"Kau...!" kata Pak Arka geram pada Pak Tomi.
"Ya. Bendahara sekolah ini Pak Tomi, bukan? Aku melihatnya di papan struktur kepengurusan sekolah. Ia yang memanipulasi laporan keuangan sekolah ini," kataku.
"Tapi bukankah ia menjabat sebagai kepala sarana prasarana?" tanya Inspektur Rian.
"Pak Tomi menjabat dua posisi sekaligus, kepala sarana prasarana dan bendahara sekolah. Maka dengan mudah ia memanipulasi laporan keuangan dengan mengatasnamakan pembelian serta perbaikan inventaris kelas, karena ia mengurangi resiko ketahuan. Andai saja Pak Tomi memalsukan laporan itu dengan menulis perbaikan alat musik, misalnya, maka ia harus berurusan juga dengan Bu Diana," jawabku.
"Oleh karena itu, Pak Tomi menulis inventaris kelas. Karena itu juga tanggung jawabnya," kata Inspektur Rian.
"Tepat," kataku.
"Kemudian Pak Tomi menyadari bahwa laporan keuangannya yang asli hilang, maka ia menjadi panik. Ia menemui kepala sekolah, Pak Rio, untuk memastikan apakah Pak Rio sudah menerima laporannya atau belum. Tapi sayangnya, Pak Rio malah menanyakan tentang laporan keuangan itu. Maka mereka berdebat dengan sengit, itulah yang didengar oleh Bu Diana malam itu," kataku.
"Jadi, malam itu aku mendengar Pak Rio dan Pak Tomi bertengkar?" tanya Bu Diana tak percaya.
"Benar," jawabku singkat.
"Sayangnya, sepertinya Pak Tomi kalah debat. Untuk menutup tindakannya yang pertama, ia membunuh Pak Rio. Ia tidak mau jika ketahuan melakukan korupsi," kataku.
"Bagaimana bisa tidak ada sidik jari ataupun DNA pada pisau itu?" tanya Pak Arka.
"Karena Pak Tomi sudah mempersiapkannya dengan matang. Ia memiliki firasat bahwa Pak Rio telah mengetahui tindakan korupsinya, maka ia datang menemui Pak Rio dengan membawa pisau di sakunya dan mengenakan sarung tangannya malam itu," jawabku.
"Jika tidak percaya, periksa bagian luar saku celananya. Berlubang kecil bukan? Itu karena pisau yang dimasukkan ke dalam sakunya amat tajam, sehingga merobek bagian sakunya. Anda mengenakan celana yang sama, kan?" kataku pada Pak Tomi. Sejak tadi, ia hanya diam saja mendengar aksinya terbongkar. Pak Arka yang ada di sebelahnya memeriksa saku celana Pak Tomi.
"Robek sedikit," kata Pak Arka
"Lalu kemana perginya uang itu?" tanya Juan.
"Tanyakan padanya," jawabku sambil menunjuk Pak Tomi.
"Kau juga berbohong mengenai alibimu, Pak. Kau berkata bahwa tidak bertemu Pak Rio lagi pada malam itu, namun kenyataanya kau yang menemui Pak Rio. Kau juga berkata bahwa setelah membantu dekorasi aula, kau pergi ke gudang peralatan olahraga untuk memeriksa barang-barang?" tanyaku.
"Itu benar," jawab Pak Tomi tegas.
"Sayangnya Bu Diana tidak berkata demikian. Bu Diana mengatakan bahwa hanya beberapa guru saja yang memiliki ruang khusus untuk pembelajaran, salah satunya gudang peralatan olahraga. Gudang dan seisinya itu menjadi tanggung jawab pengajar olahraga. Bukan Anda," kataku.
"Pak Tomi telah menodai alibinya sendiri," kata Inspektur Adi.
"Apakah yang dikatakan Bu Diana itu benar, Pak Arka?" tanyaku. Pak Arka hanya menjawabnya dengan mengangguk.
"Jadi setelah Pak Tomi kembali dari aula, ia sadar bahwa laporan keuangan aslinya hilang. Ia berniat untuk menemui Pak Rio saat itu juga, namun di waktu yang sama Pak Rio sedang kedatangan tamu dinas," kataku.
"Dan Pak Rio berbohong soal tamu dinas itu," kata Kapten Adrian, ayahku. Aku sedikit terkejut mendengarnya.
"Apa maksudnya, Kapten?" tanya Inspektur Adi.
"Sebenarnya hari itu Pak Rio sedang meneleponku. Bahkan ia menelepon sangat lama hingga aku merasa mengantuk. Ia membicarakan tentang hukuman apa yang diberikan pada seseorang yang menggelapkan uang, korupsi, dan sebagainya. Bahkan ia berkata jika mungkin saja nyawanya sedang terancam," jawab Kapten Adrian.
"Jadi Pak Rio tidak menemui tamu dinas?" tanya Pak Tomi.
"Tidak. Dia meneleponku, dan sepertinya saat itu membicarakan Anda," jawab Kapten Adrian.
"Pak Rio tahu bahwa nyawanya sedang terancam. Ia tahu bahwa Pak Tomi akan menemuinya dan mungkin melenyapkannya. Maka ia meninggalkan laporan keuangan ini sebagai bukti tindak korupsi Pak Tomi, di dalam brankas besi di sebalik lukisan Almond Blossom karya Van Gogh miliknya di ruang kepala sekolah," kataku.
"Di balik lukisan besar itu ada brankas?" tanya Bu Diana.
"Benar, Bu. Dan di dalam brankas itulah Pak Rio meninggalkan dua laporan keuangan," jawabku.
"Bagaimana dengan Bu Ima?" tanya Pak Arka.
___________________________________________
Terima kasih udah baca cerita aku. Baca kelanjutannya ya supaya nggak penasaran hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...