PROLOG

342 14 2
                                    

Hari itu di depan gedung DPR dipenuhi aksi mahasiswa yang menuntut keadilan atas banyaknya sumber daya alam yang perlahan tapi pasti mulai dieksploitasi oleh pihak asing. Seolah menjadi budak di negri sendiri, ada begitu banyak orang kehilangan kerja dan tempat tinggal karena lokasi mereka diambil alih oleh pihak asing sedang pemerintah tidak mau ambil tindakan.

Orasi dipimpin oleh Haris, ketua BEM Kampus Hijau yang lagi viral di media sosial. Ia merupakan mahasiswa berprestasi yang telah membawa nama baik Universitas di tingkat nasional, karya ilmiahnya memenangkan lomba yang diadakan oleh MITI.

Di antara mahasiswa yang sedang aksi, ada gadis berjilbab yang berbaris di depan membawa papan besar bertuliskan 'Jangan Jadi Pemimpin Jika Tidak Bisa Adil'. Gadis itu melihat dan mendengarkan orasi Haris dengan pandangan yang perlahan mulai kabur.

"Ya Allah, kenapa tiba-tiba kepalaku mulai pusing?" Gumamnya dalam hati.

Ia sekuat tenaga menahan kakinya agar tidak oleng.

Keringat dingin mulai berhamburan, pun degup jantung yang mulai kuat ritmenya, membuat gadis itu mulai tak mampu menahan diri. Apalagi cuaca siang itu sangat terik dan suara gemuruh mahasiswa semakin membuat sulit bernapas.

Entah pada detik keberapa tubuh gadis itu pun ambruk dengan papan triplek yang menimpa tubuhnya, tepat saat Haris baru saja turun dari panggung orasi.

"Ada yang pingsan!" Teriak salah satu peserta aksi.

Haris yang melihat itu langsung berlari mendekat. Sebagai mahasiswa kedokteran ia tahu apa yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama.

"Ayo bawa dia ke pos!" Seru Haris meminta bantuan temannya.

Haris bersama dua temannya membopong gadis itu menjauhi keramaian menuju pos kesehatan yang memang sudah disiapkan dalam setiap aksi.

"Ada apa?" Seorang penjaga pos menyambut kedatangan mereka.

"Tidak papa, dia hanya pingsan. Jadi tolong bantuin ya!" Pinta Haris.

"Tentu."

Setelah membaringkan tubuh gadis itu di atas karpet yang telah digelar di lokasi pos, Haris pun segera kembali ke dalam barisan aksi.

Sesaat setelah Haris pergi, gadis itu siuman. Ia melihat punggung tegap dan lebar itu menjauh dari pandangannya yang masih sedikit kabur.  Sosok itu mulai punya tempat di hatinya.

Terima kasih sudah mau menolong

*MITI : Mahasiswa Ilmuwan dan Teknologi


Terima kasih sudah membaca 🙏 jangan lupa tinggalkan komentar, kritik dan saran ya teman.

Sekali Seumur Hidup (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang