Bagian 19 - Arsip Tersembunyi

2.1K 352 5
                                    

Kami telah tiba di SMA Rafflesia, seperti biasanya Inspektur Rian memarkirkan mobil kemudian kami pergi menuju ruang kepala sekolah. Kali ini kami tidak hanya bertiga, ada beberapa petugas polisi lainnya yang ikut dalam investigasi ini. Namun sebelumnya kami menemui Pak Arka terlebih dahulu untuk sekedar menyapa. Cuaca terasa sejuk meskipun siang hari.

"Selamat siang, Inspektur, Detektif. Ada keperluan apakah kalian datang kemari?" tanya Pak Arka ramah.

"Kami ingin menginvestigasi kembali ruang kepala sekolah," jawab Inspektur Adi.

"Oh begitu. Silakan, kebetulan saya tidak sedang sibuk, apakah kalian keberatan jika saya ikut investigasi?" tanya Pak Arka.

"Tidak. Tapi Anda harus tetap berada di luar dahulu selama kami menyelidiki ruangan itu," jawab Inspektur Rian.

"Kalau begitu saya akan menunggu disini saja. Kalian bisa menyelidikinya," kata Pak Arka.

"Terima kasih," kataku. Pak Arka hanya membalas dengan senyuman.

Kami masuk ke dalam ruang kepala sekolah dan kondisinya masih sama seperti saat kami menyelidikinya beberapa hari yang lalu. Kami segera menuju tempat lukisan itu berada. Aku meraba garis retakan itu hingga ke bagian belakang tengah lukisan.

"Pak Rio membeli lukisan ini tiga tahun yang lalu saat acara pameran seni kota," kata Inspektur Rian.

"Dari mana kau tahu?" tanya Inspektur Adi.

"Label ini di bagian bawah lukisan. Bahkan ini termasuk harga yang tinggi saat itu, meskipun bukan asli," kata Inspektur Rian.

Aku mengetuk dinding itu dan terdengar suara yang tidak biasa. Aku menemukan keanehan pada dinding lukisan itu. Aku meminta tolong kepada petugas polisi untuk menurunkan lukisan itu. Sekitar tiga petugas berhasil menurunkan lukisan berat itu dan alangkah terkejutnya kami melihat sesuatu yang tidak biasa disitu.

"Sudah aku duga, pasti ada sesuatu yang disembunyikan disini," kataku.

Ada sebuah kotak besi yang tertanam di dinding itu dan ditutup oleh lukisan besar Almond Blossom. Kami ternganga melihat hal aneh yang ada di hadapan kami.

"Tidak biasanya seseorang menyimpan kotak besi di dinding," kata salah satu petugas polisi.

"Apakah di dalamnya terdapat isi yang sangat penting sehingga disembunyikan di balik lukisan?" tanya Inspektur Rian.

"Ini bukan kotak besi biasa, ini sebuah brankas," kataku.

"Bisakah kita membukanya?" tanya Inspektur Adi.

Aku berjalan menuju brankas itu kemudian merasa putus asa.

"Ini buatan Dubai. Aku tidak bisa meretasnya, aku menyerah," kataku sambil mundur.

"Hei, sejak kapan kamu menjadi putus asa seperti ini. Kamu menjadi yang paling cerdas diantara kami. Kalau kamu menyerah, kapan kita bisa menyelesaikan kasusnya?" kata Inspektur Adi.

Perkataan Inspektur Adi ada benarnya. Aku merasa lebih semangat meskipun sedikit takut. Perlahan aku berjalan menuju kotak besi berwarna silver itu. Kedua inspektur itu memilih menjauh dari brankas dan duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Mereka membiarkanku mencoba membuka brankas itu.

Aku mulai memutar kunci brankas itu pelan-pelan. Kurasakan keringat mengalir di punggungku dan situasi ruangan mendadak menjadi hening. Aku menahan napas untuk sejenak. Aku terus memutar kunci brankas itu untuk menemukan kode kombinasinya sambil memejamkan mata dan menempelkan telingaku di kotak itu.

Klek! Aku mendengar suara kunci itu. Aku membuka mata dan menatap Inspektur Rian. Aku mencoba membuka brankas dan hasilnya tidak sia-sia. Brankas besi itu bisa dibuka dan aku menghela napas panjang. Inspektur Adi memberikanku sebotol air mineral kemudian aku duduk sebentar.

"Mari kita lihat apa isi brankas ini," kata Inspektur Rian sambil membuka brankas. Semua orang yang ada di ruangan itu amat penasaran dengan isi brankas itu, termasuk aku.

Inspektur Rian mulai mengeluarkan isi dari brankas tersebut. Kami sangat terkejut dengan isi dari brankas itu.

"Hanya dokumen?" tanya Inspektur Rian tidak percaya.

"Yang aku bayangkan adalah tumpukan emas atau sebendel uang," kata Inspektur Adi.

"Kita buka dokumen itu," kataku.

Inspektur Rian membuka amplop dokumen berwarna coklat itu dan mengeluarkan berkas-berkasnya. Aku ikut melihat isinya karena penasaran.

"Tabel-tabel apa ini?" tanya Inspektur Rian.

"Lihat isinya," jawab Inspektur Adi.

"Laporan keuangan sekolah tahun ini," kata Inspektur Rian.

"Mengapa Pak Rio repot-repot menyimpan laporan keuangan di dalam brankas?" tanya Inspektur Adi.

"Perhatikan ini. Terjadi pengurangan pemasukan di bulan Januari hingga Maret. Apakah wajar hal seperti ini terjadi di sebuah sekolah?" tanyaku.

"Kita bawa dokumen ini ke kantor polisi," kata Inspektur Rian.

Kami berpamitan dengan Pak Arka setelah meninggalkan ruang kepala sekolah. Ekspresi Pak Arka terlihat sedikit kebingungan karena kehadiran kami yang tidak lama. Setelah berpamitan kami segera menuju mobil dan pergi meninggalkan sekolah itu.

___________________________________________

Bagian 19 yey! Gimana, seru nggak? Jangan lupa komen dan vote yaa. See you!

Murder of the Principal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang