Tidak terasa besok adalah acara pembukaan hari ulang tahun SMA Rafflesia. Artinya kami sudah mengerjakan kasus ini selama kurang lebih hampir satu minggu. Inspektur Rian mendatangiku pagi ini.
"Lihat ini, Nak," kata Inspektur Rian sambil menunjukkan foto Pak Rio yang sedang diautopsi.
"Ada bekas sayatan di bagian lengan," kataku.
"Betul. Sedangkan luka tusuknya ada di bagian punggung," kata Inspektur Rian.
"Mungkin korban melakukan perlawanan tapi gagal," kataku.
"Benar," kata Inspektur Rian.
"Senjata yang digunakan adalah pisau panjang berukuran 30 senti," sambung Inspektur Rian.
"Ada dimana senjata itu?" tanyaku.
"Ada bersama Inspektur Adi," jawab Inspektur Rian.
"Tidak kutemukan sidik jari satupun," kata Inspektur Adi tiba-tiba saat menghampiri kami.
"Pelaku menggunakan sarung tangan," kata Inspektur Rian.
"Atau sengaja menghapus sidik jarinya," kataku.
---
Hari ini adalah hari ulang tahun SMA Rafflesia yang ke-50. Aku sudah bersiap menuju sekolah itu untuk menghadiri acara pembukaannya. Sesampainya di sekolah itu, aku bertemu dengan Inspektur Rian dan Inspektur Adi yang telah tiba lebih dulu. Mereka menggunakan setelan jas yang sama, tidak terlihat seperti biasanya. Kami dipersilakan masuk oleh salah satu siswa yang bertugas sebagai penyambut tamu.
Dekorasi acara ini terlihat sangat meriah. Ada banyak banner terlihat dimana-mana. Tamu undangan berdatangan, dan siswa-siswi sekolah itu hilir mudik mencari tempat duduk masing-masing. Acara pembukaan ini berlangsung di halaman sekolah. Terlihat Bu Diana sudah bersiap dengan tim orkestra musiknya.
Acara ini dimulai pada pukul sembilan pagi. Diawali dengan kata sambutan dari Pak Arka selaku wakil kepala sekolah. Pak Arka juga menyampaikan maaf serta belasungkawa atas meninggalnya Pak Rio. Setelah sambutan, barulah dimulai acara hiburan. Tim orkestra mengawali acara hiburan dengan membawakan lagu Fruhlingsstimmen.
Aku teringat dengan perkataan Aden dan Bu Diana bahwa lagu ini adalah permintaan dari kepala sekolah. Mungkin sekarang bisa dikatakan bahwa lagu ini adalah permintaan terakhir dari Pak Rio sebelum meninggal. Aku juga selalu berfikir mengapa Pak Rio memilih lagu ini untuk dibawakan di acara pembukaan hari ulang tahun sekolah.
"Der Frühling in holder Pracht erwacht...". Tim paduan suara membawakan lagu ini dengan baik, begitu pula dengan orkestranya.
Der Frühling... Frühling..., batinku. Frühling dalam bahasa Jerman berarti musim semi. Aku teringat dengan salah satu lukisan di ruang kepala sekolah. Saat lagu ini selesai dibawakan, tiba-tiba terdengar jeritan seseorang. Semua orang terkejut dan segera mencari arah sumber suara.
Seorang siswi menjerit histeris sambil melihat pemandangan ngeri di depannya. Aku dan kedua inspektur segera menghampiri gadis itu dan kulihat seorang wanita sudah tergeletak kejang-kejang di tanah.
"Kami dari kepolisian kota, semuanya harap menjauh dari lokasi TKP dan jangan menyentuh apapun yang ada di sekitar sini," kata Inspektur Rian. Inspektur Adi sedang menelepon tim medis dan Inspektur Rian berusaha memeriksa denyut nadi.
"Apakah Anda bisa mendengar saya?" tanyaku pada wanita itu. Namun tak ada jawaban dari wanita itu karena ia masih kejang.
"A...den... A...den," kata wanita itu terbata-bata. 30 detik kemudian ia terdiam dan matanya terpejam. Tim medis yang dipanggil oleh Inspektur Adi telah tiba di lokasi dan segera membawa wanita itu ke rumah sakit terdekat.
Acara pembukaan hari ulang tahun sekolah yang seharusnya meriah berubah menjadi tegang dan suram. Banyak siswa dan siswi berbisik-bisik membicarakan kejadian yang baru saja terjadi. Aden terlihat sangat shock dengan apa yang dikatakan wanita itu tadi. Acara pembukaan hari ulang tahun sekolah dipersingkat sehingga pukul sepuluh sudah selesai karena adanya kejadian ini.
Inspektur Rian sedang bertanya kepada seorang siswa yang ada di dekat wanita itu, Inspektur Adi juga begitu. Aku menghampiri Aden dan bertanya kepadanya.
"Apa kamu kenal dengan wanita itu?" tanyaku.
"Tentu saja. Siapa yang tak kenal dengan wanita itu. Bu Ima, dia juru masak di sekolah ini. Semua orang kenal dengan beliau," jawab Aden cepat dan masih sedikit shock.
"Apakah kalian dekat?" tanyaku lagi.
"Tidak juga. Kami jarang bertemu dan jarang bicara juga," jawab Aden.
"Aden, kamu ikut dengan kami ya," kata Inspektur Rian tiba-tiba.
Aden terlihat sangat takut dan gugup. Tidak hanya Aden, Inspektur Rian juga mengajak siswi yang menjerit histeris tadi dan salah satu siswa yang berada dekat dengan lokasi kejadian. Acara pembukaan telah selesai dan para tamu sedang menikmati hidangan.
Kedua inspektur dan ketiga siswa itu menaiki mobil polisi yang dikendarai oleh Inspektur Adi, sedangkan aku menaiki mobil pribadiku. Kami pergi menuju kantor polisi untuk melanjutkan penyelidikan. Sesampainya di kantor polisi, aku dan Inspektur Rian mulai menginterogasi tersangka yang kami bawa. Sedangkan Inspektur Adi kembali ke SMA Rafflesia untuk mengamankan barang-barang bukti.
-----------------
Hai, terima kasih udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa. See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder of the Principal [END]
Mystery / ThrillerSMA Rafflesia, suatu sekolah asrama swasta elit di kota itu tengah gempar tatkala kepala sekolahnya ditemukan tewas secara mengenaskan di koridor sekolah. Velisa Andriani, detektif remaja berusia 18 tahun, berusaha menyelidiki penyebab dan siapa pel...