2

20.5K 1K 45
                                    

Aku kesal kepada diriku sendiri melihat apa yang sedang kulakukan saat ini, duduk menunggu Althareza yang belum menjemputku di teras rumah seorang diri. Oh, ini menyebalkan tidak pernah kubayangkan sebelumnya aku harus membuang-buang waktuku untuk melakukan kencan bersama anak mama itu, dan sialnya ini akan menjadi kencan pertamaku.

Menguap, aku menyandarkan punggungku dengan malas pada sandaran kursi rotan. Aku mulai mengantuk padahal arlojiku baru menunjukkan pukul delapan kurang lima belas, ini mungkin karena aku tidak terlalu bersemangat untuk melakukan kencan. Entahlah, aku hanya merasa kencan ini sangat sia-sia dan membuang waktu meski aku harus melakukannya.

Angin malam yang dingin berhembus dan menerpa tubuhku. Merasa kedinginan, aku merapatkan jacket denim yang kukenakan sambil merutuk pelan. Kenapa Althareza sangat lamban? Aku tahu dia berjanji menjemputku pukul delapan, tapi sebagai seorang pria yang gentle seharusnya ia datang sedikit lebih awal.

Tak lama setelah benakku mengomeli anak mama itu suara derum motor terdengar. Tubuhku menegang kaku melihat Althareza yang datang dengan mengendarai motor besar, sialan apa-apaan ini? Dia pasti bercanda membawaku pergi dengan motor yang tinggi seperti itu sementara aku mengenakan gaun!

Pria itu mengerem tepat di depan rumahku lalu turun dari motornya dengan gagah sambil membuka helm yang membungkus kepalanya. Dia menghampiriku—atau lebih tepatnya pintu rumahku kemudian bertanya, "Orang tua kamu ada?"

Aku menggeleng lalu bangkit dari dudukku, "Mama sama Papa pergi menghadiri acara pernikahan, kita pergi sekarang?"

Althareza mengangguk lalu berjalan mendahuluiku menuju ke motornya. Ia memakai kembali helmnya kemudian menyerahkan helm lain yang ia bawa kepadaku.

"Duh, aku gausah pakai helm deh" ucapku.

Dia menggeleng tidak setuju, "Aku gamau ditilang cuma karena kamu malas pakai helm"

Shit.

Dengan terpaksa aku memakai helm itu di kepalaku kemudian naik ke atas motornya dan duduk di belakangnya. Kubuka jaket yang kukenakan lalu kuletakkan jaket itu untuk menutupi pahaku tapi sebelum aku selesai melakukannya Althareza sudah lebih dulu menarik gas motornya dan melaju.

Aku memekik pelan dan dengan spontan memegang pundak ptia itu. Jantungku berdebar kencang karena merasa terkejut, sialan dia pasti sedang mencari kesempatan. Aku mendengus pelan lalu menyingkirkan tanganku darinya. Aku tidak tahu ke mana anak mama ini akan membawaku, dia tidak bertanya atau memberitahu, jadi lebih baik aku diam dan melihat ke mana Althareza akan membawaku pergi untuk kencan pertama kami. Sungguh, apakah ini kencan? Uh bukan, ini bukan kencan.

Tak beberapa lama kemudian motor yang kutumpangi berhenti tepat di depan sebuah Dinner Bar. Aku turun dari motor lalu melepaskan helm yang kukenakan dan menyerahkannya kepada Al. Pria itu menerimanya, ia meletakkan helm di kursi belakang kemudian kami bersama-sama melangkah masuk ke dalam restoran.

Canggung.

Itulah yang kurasakan saat kami duduk di meja yang sama dan menunggu pesanan yang datang. Niatku untuk meracuni pikirannya agar menolak perjodohan ini menjadi terhambat, geez perubahan yang terjadi kepada Althareza sedikit banyak membuatku merasa gugup.

"Jadi," aku menjilat bibirku yang mendadak mengering, "Gimana kabar kamu?" tanyaku, berbasa-basi.

Pria itu menatapku datar, "Baik" jawabnya. Dan dia tidak bertanya balik, baiklah bukan masalah. Aku tidak akan berbasa-basi lagi dan akan memulai rencanaku saat ini.

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang