6

21.2K 997 9
                                    

Hujan deras mengguyur kota malam ini tapi aku tidak peduli, dengan kecepatan tinggi mobilku melaju menuju ke rumah Tante Maya. Mbak Caca mengatakan kalau Tante Maya dan Al kembali tinggal di rumah mereka yang lama, semoga saja aku tidak lupa jalan yang kutuju.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam, aku harap mereka tidak beristirahat lebih cepat malam ini karena aku harus bertemu dengan Tante Maya sekarang juga. Aku takut semakin lama aku menunda semakin besar pula kemungkinannya Tante Maya berubah pikiran.

Sesampainya aku di depan rumah berpagar hitam, aku langsung turun dari mobilku tanpa memedulikan hujan yang mengguyur tubuhku. Pagar sudah terkunci sehingga aku tidak punya pilihan lain selain berteriak memanggil Tabte Maya dan Al yang berada di dalam rumah. Teriakanku teredam oleh derasnya hujan, tapi aku tak kehabisan akal, aku kembali masuk ke dalam mobil lalu menyenbunyikan klakson berulang kali hingga tak beberapa lama kemudian Althareza muncul dengan membawa payung untuk melindunginya dari hujan.

Pria itu membukakan pintu gerbang lalu memintaku untuk membawa mobilku masuk ke dalam. Aku turun dari mobil setelah memarkirkannya di teras rumah, Althareza langsung menghamipirku dan menarik tubuhku untuk berada di bawah payung yang sama dengannya.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu datang malam-malam begini?" tanyanya.

"Maaf, aku datang untuk bertemu kamu dan Tante Maya, aku ingin mengatakan sesuatu" ucapku.

"Ibuku sudah tidur" cetusnya.

Aku menghembuskan nafas pelan kehilangan harapan untuk bertemu dengan Tante Maya malam ini, sebaiknya aku pulang dan datang besok saja mungkin itu lebih baik. Tapi aku cemas kalau Tante Maya nantinya akan meragukan kesungguhanku.

"Rhaline?" suara itu membuat tubuhku menegang kaku. Aku berbalik dan menemukan Tante Maya berdiri di ambang pintu dengan wqjah herannya, "Kapan kamu datang? Semuanya baik-baik saja?"

Aku mengangguk lalu keluar dari payung Althareza dan menghampiri Tante Maya yang berada di beranda rumah, "Duh baju kamu sampai basah gini, ayo masuk dulu ganti baju" aku menggeleng menolak tawaran baiknya, "Tante, bisakah kita bicara sekarang?"

Tante Maya menatapku dengan bingung hingga kemudian kecemasan muncul di wajahnya, "Rhaline, apa yang terjadi?"

"Ini soal lamaran tadi siang, ada sesuatu yang harus Rhaline katakan"

Tante Maya mengangguk paham, "Baiklah, ayo masuk Tante tidak mau kamu kedinginan"

Kami masuk ke dalam rumah disusul oleh Althareza. Tante Maya memaksaku untuk duduk di sofanya sehingga aku tidak punya pilihan lain selain mendaratkan bokongku yang basah di sana. Jemariku saling meremas di atas pangkuan, aku menggigit bibir bawahku dengan gelisah dan bingung harus mulai dari mana.

"Rhaline minta maaf atas sikap kurang ajar Rhaline tadi siang" ucapku, "Rhaline menyesal telah bersikap begitu lancang tanpa memikirkan perasaan Tante dan kedua orang tua Rhaline"

"Rhaline tidak apa-apa" sahut Tante Maya dengan senyum lembutnya. Aku menatapnya dengan bersungguh-sungguh sambil memantapkan hatiku kemudian aku berkata, "Jika Tante dan Al masih bersedia memberikan Rhaline kesempatan, Rhaline ingin menerima lamaran itu sekarang"

Tante Maya terdiam dengan wajah yang terkejut, ia menatap putranya yang juga terlihat terkejut tapi Al pandai mengatur ekspresinya. Sementara itu aku tertunduk resah menantikan jawaban dari mereka berdua, di dalam hatiku aku merapalkan doa agar Tante Maya masih sudi menginginkan aku menjadi menantunya.

"Kamu serius?" tanyanya. Aku mengangguk yakin. "Tidak ada yang memaksa kamu 'kan?"
tanyanya sekali lagi, aku menggeleng.

"Ya Tante bakal senang kalau kamu bersedia menikah dengan Al, senang banget malah!" ucap Tante Maya. Ia berhenti sejenak untuk menatap putranya kemudian berkata, "Tapi Tante tidak tahu apakah Al bersedia atau tidak, biar bagaimana pun ini adalah pernikahan kalian berdua Tante hanya sebagai perantara untuk memilih calon istri yang terbaik buat Al"

Mama's boy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang