7

19.7K 970 17
                                    

Setelah melewati berbagai macam upacara yang melelahkan kini aku telah sah menjadi istrinya, istri dari Althareza dan sampai saat ini ketakutan itu masih menyelimutiku. Mendadak aku menyesali keputusanku untuk menikah, aku takut, aku merasa aku telah melakukan kesalahan dengan menjebak diriku sendiri di dalam sebuah pernikahan. Tapi semua sudah terlanjur, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah membuat diriku tenang dan mempersiapkan segala kemungkinaan buruk yang akan terjadi di depan. Aku harus siap jika suatu saat nanti dia berulah, aku harus siap ditinggalkan, oleh karena itu aku ingin memulai hubungan yang terbuka dengan Althareza.

Di sini, di atas ranjang yang sudah dihias dengan sempurna aku duduk dan mulai memikirkan bagaimana caranya agar aku dapat menyampaikan isi pikiranku tanpa menyinggung perasaan pria itu. Aku bahkan masih mengenakan gaun pengantinku, kami baru tiba di rumah baru kami tiga puluh menit yang lalu dan Al berada di kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Aku menghembuskan nafas pelan masih bimbang dengan apa yang harus kusampaikan. Ini adalah malam pernikahanku tapi sudah begitu banyak hal-hal negatif memenuhi kepalaku. Terlebih lagi hubungan kami tidak dibumbui oleh kemesraan dan keromantisan, kami berdua sama-sama kaku, aku tidak terlalu yakin kami dapat bertahan lama.

Oh Rhaline, berhenti berpikir seburuk itu. Terkadang apa yang kita pikirkan itulah yang menggiring kita kepada masalah yang kita cemaskan. Ada baiknya jika aku tenang, tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan perlahan.

"Kamu belum ganti baju?" suara itu membuat aku tersentak, aku berbalik dan menemukan Althareza berdiri di ambang pintu dengan piyamanya.

"Belum" jawabku.

Melihat wajahku yang canggung membuat Al segera menghampiriku dan bertanya, "Ada sesuatu yang salah? Kamu tidak nyaman tinggal di sini?"

Aku menggeleng kaku, "Tidak, aku nyaman aku hanya....umm..."

Duh, aku bingung bagaimana harus mengatakannya.

"Rha?"

"Bisakah kita bicara?"

Dahi Al berkerut dalam, pria itu menatapku heran tapi kemudian ia mengangguk dan memberikan aku kesempatan untuk menyampaikan sesuatu yang ingin kubicarakan dengannya. Aku ragu, tapi aku harus melakukannya demi kenyamanan kami berdua.

"Ini tentang pernikahan kita" ucapku, "Aku tidak ingin kamu merasa harus menjalani pernikahan ini dengan terpaksa, oleh karena
itu kapan pun kamu merasa bosan dan ingin...umm...mengakhiri semua ini, tolong katakan saja"

Air muka Althareza berubah dengan sangat drastis. Raut wajah yang semulanya tenang kini menjadi dingin dan tegang, "Serius? Rhaline?"

Aku mengangguk kaku.

"Kita baru saja menikah tapi kamu sudah membicarakan tentang perpisahan" rahang pria itu mengeras dan matanya menatapku dengan tajam.

"Al, aku tidak bermaksud...."

"Tapi itu yang baru saja kamu katakan! Aku mengerti kamu takut Rhaline, aku mengerti kamu trauma dengan semua yang telah kamu lihat selama ini tapi itu bukan alasan kamu bisa berpikir buruk tentang semua orang" tekannya, "Sikapmu yang seperti ini justru akan membuat kamu semakin ketakutan dan akan memberikan pengaruh buruk bagi hubungan kita!"

Aku terdiam. Tidak pernah kudengar Al bicara sepanjang itu sebelumnya dan dapat kusimpulkan ia benar-benar marah dan tersinggung saat ini. Mungkin aku telah kelewat batas sampai dia tidak mampu lagi mengendalikan emosinya.

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang