Aku dan Inspektur Adi berjalan menuju ruang kesenian, tempat dimana Bu Diana biasa mengajar atau sekedar melatih. Sesampainya disana, kami melihat Bu Diana sedang merapikan alat-alat musik yang dipakai kemarin untuk acara pembukaan hari ulang tahun sekolah.
"Selamat pagi, Bu Diana," sapaku sambil tersenyum.
"Halo, selamat pagi Detektif, Inspektur. Apa ada yang bisa saya bantu?" kata Bu Diana sambil menghampiri kami.
"Oh ini, Bu. Sebenarnya saya ingin tahu tentang not lagu ini," kataku sambil menyerahkan kertas partitur itu.
"Apa yang ingin Anda ketahui?" tanya Bu Diana sambil membaca not itu.
"Itu not lagu apakah?" tanyaku.
"Aku tidak asing dengan ini, tunggu aku akan mengambil kacamata ku," kata Bu Diana sambil mencari kacamatanya kemudian mengenakannya.
"Aku benar-benar tidak asing dengan not lagu ini," kata Bu Diana.
Aku dan Inspektur Adi duduk di bangku yang ada di ruangan musik itu sambil menunggu jawaban dari Bu Diana.
"Ah ya!" kata Bu Diana bersemangat.
"Tentu aku tidak asing partitur lagu ini. Ini adalah not lagu Fruhlingsstimmen yang kemarin kami bawakan. Tapi aku merasa aneh dengan not ini. Beberapa baitnya terbalik-balik jadi aku sedikit kebingungan. Dan lembar partitur ini sangat tidak berurutan, apakah kalian keberatan jika aku mengurutkannya?" tanya Bu Diana.
"Tidak, silakan saja," kataku.
Aku masih terus berpikir tentang kertas partitur itu sambil melihat-lihat alat-alat musik yang ada di ruangan itu.
"Apakah setiap hari Anda mengurus alat-alat musik ini, Bu?" tanyaku pada Bu Diana.
"Tidak, hanya beberapa hari sekali saja. Tapi setiap hari aku kesini untuk memeriksa kebersihannya. Karena ruangan ini beserta isinya adalah tanggung jawab saya," kata Bu Diana.
"Apakah semua guru seperti Anda?" tanyaku.
"Maksudnya?" tanya Bu Diana balik.
"Memiliki satu ruangan khusus seperti ruang musik ini, kemudian ruangan beserta isinya adalah tanggung jawab guru pengajarnya seperti Anda," kataku.
"Tidak. Hanya beberapa guru saja yang perlu memerlukan ruang khusus seperti ruang kesenian ini. Selain ruang kesenian, ada ruang laboratorium sains itu dibawah tanggung jawab guru sains. Kemudian ada perpustakaan sekolah dibawah tanggung jawab pustakawan dan guru bahasa. Gudang penyimpanan olahraga itu dibawah tanggung jawab guru olahraga," kata Bu Diana.
"Dimana kalian mendapatkan kertas partitur ini?" tanya Bu Diana setelah selesai mengurutkan.
"Sebenarnya ini pemberian dari teman saya karena saya mengatakan padanya bahwa ingin mempelajari beberapa alat musik, namun saya tidak tahu apa yang dia berikan pada saya. Kemudian anak ini melihatnya di meja kerja saya lalu dia penasaran dan bertanya pada Anda," jawab Inspektur Adi. Jelas dia berbohong tentang hal itu.
"Apakah kalian masih menyelidiki kasus pembunuhan di sekolah ini?" tanya Bu Diana.
"Masih, dan sekarang bertambah satu kasus lagi," kataku.
"Bu Ima?" tanya Bu Diana.
"Benar," jawab Inspektur Adi.
"Malang sekali nasibnya. Dia adalah juru masak terbaik sepanjang sejarah sekolah ini berdiri. Siapa yang begitu tega melakukan hal seperti itu padanya," kata Bu Diana.
"Ini, sudah aku urutkan. Apalagi yang ingin kalian ketahui?" tanya Bu Diana sambil menyerahkan kertas partitur itu padaku.
"Tidak ada. Terima kasih atas bantuannya," kataku. Bu Diana hanya mengangguk sambil tersenyum.
Aku dan Inspektur Adi meninggalkan ruang keseinan itu kemudian bergegas menuju mobil. Kami melihat Inspektur Rian masih menikmati roti isinya di dalam mobil. Aku dan Inspektur Adi masuk ke dalam mobil kemudian sangat terkejut karena Inspektur Rian menyalakan musik dengan keras dari dalam mobil.
"Apakah kau kurang kerjaan?" tanya Inspektur Adi sedikit kesal pada Inspektur Rian.
"Sesekali menghibur diri apa salahnya," jawab Inspektur Rian.
"Sudah ketemu atau masih penasaran?" tanya Inspektur Rian padaku sambil menjalankan mobil.
"Sebenarnya keduanya," jawabku.
"Jadi not lagu apakah itu?" tanya Inspektur Rian.
"Fruhlingsstimmen," jawab Inspektur Adi. Tiba-tiba Inspektur Rian mengerem mendadak saat kami baru saja berjalan sekitar 200 meter dari gerbang sekolah.
"Hei apakah kau sudah gila?" tanya Inspektur Adi kesal.
"Tunggu. Bukankah itu lagu yang sama dengan permintaan Pak Rio dua hari sebelum ia dibunuh?" tanya Inspektur Rian.
"Aku sudah menduga hal ini akan berkaitan. Kita selesaikan di kantor polisi saja," kataku.
Kami meninggalkan sekolah itu kemudian kembali ke kantor polisi. Ada banyak hal yang harus dibahas bersama Detektif Tio.
___________________________________________
Hai! Udah sampe bagian 16 nih hihi. Terima kasih udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa. See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...