Prolog

26.8K 1.2K 49
                                    

Aku terbangun dengan kepala yang terasa pening. Uh, hari apa ini? Aku tertidur cukup lama sampai hilang ingatan. Turun dari ranjang, aku langsung berdiri di depan kaca dan bergidik ngeri menemukan diriku layaknya singa gurun pasir. Ini hal yang wajar, sebab aku belum mandi empat hari lamanya. Tolong jangan menilaiku sebagai gadis yang jorok, aku pembersih, ini kali pertamanya aku harus rela tidak mandi karena sedang dalam aksi mengurung diri di dalam kamar dan mogok bicara.

Aksi ini aku lakukan sebagai bentuk protes atas sikap ibuku yang menyebalkan, semenjak aku wisuda dia tak henti-hentinya menjodohkanku dengan para pria yang tidak kukenal. Mulai dari Mas-Mas PNS yang kerja di kantor kecamatan hingga seorang Duda yang bekerja sebagai Dokter di salah satu rumah sakit swasta.

Menjengkelkan, bukan?

Aku bahkan baru saja mendapatkan gelar sebulan yang lalu tapi sekarang sekitar sebelas orang lelaki secara beegantian sudah datang untuk melamarku. Yup, aku menolak semua lamaran itu sebab aku masih belum ingin menikah—atau mungkin, tidak akan pernah!

Suara ketukan pintu membuat aku terkesiap tapi kemudian aku tak menghiraukannya sampai terdengar suara dari luar sana, "Dek, kamu ga mau mandi? mama udah pergi nih"

Mendengar itu aku langsung ngacir menuju ke pintu dan membukanya. Kutemukan Mbak Caca, kakak iparku, berdiri di depan pintu kamarku sambil menjepit hidungnya. Aku mendengus sebal karena merasa tersindir.

"Makasih infonya!" gerutuku sambil melenggang melewatinya.

Ah, rasanya sudah tidak sabar untuk mandi!

Mengambil handuk dari jemuran, aku langsung pergi ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Tubuhku terasa lengket meski selama empat hari aku hanya mengurung diri di kamar tanpa melakukan apa-apa selain berbaring dan merasa kesal. Oh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku harus bertahan satu hari lagi tanpa mandi, mungkin aku sudah menjadi ikan pepes dengan bungkus selimut bukannya daun pisang.

Omong-omong sembari membersihkan tubuh ada baiknya aku memperkenalkan diri, aku sudah terlalu banyak mengomel pagi ini padahal satu pun dari kalian belum mengenalku. Namaku Rhaline, hanya Rhaline. Ayahku terlalu malas memikirkan nama belakang tapi aku menyukainya sebab terdengar simpel dan keren sangat mencerminkan bagaimana hidupku berjalan. Aku baru saja menyelesaikan studi seni di salah satu universitas negri dan sekarang kegiatanku adalah menjalankan bisnis butik yang kurintis bersama dua orang sahabatku yang lain, Julie dan Putri, kita akan bertemu dengan mereka siang ini.

Di dalam hidup ada dua hal yang sangat kubenci, yang pertama ketidaksetaraan gender dan yang kedua masalah yang rumit. Kedua hal itu merupakan beberapa alasan mengapa aku sangat tidak ingin menikah, hanya menambah beban di dalam hidupku saja. Alangkah baiknya jika aku tetap melajang, aku akan mengumpulkan banyak uang, pergi liburan, dan melakukan banyak hal yang ingin kulakukan.

Dan lagi menurutku menikah terdengar mengerikan. Maksudku, bagaimana pemikiran dua orang dapat dijadikan satu? Itu tidak mudah, dan aku sudah melihat banyak masalah rumah tangga yang muncul di sekitarku karena perbedaan pendapat yang berakhir dengan adu mulut, saling melempar barang, atau kemungkinan yang paling buruk adalah minggat. Ugh, terkadang orang dewasa bisa menjadi sangat kekanakan saat sedang marah.

Terutama pria, mereka adalah makhluk yang paling egois, otoriter, arogan, angkuh, dan menyebalkan di muka bumi ini. Di dalam lomba pidatoku saat kelas dua SMA dalam perayaan hari kartini, aku mengatakan bahwa wanita bisa hidup tanpa pria. Aku pikir banyak orang yang menyukai gagasan itu, meski aku hanya mendapatkan piala harapan I. Juara pertama di pegang oleh salah seorang teman sekelasku dengan pidatonya berjudul 'Wanita yang sesungguhnya adalah wanita yang pandai mengurus rumah tangga'.

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang