29

2.2K 251 27
                                    


Kami terdiam cukup lama, aku memainkan jemariku di atas pangkuan sambil mendengar hembusan nafas berat Al di seberang sana. Aku dapat merasakan betapa frustrasinya dia, dan sedikit banyak aku merasa kasihan. Akan tetapi aku tidak bisa bersikap lembut begitu saja kepadanya. Kebenaran belum terungkap, aku harus tegas kepada Al dan diriku sendiri jika tidak ingin dibodohi.

"Aku sudah mendapatkan beberapa buktinya, tapi aku pikir apa yang kudapatkan saat ini belum cukup untuk membuat kamu merasa puas. Jadi, tunggulah beberapa hari lagi, aku akan datang dan membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar"

Tak tahu harus berkata apa aku hanya mengucapkan satu kata, "Baik"

Sungguh aku lebih peduli dengan keadaannya daripada bukti-bukti yang sedang ia kumpulkan. Lidahku gatal ingin bertanya bagaimana kabar Al selama kami tidak bertemu, apakah dia makan dengan teratur atau tidak, tidur dengan nyenyak atau tidak. Namun aku terus menahan diriku untuk bersikap dingin, sebab luka yang ia berikan tidaklah main-main.

"Rha, bisakah aku datang ke sana sekarang? Aku sangat merindukanmu" pintanya, lirih.

Aku terkejut dia meminta hal itu dariku dan aku tidak tahu harus berkata apa. Jelas aku akan menolaknya meski aku juga sangat merindukannya. Masalah kami belum selesai, aku tidak mau Al berpikir kalau aku menerimanya kembali sebelum ia berhasil menbuktikan bahwa dirinya tidak berselingkuh di belakangku.

Karena bibirku tidak sanggup memberikan penolakan, maka kubiarkan jemariku yang bertindak. Aku menekan tombol merah pada layar ponselku dan mengakhiri panggilan kami begitu saja.

Sorry darl, sebagian cerita sudah dihapus dan bisa kamu beli di google playbook or playstore. Link pembelian ada di bio aku. Trims

— TBC —

Vote+comment for next!

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang