"Selamat siang, semuanya. Saya Detektif Velisa, akan menjelaskan kronologi serta beberapa teori sebelum mengatakan siapa pelakunya," kataku.
"Hari Sabtu, pada tanggal 17 Oktober pukul empat pagi, seorang korban bernama Rio Anggara, atau kita kenal sebagai Pak Rio, ditemukan tewas karena ditikam di koridor sekolah menggunakan sebuah pisau tajam berukuran tiga puluh senti. Kami tidak bisa mengidentifikasi pemilik pisau itu karena semua sidik jari maupun DNA tidak ditemukan di pisau itu," kataku. Inspektur Rian mengeluarkan pisau itu dari kantong barang bukti dan menunjukkannya pada audiens. Semua tampak terkejut melihat pisau itu.
"Kematian Pak Rio adalah karena ditusuk dari belakang, itu dibuktikan dengan posisinya saat tewas dan luka tusuknya di punggung. Selain itu, ditemukan pula luka sayat lain di bagian lengan. Kami berasumsi bahwa Pak Rio melakukan perlindungan diri dengan tangannya," kataku.
"Kami memulai investigasi di sekolah ini pada hari yang sama, pada pukul tujuh pagi. Sayangnya jasad Pak Rio langsung dibawa ke rumah sakit terdekat atas permintaan pihak sekolah. Kami juga mengirimkan dokter forensik kepolisian untuk mengotopsi jasad Pak Rio. Hasil forensik mengatakan bahwa waktu kematian Pak Rio adalah sekitar enam jam sebelum diperiksa, ini berarti Pak Rio tewas sekitar pukul satu dinihari," kataku.
"Kemudian kami tidak menemukan petunjuk atas kasus Pak Rio. Pelakunya benar-benar teliti dalam mempersiapkan aksinya kali ini. Beberapa hari setelahnya, kejadian pembunuhan terjadi lagi. Korbannya adalah seorang juru masak sekolah ini bernama Ima Maharani, kita akrab menyebutnya Bu Ima," kataku.
"Bu Ima dinyatakan tewas oleh pihak rumah sakit pada tanggal 24 Oktober, tujuh hari setelah pembunuhan Pak Rio, sesaat setelah menghadiri acara pembukaan hari ulang tahun sekolah. Ia tewas bukan karena ditusuk atau ditikam, melainkan dengan diracun dengan senyawa sianida dalam dosis tinggi," kataku.
"Siapa yang berbuat hal seperti itu?" tanya Bu Diana tiba-tiba.
"Kita punya tersangkanya disini," jawabku sambil menunjuk Juan. Semua orang menatap Juan saat itu juga.
"Seorang siswa sukarelawan acara, bernama Juan, ia merupakan tersangka utama kami dalam pembunuhan Bu Ima. Ia yang bertugas menata gelas serta menuangkan sirup pada meja nomor 3, meja yang ditempati Bu Ima," kataku.
"Tapi aku tidak membunuhnya," kata Juan berteriak sambil berdiri.
"Tunggu!" kataku setengah berteriak juga.
"Saya mengatakan bahwa Anda adalah tersangka utama, bukan pelakunya," kataku.
"Juan tidak mungkin membunuhnya karena ia sama sekali tidak punya motif. Atas kematian Bu Ima, ia juga bukan pihak yang diuntungkan. Ia juga tidak memiliki masalah dengan Bu Ima, begitu pula sebaliknya," kataku.
"Itu benar. Untuk apa aku membunuh Bu Ima," kata Juan.
"Lalu kita punya tersangka lain disini. Dan dia juga terlibat dalam kasus Pak Rio," kataku sambil menunjuk Aden.
"Aku? Kok bisa?" tanya Aden kebingungan.
"Apa kau lupa apa yang dikatakan Bu Ima saat dia kejang-kejang? Bu Ima bahkan memanggil namamu dengan terbata-bata. Kau juga orang yang pertama kali menemukan jasad Pak Rio di koridor," kataku.
"Tapi aku tidak mungkin membunuhnya," kata Aden sedikit geram.
"Betul. Sama seperti Juan, kau bahkan sama sekali tidak diuntungkan dalam pembunuhan keduanya," kataku.
"Memang bukan aku pelakunya," kata Aden berteriak.
"Simpan emosimu, Nak," kata Inspektur Adi.
"Karena Juan dan Aden terbukti tidak membunuh, kami mencari bukti-bukti lainnya di paviliun Bu Ima. Kami menemukan apron masaknya, beberapa DVD musik, dan surat-surat ancaman," kataku. Inspektur Rian mengeluarkan barang-barang bukti dan menunjukkannya.
"Apa isi surat ancaman itu, Detektif?" tanya Clara.
"Surat-surat itu kurang lebih isinya adalah ancaman agar Bu Ima untuk selalu diam atau tutup mulut dan tidak mengatakannya pada siapapun," jawabku.
"Mengatakan apa?" tanya Pak Tomi.
"Sesuatu yang dirahasikan oleh Bu Ima, dan pengirim surat ini tidak ingin Bu Ima membongkarnya," jawabku.
"Apa itu?" tanya Pak Arka.
"Pelaku pembunuhan Pak Rio," jawabku.
"Maksudmu Bu Ima mengetahui pelakunya?" tanya Pak Tomi.
"Ya," jawabku singkat. Semua orang di dalam ruangan itu terkejut dan berpandangan satu sama lain, beberapa ada yang berbisik-bisik.
"Bu Ima mengetahui pembunuh Pak Rio, ia juga menyimpan beberapa buktinya. Pengirim surat ini adalah pembunuh Pak Rio, dan ia juga merupakan pembunuh Bu Ima. Pelaku tidak ingin Bu Ima mengungkap kejahatannya, ia sudah sering mengirim surat-surat ancaman, namun Bu Ima tetap mengabaikannya. Satu-satunya cara agar Bu Ima tetap diam dan tidak mengungkapnya adalah dengan membunuhnya," kataku.
___________________________________________
Deg-degan nggak guys? Baca lanjutannya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Misteri / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...