Konsekuensi Pernikahan

107 7 2
                                    

Haris terkejut ketika masuk ruang Presiden BEM di gedung Kegiatan Mahasiswa. Di gedung ini semua kegiatan mahasiswa berlangsung, baik aula maupun ruang sekretariat. Sesaat mata Haris terpaku pada spanduk besar bertuliskan "SELAMAT ATAS TERPILIHNYA PRESIDEN BEM DAN WAKIL PRESIDEN BEM, PERIODE 2023-2024"

Ada dua nama di spanduk beserta fotonya, dua mahasiswa yang sangat Haris kenal karena mereka pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan di Fakultas Hukum dan Ekonomi. Namun yang paling membuat Haris sakit hati adalah, sejak kapan dia dilengserkan dari jabatannya?

Rapat demisioner tanpa kedatangan ketua? Bukankah ini semacam pencurian jabatan, atau lebih tepatnya pemberontakan. Haris kecewa dan marah, ternyata di belakangnya ada begitu banyak orang yang ingin menjatuhkannya.

"Haris!" Teriak Alvian sambil berlari menghampiri Haris.

"Gila! Siapa yang melakukan semua ini? Mereka bahkan tidak memberitahuku sama sekali, mereka melakukan ini sembunyi-sembunyi. Ini tidak sah, pelantikan jabatan tanpa sidang pertanggungjawaban tidak sah. Kita bisa tuntut mereka." Geram Alvian sambil berusaha menurunkan spanduk dari dinding.

"Tidak perlu." Putus Haris, berusaha meredam emosi. Andai bisa ia pun ingin mengamuk layaknya Alvian, tapi itu bukan solusi.

"Aku sudah menyangka akan terjadi semacam ini. Aku yakin mereka yang melengserkan jabatanku dengan tidak hormat semacam ini, juga mereka yang menghina Aisyah, mereka sengaja untuk menjatuhkanku."

"Tapi ini tidak adil, Ris. Kamu itu presiden BEM di kampus ini. Tidak bisa semudah itu mereka mengambil jabatanmu. Apalagi melakukan pelantikan diam-diam. Aturan macam apa ini?" Bantah Alvian dengan suara lantang.

"Apa yang mustahil, jika raja saja bisa dilengserkan, apalagi aku hanya ketua BEM setingkat kampus. Aku yakin mereka tidak sendirian, pasti ada pihak kampus yang membantu."

"Gila memang mereka semua!"

Haris menarik napas dalam-dalam, masih mencoba berfikir positif.

"Sejak awal posisi ketua bukanlah tujuanku, aku hanya ingin menyuarakan aspirasi mahasiswa, jadi tidak penting di mana posisiku."

"Tapi, ini pembodohan namanya. Kalau kamu pasrah, mereka akan menganggap kamu lemah. Aku tidak akan diam, aku akan cari tahu siapa dalang di balik semua ini."

"Biarkan saja, aku tidak peduli. Untuk apa menjabat jika tidak didukung oleh semua elemen mahasiswa. Aku lebih baik berperan di belakang panggung saja." Kata Haris, lalu melangkah keluar gedung.

Jujur, ia kecewa, sangat kecewa. Selama ini ia sudah banyak berjuang, namun begitu mudahnya mereka membuang. Semua kejadian ini sudah bisa ditebak alur ceritanya. Mereka membuat nama baik Haris hancur dengan skandal bersama Aisyah, tujuannya hanya satu, ingin melengserkan posisi Haris sebagai presiden BEM.

"Sekarang sudah jelas semua." Gumam Haris sambil meremas kedua tangannya.

***

Di sisi lain, Aisyah sudah kembali kuliah seperti biasa. Sesaat suasana kelas yang ia masuki nampak hening, begitu banyak pasang mata yang melihatnya dengan sinis. Namun Aisyah berusaha tenang dan duduk di kursinya.

"Puas ya sekarang, sudah bisa mengambil hati Haris. Sungguh licik, ternyata jilbabmu itu hanya pembungkus kebusukan." Kata salah satu teman di kelas yang sontak membuat Aisyah terkejut sekaligus perih.

"Aku tidak menyangka Aisyah yang pendiam ternyata diam-diam berzina."

Seketika Aisyah berdiri dari duduknya, ia melihat mereka yang sedang berbisik menghinanya.

"Atas dasar apa kalian menghinaku seperti itu?"

Aisyah berusaha memberanikan diri. Jika selama ini ia hanya diam ketika dihina, kali ini ia akan melawan.

Sekali Seumur Hidup (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang