Inspektur Adi memanggil Pak Tomi untuk masuk ke ruangan. Pria 45 tahun itu datang dan segera duduk di kursi yang telah dipersiapkan untuk proses interogasi. Aku tidak beranjak sedikitpun dari tempat dudukku, masih dengan posisi yang sama.
"Anda sudah siap?" tanya Inspektur Rian.
"Sudah," jawab Pak Tomi. Inspektur Adi mulai mempersiapkan buku saku dan pena kecilnya.
"Tomi Indriawan, 45 tahun, menjabat sebagai kepala sarana prasarana, benar?" tanya Inspektur Rian.
"Benar," jawab Pak Tomi.
"Apa yang Anda lakukan di hari saat kejadian pembunuhan?" tanya Inspektur Rian.
"Saya berada di aula sekolah membantu siswa-siswa panitia dalam mendekorasi ruangan untuk acara peringatan hari ulang tahun sekolah sedari pagi hingga siang, kemudian saya memutuskan untuk makan siang di ruang guru karena lapar. Karena dekorasi sudah selesai, maka saya pergi ke gudang peralatan olahraga untuk meninjau kondisi barang-barang hingga sore," jawab Pak Tomi.
"Jam berapa Anda selesai dari gudang peralatan olahraga?" tanya Inspektur Rian.
"Pukul setengah enam sore," jawab Pak Tomi.
"Lalu apa yang Anda lakukan setelah dari gudang peralatan?" tanya Inspektur Rian.
"Saya kembali ke ruangan saya untuk mandi dan bersiap untuk acara makan malam," jawab Pak Tomi.
"Apakah Anda bertemu dengan Pak Rio di hari itu?" tanya Inspektur Rian.
"Ya, kami bertemu saat acara makan malam, dan tidak pernah saya mengira beliau pergi secepat ini," jawab Pak Tomi menunduk sedih.
"Apa yang Anda lakukan dengan Pak Rio saat bertemu di acara makan malam?" tanya Inspektur Rian.
"Tidak ada, kami hanya makan saja seperti biasa. Karena sepertinya Pak Rio terlalu serius mengobrol dengan Pak Arka selama acara makan malam itu," jawab Pak Tomi.
"Setelah acara makan malam, kemana Anda pergi? Apakah Anda bertemu Pak Rio?" tanya Inspektur Rian.
"Tidak. Saya tidak bertemu, bahkan beliau pergi duluan sebelum saya selesai makan," jawab Pak Tomi.
"Setelah acara makan malam selesai, saya pergi ke kamar untuk istirahat karena hari itu adalah hari yang melelahkan," sambung Pak Tomi.
"Apakah Anda tahu kemana Pak Rio pergi setelah acara makan malam?" tanya Inspektur Rian.
"Tidak," jawab Pak Tomi sambil menggelengkan kepalanya.
"Apakah Anda bertemu lagi dengan Pak Rio setelah acara makan malam?" tanya Inspektur Rian.
"Tidak. Rasanya masih tidak percaya bahwa makan malam itu menjadi makan malam terakhir saya dengan beliau," jawab Pak Tomi menunduk sedih.
"Kapan Anda tahu bahwa Pak Rio tewas di koridor?" tanya Inspektur Rian.
"Pagi hari tadi saat ditemukan tewas. Orang-orang berlari dan membuat keributan sehingga saya terbangun dari tidur. Saya pun keluar dari kamar dan bertanya kepada salah seorang siswa yang hendak menuju ke koridor sekolah. Alangkah terkejutnya saya bahwa ada kejadian pembunuhan di sekolah, terlebih kepada kepala sekolah kami," jawab Pak Tomi.
"Apakah Pak Rio pernah memiliki masalah dengan seseorang? Dengan keluarganya mungkin? Atau dengan rekan-rekan guru disini?" tanya Inspektur Rian.
"Saya pikir tidak. Pak Rio adalah orang yang sangat baik hati. Beliau sangat menyayangi keluarganya. Beliau juga seseorang yang senang berbagi. Sudah sering beliau membagikan kue atau makanan lain dengan para guru, staf, dan karyawan di sekolah ini. Semua orang menghormati karena kebaikannya," jawab Pak Tomi.
"Apakah Anda tahu siapa yang pertama kali menemukan jasad Pak Rio di koridor?" tanya Inspektur Rian.
"Saya mendengar dari isu yang beredar bahwa yang menemukan jasad Pak Rio adalah seorang siswa, tapi saya kurang tahu siapa namanya," jawab Pak Tomi.
"Baik, cukup pertanyaan dari saya. Apabila ada yang perlu atau ingin kami tanyakan, kami akan menghubungi Anda lagi. Jika Anda menemukan bukti atau kecurigaan kepada seseorang, jangan sungkan untuk mengabari kami. Terima kasih atas waktunya," kata Inspektur Rian.
"Baiklah, Inspektur. Terima kasih karena sudah membantu menyelidiki kasus pembunuhan ini. Terima kasih juga untuk Detektif Velisa karena sudah berkenan untuk membantu menyelidiki," kata Pak Tomi sambil menyalami kami.
Pak Tomi pun keluar dari ruangan. Aku masih duduk di kursiku dan menatap langit-langit ruangan itu.
"Hoi, Nak. Apakah kamu haus?" tanya Inspektur Adi.
"Iya, sedikit," jawabku singkat. Inspektur Adi menyerahkan sebotol air mineral dingin untukku.
"Dari tadi kamu diam saja, jangan-jangan kamu tidur ya selama interogasi tadi," kata Inspektur Rian meledekku.
"Tidak," jawabku malas.
"Siapa selanjutnya?" tanyaku.
"Bu Diana," jawab Inspektur Adi sambil mengangkat botolnya untuk minum.
"Siapa Bu Diana itu?" tanyaku.
------------------------
Aku mau tau pendapat dari kalian nih tentang cerita aku. Tenang aja aku menerima masukan yang membangun kok. Terima kasih udah baca cerita aku. See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...