16

4K 367 16
                                    

Back to Rhaline POV

Aku mengernyit merasa terganggu dengan cahaya terang dan hangat yang menimpa wajahku. Tubuhku terasa penat pagi ini, aku butuh tidur lebih lama lagi agar dapat bangun dengan kondisi yang lebih baik. Aku berbalik tanpa membuka mataku dan dapat kurasakan seperti ada sesuatu yang sedang mengawasiku. Merasa tidak nyaman, aku pun membuka mata dan tubuhku menegang kaku menemukan wajah Altharrza yang berada tepat di depan wajahku dengan senyum lembutnya.

"Pagi" sapanya.

Aroma yang sangat segar menguar dari tubuh pria itu. Rambutnya basah dan dia tidak mengenakan pakaian untuk menutupi tubuh bagian atasnya.

Tak kunjung mendapat balasan dari sapaan selamat paginya, pria itu mendekat lalu mengecup keningku kemudian berkata, "Tidurlah aku tidak mau kamu bangun terlalu cepat, ini hari minggu"

Oh, sialan apa aku baru saja bermimpi? Bagaimana suamiku mendadak berubah menjadai prince charming seolah-olah dia adalah pangeran yang keluar dari film kartun disney?

Tak mengindahkan keinginannya, aku mengambil posisi duduk di ranjang lalu mengucek kedua mataku yang masih terasa berat, "Aku mau mandi" ucapku, serak.

Al mengangguk, "Aku akan mengisi bath tub dengan air hangat"

Sontak aku menoleh menatap Al dengan kedua alisku yang terangkat naik, "Woah, ada apa denganmu hari ini? Kepalamu baru saja terbentur?"

Dia terkekeh geli, "Ada sesuatu yang terbentur Rhaline, tapi bukan kepalaku. So, mandi sekarang?"

Aku mengangguk malas, "Yes, please..."

Ini adalah kesempatanku dilayani olehnya. Lagi pula hari ini kondisiku kurang fit, seluruh tubuhku terasa remuk dan tulang-tulangku seperti berpatahan. Pasti karena aku mabuk kemarin malam, aku bahkan bermimpi aneh tentang Al....bulu kudukku bergidik ngeri, di mimpi itu aku sangat bringas dan menyerangnya seperti wanita jablay.

"Air hangat sudah siap" ucap Al sambil berdiri di ambang pintu kamar mandi. Aku hendak turun dari ranjangku saat pria itu bertanya, "Kamu yakin kamu bisa berjalan sendiri?"

Meski kebingungan aku mengangguk, "Ya tentu saja, aku sudah bisa berjalan sejak umur 1 tahun 2 bulan"

"Oke"

Aku turun dari ranjang dan merasakan nyeri yang amat sangat di selangkanganku, tapi aku tetap berusaha berdiri di atas kedua kakiku. Sialan, ada apa ini? Dan mengapa udara di sini mendadak menjadi dingin setelah aku menyingkap selimut, angin seolah-olah menyentuh langsung kulitku.

Aku baru saja menyadari sesuatu saat mata Al secara terang-terang tertuju kepada tubuhku. Au ikut melihat ke tempat yang sama lalu menjerit menemukan tubuhku tidak ditutupi oleh sehelai benang pun. Aku telanjang!

Dengan cepat aku menarik selimut untuk menutupi tubuh polosku. Nafasku memburu  karena merasa panik dan malu. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin malam, dan ingatanku jatuh kepada pertengkaran kami yang berakhir dengan adegan panas di ranjang. Oh, apakah mimpi itu nyata? Aku dan Al kami sudah.....melakukannnya?

"Rhaline kamu baik-baik saja?" pria itu membawaku untuk kembali duduk di ranjang, "Rhaline, tarik nafas" bimbingnya.

Aku pun menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Pikiranku melayang membayangkan kemungkinan buruk yang akan terjadi setelah ini, dia pasti akan meninggalkanku setelah mendapatkan apa yang ia mau. Oh, itu yang biasanya terjadi.

"Rhaline...." Al merangkum wajahku dan memaksaku untuk menatapnya, "Katakan sesuatu"

"Kemarin malam....a-apakah kita..."

"Bercinta? Ya." selanya, "Kamu tidak ingat?"

Aku sialan ingat tapi aku tidak percaya apa yang kulakukan itu nyata. Oh ini salahku, aku bodoh karena tidak bisa membedakan apa yang kuminum dan berakhir mabuk setelah meminum tiga gelas anggur.

"Kamu akan meninggalkanku setelah ini?" tanyaku dengan air mata yang siap tumpah. Althareza terdiam dengan wajah tercengangnya, "It's okay Al, aku mengerti"

"Hell no, Rhaline! Aku tidak akan meninggalkanmu" sahutnya, setengah memekik.

"Tapi—"

"Husshh enough, you're thinking too much. Kita sudah setuju bahwa kita akan memperbaiki pernikahan ini dan mulai belajar untuk saling mencintai, aku butuh kamu percaya kepadaku"

Aku terdiam sambil menatap lekat ke dalam mata hitam itu. Al berusaha untuk meyakinkanku tapi ketakutan masih menyelimutiku. Aku meneguk ludahku dengan susah payah, menarik nafasku yang terasa sesak kemudian menyakinkan diri dan berkata, "Oke..."

"Oke?"

"Kita akan memperbaiki pernikahan ini"

Senyum secerah sinar mentari muncul di wajahnya. Pria itu tampak sangat bahagia dan ia langsung membawaku ke dalam dekapannya. Aku menegang kaku ketika tubuhku di kelilingi oleh lengannya yang besar, perlahan kusandarkan wajahku di pundaknya yang kekar.

Aku harap ia tidak akan pernah merusak kepercayaanku.

"Terima kasih, Rhaline" bisiknya di telingaku.

Aku membawa tubuhku keluar dari pelukan hangat itu lalu menatapnya sendu dan berkata, "Soal kemarin, aku minta maaf karena sudah bersikap berlebihan dan membuat kamu kesal"

Dahi Al berkerut dalam, "Aku tidak kesal"

"Kamu membanting gelas di dapur"

Pria itu terkekeh pelan, "Aku tidak sengaja menyenggol gelas itu dan gelasnya jatuh. Aku tidak menghancurkan barang Rhaline, apa lagi saat marah"

Aku tersenyum lega, "Bagus, tapi apa pun itu aku tetap minta maaf Al, terima kasih sudah bersabar menghadapiku"

Mata Al menyorot lembut menatapku, dia seperti menyimpan sesuatu di balik kedua manik hitamnya namun ragu untuk menyampaikannya kepadaku.

"Ada sesuatu yang ingin kamu katakan?" tanyaku dengan kedua alis yang bertaut membaca air mukanya yang mencurigakan.

Al menggeleng cepat, "Tidak, tidak ada, sekarang sebaiknya kamu mandi aku tunggu di bawah untuk sarapan"

Aku tersenyum kecil lalu melarikan jemariku mengusap ujung dagunya, "Baik"

Tanpa peringatan Al meninggalkan satu kecupan di keningku sebelim dia pergi meninggalkan kamar. Pipiku terasa panas dan melalui pantulan cermin aku bisa melihat betapa merahnya wajahku. Astaga, aku seperti ABG saja!

Langkah kecilku dengan hati-hati menuju ke kamar mandi setelah Al benar-benar pergi. Aku meninggalkan selimut di luar pintu kamar mandi lalu perlahan-lahan tubuhku masuk ke dalam bath up berisi air hangat. Ah, ini sempurna, aku ingin berendam di sini seharian andai saja aku bisa. Tapi tidak, Al sedang menungguku di bawah untuk sarapan. Mengingat pria itu membuat pkkiranku melayang memutar kembali apa yang kami lakukan kemarin malam. Aku meringis ngeri membayangkan betapa ganasnya aku. Ya, aku sadar saat meminta Al melakukannya karena memang itulah yang kuinginkan, tapi aku pasti tidak akan memintanya secara gamblang andai saja aku tidak mabuk. Tiga gelas anggur mendorongku untuk menjadi lebih jujur dan berani.

— TBC —

Vote+comment for next!

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang