Act 45 - Berduka Cita

244 35 0
                                    

"Pastikan mereka tidak datang lagi. Aku tidak ingin rencanaku dirusak lagi oleh mereka." Suara rendah itu datang dari Permaisuri Jiang pada kedua anaknya, Wei Yi dan Xing Fang.

"Ibunda, Xie Xiang itu lebih keras kepala dan pintar dari yang lain," kata Wei Yi. "Jika kami yang melakukannya langsung, mereka akan semakin curiga."

"Curiga? Seharusnya mereka sudah menebak. Terutama Putri Yueyin, aku tidak tahu bagaimana dia bisa selamat dari racunku. Apa yang dia lakukan sebenarnya?" Permaisuri Jiang geram. Dia pikir racun itu akan membunuh Xie Xiang sebelum memulihkan Kaisar Gu jadi Permaisuri Jiang berani melakukannya. Tapi kenyataannya, jauh dari dugaan.

"Ibunda, bagaimana kalau lakukan sesuai rencana awal. Aku yakin Xie Xiang tidak akan berani bertindak langsung. Aku akan memberinya pelajaran malam ini." Xing Fang tampak sangat yakin.

"Kau tidak lihat ilmunya? Semenjak kembali dari pengasingan, Xie Xiang banyak berubah, kau bukan lawannya." Wei Yi tidak setuju. Bahkan dia tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Xie Xiang.

Xing Fang mendengus. "Kata siapa? Tiap orang memiliki kelemahan. Kau tidak lihat? Kondisi Xie Xiang tidak baik baik saja."

Permaisuri Jiang menghela napas. "Baiklah, kau urus anak itu secepatnya dan tanpa ketahuan. Aku akan melakukan rencana awal. Tentang Ibu suri, usahakan jangan sampai dia tahu sampai saatnya tiba."

~•~

Dibawah sinar rembulan penuh, Xie Xiang menyendiri di halaman kediaman. Tangannya menahan kepala yang mendongak menatap bulan purnama. Dia baru saja selesai memulihkan diri, tapi kekuatannya masih belum pada puncaknya.

Tadi sore dia sempat sekarat karena banyaknya racun yang menekannya. Untungnya Zhi Ruo membantu dan racunnya berhasil keluar. Kecuali racun yang disegel dalam jantung itu. Darahnya sudah mengandung racun pelahap jiwa, siapapun yang meminum darahnya walau hanya setetes akan mati secara perlahan.

Kini Xie Xiang sendiri. Zhi Ruo kelelahan dan tidur di dimensi roh. Sedangkan Buhui baru saja pergi setelah memberi Xie Xiang selimut jubah. Xie Xiang hanya ingin sendiri. Pikirannya kemana mana dan teralih pada Chen Jun.

"Jadi itu sebabnya kau menahanku disana. Kau sudah tahu kekacauan ini," gumam Xie Xiang kemudian menghela napas. "Kenapa? Orang yang ingin kupercaya menjadi penghianat. Orang yang ingin kuanggap ibuku sendiri menjadi penjahat dan ingin membunuh keluargaku."

Xie Xiang menundukkan kepalanya dalam dalam. Dia menggunakan lengannya sebagai bantalan diatas meja. Dia tidak pernah sehancur ini. Mengetahui orang yang telah membunuh orangtuanya, membuatnya ingin memendam dendam. Namun, Xie Xiang bukan orang yang selalu menjadi pendendam. Dia ingin balas dendam, tapi itu terasa berat untuk dilakukan. Meski dia memiliki kekuatan yang cukup, hatinya masih bersih dari niat membunuh.

Sunyi. Segala sesuatu disekelilingnya sunyi. Tidak ada suara serangga atau hewan lain, bahkan tidak ada suara air mengalir. Saking sunyinya Xie Xiang dapat mendengarkan napasnya sendiri. Ini aneh.

Xie Xiang berdiri dan mengedarkan pandangan. Dia memang sempat meliburkan para penjaga di kediamannya dan membiarkannya sendirian khusus malam ini. Tapi itu terlalu sunyi seakan hanya dia yang hidup di dunia ini.

Xie Xiang merasa sesuatu tidak beres. Udara menjadi semakin dingin dan mencekam. Sepasang mata merah memperhatikannya dari atap, penuh niat membunuh dan kebencian. Xie Xiang dapat merasakan niat membunuh itu dan meningkatkan kewaspadaan, hanya saja pandangannya tidak menangkap apapun yang mencurigakan.

Diam diam Xie Xiang menyiapkan cambuknya di tangan. Dia hanya diam, memusatkan perhatian pada suara angin yang tiba tiba terdengar. Tidak ada suara langkah kaki, hanya ada suara angin yang berhembus dan lebih nyata dari belakangnya.

The Unlikely Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang