Bayangan itu diam-diam masih Yuval simpan dalam hati. Ia tidak menyangka selama tiga tahun terakhir benar-benar terbelenggu dan sulit keluar dari lubang kesalahan yang sama. Berharap pada istri orang.
Nama Aisyah masih di sana, dan itu membuatnya tersiksa setiap kali memikirkan bahwa Aisyah milik Haris. Apalagi sekarang Haris sudah pulang dan bekerja di rumah sakit yang sama. Ya Tuhan, rasa-rasanya Yuval ingin sekali lari. Bagaimana tidak, karena tiap melihat Haris, ia akan ingat pada Aisyah.
"Ya Allah, tolong hapus perasaan salah ini. Aku tidak mau tersiksa lebih lama lagi. Aku tidak mungkin memilikinya, sebab itu tolong cabut semua perasaan yang Engkau tanam selama tiga tahun, dan berilah pengganti terbaik, agar hati ini tidak sepi dan jatuh dalam dosa-dosa yang lain."
Yuval tertunduk di atas sajadah malam itu, dengan mata berkaca ia menengadahkan tangan. Ini pertama kalinya ia sholat di sepertiga malam, meminta dengan sangat pada Allah, bahkan sampai menangis.
Kenapa perasaan itu datang pada Aisyah yang bahkan jauh dari tipe idealnya, yang sudah memiliki suami dan bahkan pertemuan di antara mereka tidak begitu sering? Kenapa perasaan itu justru lebih kuat daripada wanita-wanita lain yang pernah hadir dalam hatinya? Apa hebatnya seorang Aisyah?
Lagi, setetes airmata mengalir.
Kenapa Allah menanamkan cinta pada orang yang salah?
***
Di sisi lain, malam yang selalu Haris tunggu selama tiga tahun. Membuka mata dan melihat seseorang yang begitu ia cintai hadir di depannya, bahkan bisa merasakan hembusan napas hangatnya. Haris memutuskan untuk tidak membangunkan Aisyah, ia ingin menatap wajah istri yang sangat ia cintai itu. Rindu selama tiga tahun tidak akan habis jika pun dilunasi dalam sekali waktu.
Bagi Haris, kehadiran Aisyah adalah hadiah terbaik yang Allah titipkan, ia seperti cahaya yang membuka jalan gelapnya selama ini.
"Satu hal yang selalu aku syukuri setiap hari adalah, bisa memilikimu. Terima kasih sudah bersabar menunggu, bersabar atas semua kekurangan dan kebodohanku di masa lalu, dan terima kasih sudah berjuang sampai sejauh ini. Kata cinta saja tidak cukup untuk membayar semua yang kamu berikan." Gumam Haris dalam hati sambil memandang setiap inci dari wajah Aisyah.
Perlahan Haris mendekatkan wajahnya dan mencium kening Aisyah. Menatap wajahnya saja bisa membuat hati Haris begitu damai dan hilang semua beban di masa lalu.
"Selamat pagi, sayang!"
Suara lembut setengah serak itu menggelitik telinga Aisyah yang masih meringkuk di bawah lengan Haris. Ia belum ingin membuka mata, terlalu hangat dan singkat jika harus bangun cepat-cepat.
"Ay, ayo bangun mandi dan sholat subuh?" kali ini Haris mencubit hidung Aisyah, namun Aisyah pura-pura diam, dan jujur itu membuat Haris gemas.
"Apa bahuku terlalu nyaman? Atau karena rindunya belum terpuaskan?"
Kali ini Aisyah membuka mata dan tersenyum malu.
"Jadi mau bangun jam berapa sayang? Kita harus mandi." Bisik Haris yang lekas membuat Aisyah mengambil posisi duduk.
"Astaghfirullah, jam berapa sekarang? Sudah adzan subuh belum mas?" Aisyah menoleh kanan kiri mencari handphone namun disambut tawa oleh Haris.
"Kan kan? Bingung juga, dibangunin dari tadi." Sindir Haris dengan tatapan menggoda.
"Ya kan aku kira masih malam." Sahut Aisyah sambil menutup wajahnya dengan selimut.
"Lupakan! Ayo bobok lagi." Haris menarik lengan Aisyah hingga ia jatuh kembali di atas dadanya yang bidang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Seumur Hidup (Selesai)
ChickLitCinta yang gegabah membuat Haris dan Aisyah menikah muda. Pernikahan saat mereka masih berstatus mahasiswa. Mereka berfikir semua perasaan akan tuntas dan lunas setelah menikah, tapi nyatanya ujian silih berganti datang dan merobohkan bangunan cint...