"Tapi, kenapa di saat-saat terakhir hidupnya, Bu Ima malah menyebut namaku?" tanya Aden.
"Itulah yang kau tak tahu dan membuat semua orang mempercayai bahwa kau pembunuhnya. Apa yang kau lakukan dengan Bu Ima sebelum ia meminum sirupnya kemudian kejang? Mengobrol, kan?" tanyaku.
"Betul. Bu Ima mengobrol denganku, tapi hanya seperti bergosip. Bu Ima menceritakan bahwa tetangganya meninggal dua tahun lalu karena ditikam rekan kerjanya," jawab Aden.
"Itu poinnya! Bu Ima saat itu memberimu kode bahwa kejadian yang menimpa tetangganya, itu terjadi pada Pak Rio juga. Ditikam rekan kerjanya," kataku.
"Jadi waktu itu Bu Ima telah mengatakan padaku sebab kematian Pak Rio?" tanya Aden.
"Ya. Dan dengan lugunya kau menganggap Bu Ima seperti sedang bergosip sampai kau mengatakannya pada kami di ruang interogasi. Jika bukan karena pesan rahasia itu, Bu Ima tidak akan dengan cepat dekat denganmu. Bu Ima juga tahu bahwa kau dekat dengan para guru. Selain ingin menyampaikan pesan bahwa Pak Rio dibunuh oleh rekan kerja, secara tidak langsung ia juga memperingatkanmu untuk berhati-hati," jawabku. Aden melongo tidak percaya.
"Secara tidak langsung Bu Ima telah melindungiku?" tanya Aden. Matanya berkaca-kaca. Aku mengangguk.
"Tentang lagu Fruhlingsstimmen itu, Pak Rio memberikan petunjuk pada kami. Fruhling atau musim semi yang Pak Rio maksud adalah lukisan Almond Blossom itu, dan di belakangnya ada brankas yang berisi barang bukti kuat itu. Dengan lagu ini juga Bu Ima menyampaikan petunjuknya, dimana ia memasukkan DVD rekaman CCTV ke dalam sampul lagu Johan Strauss, sang komponis lagu Fruhlingsstimmen," kataku.
"Tapi, bukannya Anda yang memanggil kami kesini untuk proses investigasi?" tanya Inspektur Adi pada Pak Tomi. Pak Tomi tersenyum licik.
"Benar. Memang aku pelakunya. Aku juga yang memanggil polisi untuk datang kemari. Aku hanya ingin tahu, apakah polisi dapat mengungkapnya atau tidak. Ternyata kepolisian juga menugaskan Detektif Velisa untuk kasus ini. Kau tahu, aku sangat mengagumi detektif cilik ini semenjak membaca berita di koran. Jadi aku sangat menanti hari ini untuk bertemu Detektif Velisa, mendengarkan semua teorinya yang ternyata sama persis dengan apa yang terjadi. Aku telah bertemu dengannya dalam kasus ini. Jika kalian ingin menahanku, bicaralah pada pengacaraku," kata Pak Tomi.
"Silakan tangkap dia, bacakan hak-haknya," kata Kapten Adrian.
"Saudara Tomi Indriawan, Anda ditahan atas kasus pembunuhan Rio Anggara dan Ima Maharani, serta tindak korupsi yang Anda lakukan pada dana SMA Rafflesia. Hak-hak Anda akan dibacakan di kantor polisi setelah ini," kata Inspektur Rian sambil mengeluarkan borgol dari sakunya, kemudian memasangnya pada Pak Tomi bersama Inspektur Adi.
"Kau menjelaskannya dengan hebat, suatu kehormatan bisa bertemu denganmu," kata Pak Tomi padaku sambil didampingi Inspektur Rian dan Inspektur Adi, serta beberapa petugas polisi. Aku hanya diam dan tidak menjawab.
___________________________________________
Setelah ini last part guys! Baca kelanjutannya yak. Terima kasih udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...