Chapter 12. Kunci Jawaban

269 197 319
                                    

Hai kalian!

Iya yang lagi baca:')

Ciee yang lagi ketawa-ketiwi

Gimana kabar kalian korban ghosting?

Gimana kabar hati yang gamon?

Cieee yang jomblo lagi baca cerita ini?

Semoga kabar hatinya baik-baik yah:/

Dahlah thanks berikan vote and comment :"

Jika ada kesalahan menulis, atau hal apapun mohon dimaafkan? Dianya aja di maafin masa akunya enggak:v wkwkwk





Happy Reading☕

Saat semua penjelasanmu tak ada yang mau mendengarkannya hanya satu yang mau mendengarkanmu dia adalah Tuhan!

Singkatnya begini jangan terlalu mengharapkan manusia mengharaplah pada Tuhanmu!

  ~Author Devantaa

***

Matahari tepat di atas kepalaku. Teriknya sinar matahari menembus permukaan kulitku. Hawa panas menyelimuti tubuhku yang sedang mengayuh sepeda lipat bahkan peluh keringatku bercucuran di pelipisku. Ditemani dengan angin yang berhembus membuat daun-daun kering berguguran kadang juga melambai-lambai seolah-olah menyapa diriku.

Aku mengayuh sepeda dengan santai untuk pergi ke rumah Bu Indah mengikuti bimbel atau les di rumahnya. Hingga tidak terasa aku sampai di gang rumah Bu Indah aku melihat Fathan yang bersandar di dinding. Aku teringat surat ... iya surat cinta Nera untuk Fathan.

"Fathan!" panggilku.

Dia menoleh sambil membenarkan kacamatanya yang agak turun ke hidung, "Kenapa Gab?" tanya Fathan sambil berjalan menuju ke arahku.

Entah kenapa fokusku lenyap ketika melihat telapak tangan Fathan yang diperban bahkan seperti bekas jahitan, "Aku minta maaf." Sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Fathan.

"Kenapa harus minta maaf untuk kesalahan yang bukan kamu perbuat Gab?" tanya Fathan sambil tersenyum kecil.

"Siapa yang tanggung jawab kalau bukan aku?" tanya Gabera tersenyum kecut mengingat dirinya yang selalu disalahkan.

"Nggak ada yang perlu disalahkan! Ini hanya luka kecil jadi santai aja," jawab Fathan.

"Sekali lagi aku minta maaf," cicitku pelan.

"Udahlah Gab, mending kita ke rumah Bu Indah aja," jawab Fathan.

Aku berjalan sambil menuntun sepeda lipatku sedangkan Fathan berjalan di sampingku dan sepeda lipatku sebagai pembatasnya. Sampai di rumah Bu Indah masih sepi.

Aku duduk agak jauh dengan Fathan. Sampai kehadiran satu persatu murid yang mengikuti les di Bu Indah datang. Saat semua sudah datang Bu Indah mengawali bimbingannya dikarenakan besok adalah UAS/PAT. Aku mendengar penjelasan Bu Indah dengan seksama. Sampai Bu Indah memberikan beberapa latihan soal kemungkinan-kemungkinan jawaban yang keluar.

Aku mengerjakan dengan seksama, hingga suara Bu Indah memecah dan membelah konsentrasi diriku. "Sebelum Ibu, membahas lebih lanjut! Adakah selama ini tidak dipahami?" tanyanya.

It's About Me! [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang