Inspektur Rian sudah menunggu kami di depan ruang interogasi. Clara mengikutiku masuk ke dalam ruangan itu, sedangkan Aden dan teman Clara menunggu di luar ruangan bersama Inspektur Rian.
"Hai Clara, aku Detektif Velisa. Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan untukmu," kataku pada Clara di ruang interogasi.
"Ya, silakan," kata Clara mengangguk.
"Kau yang mengurus bagian hidangan, bukan?" tanyaku.
"Iya benar. Aku ketua divisi konsumsi yang mengurus hidangan dari awal acara hingga selesai," jawabnya.
"Apakah kau juga yang mengatur dan menata hidangannya?" tanyaku.
"Tidak. Yang menata hidangannya adalah anggota dari divisi ini. Mereka teman-teman sukarelawan atau volunteer. Aku hanya mengawasi saja," jawabnya.
"Dan teman yang kau ajak adalah salah satu sukarelawan itu?" tanyaku.
"Iya. Kebetulan dia yang menata hidangan dan gelas di meja Bu Ima. Bu Ima berada di meja nomor 3 dan temanku itu, Juan, dia yang menata gelas serta hidangannya," jawabnya.
"Katamu kau hanya mengawasi saja?" tanyaku.
"Iya benar," jawabnya sambil mengangguk.
"Kalau begitu kau pasti tahu siapa yang menyiapkan hidangan sebelum disajikan? Tepatnya yang menuang sirupnya," tanyaku.
"Kalau hidangan disiapkan dari dapur, sedangkan sirupnya disajikan saat gelas sudah tertata di meja, itu mengurangi resiko tumpah," jawabnya.
"Siapa yang menuang sirup di gelas Bu Ima?" tanyaku lagi.
"Aku yakin itu dilakukan oleh para sukarelawan kami, bisa jadi Juan atau yang lain. Maaf aku tidak tahu pasti karena aku hanya mengawasi banyak meja dari kejauhan," jawabnya.
"Kau mengawasi dari mana?" tanyaku.
"Dari belakang panggung. Karena aku harus membantu Tarisa untuk mengurus beberapa sambungan kabel pengeras suara yang sangat rumit. Sejujurnya aku bukan seseorang yang bisa melakukan banyak hal secara bersamaan, dan aku menyesal karena ceroboh dalam mengawasi bagian konsumsi," jawabnya merasa bersalah.
"Apakah kau melihat Aden berada dekat dengan meja nomor 3?" tanyaku.
"Iya. Aku lihat dia mengobrol serius dengan Bu Ima di meja nomor 3," jawab Clara.
"Apa kau kenal siswa ini?" tanyaku sambil mengeluarkan selembar foto.
"Dia Rangga. Satu kelas denganku juga dengan Juan," jawabnya.
"Apa kau melihat keberadaan dia saat acara berlangsung tadi?" tanyaku.
"Dia ada di meja nomor 4 bukan? Apakah aku salah lihat?" tanyanya balik.
"Ya," kataku singkat sambil mengangguk.
"Aku ingin tahu, apakah Bu Ima punya musuh? Atau bermasalah dengan seseorang?" tanyaku.
"Aku rasa tidak. Bu Ima sangat baik hati pada semua orang. Mungkin jika beliau punya musuh, beliau tidak akan memasakkan makanan yang enak untuknya," kata Clara.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak informasinya, Clara. Kau bisa keluar dari ruangan ini dan menunggu di luar, tapi jangan kembali ke sekolah dulu karena masih ada satu temanmu yang harus kami tanyai," kataku pada Clara.
"Oke. Bolehkah aku bertanya, Detektif?" tanya Clara.
"Tentu," jawabku singkat.
"Apakah kejadian Bu Ima ada kaitannya dengan kematian Pak Rio? Maksudku, selama aku bersekolah di sekolah itu, belum pernah terjadi hal demikian. Tentu kami sebagai siswa-siswi merasa sangat was-was dan sedikit takut," kata Clara.
"Kami dari pihak kepolisian juga masih menyelidikinya, Clara. Kami baru hanya menemukan motif pembunuhan Pak Rio, sedangkan Bu Ima belum. Oh ya Clara, aku mau bertanya satu hal lagi, selama berada di sekolah apakah kau merasakan atau melihat hal yang aneh?" tanyaku.
"Maksud Detektif? Jangan buat aku merinding," kata Clara sambil bergidik.
"Bukan begitu maksudku," kataku sambil terkekeh kecil.
"Maksudku adalah, apa kau pernah berpikir ada hal yang tidak biasanya kau lihat atau kau rasakan sebelum adanya kejadian pembunuhan Pak Rio? Mungkin seperti perilaku yang berbeda dari para guru dan staf karyawan, atau mungkin barang-barang sekolah yang tak seharusnya ada tiba-tiba menjadi ada?" tanyaku.
"Aku sedikit bingung," katanya.
"Ya akupun juga bingung untuk menjelaskannya kepadamu," kataku.
"Tapi aku paham maksudmu. Tidak ada yang aneh menurutku, semua terlihat sama saja dari sebelum Pak Rio meninggal hingga setelahnya. Perilaku para guru dan staf karyawan juga sama saja, hanya sedikit berbeda setelah Pak Rio meninggal, beberapa terlihat murung dan sedih karena merasa kehilangan. Kalau barang-barang, aku rasa tetap sama saja, hanya beberapa barang seperti meja kayu dan kusen jendela yang terlihat mulai rapuh akhir-akhir ini, mungkin karena dimakan rayap atau usianya yang sudah tua melebihi aku hahaha," kata Clara sambil tertawa.
Bisa-bisanya dia tertawa saat interogasi. Unik sekali murid-murid sekolah itu, batinku kesal.
"Begitu ya. Oke kau boleh keluar," kataku. Ia berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan itu. Inspektur Rian menghampiriku di ruang interogasi.
"Apakah lancar?" tanya Inspektur Rian.
"Tentu saja. Aku butuh siswa itu untuk proses interogasi. Aden dan Clara kompak mengatakan bahwa bukan Clara yang menyajikan hidangan melainkan siswa sukarelawan itu," kataku sambil menunjuk Juan.
"Akan aku panggil dia," kata Inspektur Rian.
-----------------
Halo udah sampe bagian 11 ya. Terima kasih udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa. See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...