹ฺ  ਊ ⊰⊹ฺ

Sampai di ruangan CCTV, dimana banyak komputer yang berjajar bahkan ada yang tertempel di dinding. Ada lima kursi yang letaknya berdampingan dengan dijaga oleh keamanan atau pemantau yang bernama Pak Aris. Fathan mulai mencoba berbicara kepada petugas atau pemantau yang berada di ruangan CCTV, "Ada yang bisa Bapak bantu dek?" tanyanya.

"Pak, bisa saya melihat rekaman CCTV?" tanya Fathan.

"Maaf Dek, tanpa seizin guru maupun kepala sekolah, Bapak nggak bisa memutuskan," jelas Aris.

"Saya sangat memohon kepada Pak Aris untuk membantu saya dalam menegakan keadilan ini, saya ingin mencari sebuah bukti bahwa teman saya diperlakukan tidak adil di sekolah ini, sedikit bantuan Pak Aris saya akan sangat bersyukur dan berterima kasih," jelas Fathan dengan sungguh-sungguh.

"Baik, ayo Bapak tunjukan rekaman yang ingin kamu lihat," jelas Pak Aris.

Semua rekaman yang ingin di lihat Fathan muncul, tetapi ada yang janggal ada beberapa rekaman yang hilang, pada jam-jam tertentu. Sialnya, rekaman yang hilang itu bisa menjadi bukti untuk mengungkapkan sebuah kebenaran dan fakta. Kenapa malah hilang? Saat jam aku berkelahi dengan Bara, Bu Indah menampar Gabera, dan pembullyan Elina semua hilang entah kemana.

"Nggak mungkin hilang sendiri kan," gumam Fathan.

"Kenapa Dek?" tanya Aris.

"Ada beberapa rekaman yang hilang itu kemana Pak?" tanya Fathan.

"Saya kurang tahu Dek, kemarin saya kerja setengah hari dan ditambah ada pengecekan dari Kepala Sekolah dan direktur," jelas Aris.

"Makasih Pak," jelas Fathan.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang