Act 82 - Tujuan Terdepan

130 25 0
                                    

Terlepas dari masalah internal dalam kediaman yang sedang terjadi, Xie Xiang tetap pada tujuannya dan mengesampingkan masalah pribadi. Dia tidak akan goyah hanya karena seorang jalang kecil yang mencoba mengganggunya.

Waktunya tidak akan banyak. Dia kembali hidup bukan untuk bersenang-senang atau menangani masalah rumah tangganya. Dia kembali ke dunia ini untuk menyelesaikan apa yang harus dia selesaikan sejak awal. Sekte Yinying dan De Lun, itu tidak sesederhana kelihatannya. Itu sebabnya Xie Xiang ngotot mengambil alih kasus.

Xie Xiang sudah siap hendak pergi ke pengawasan pengadilan pusat. Dia tidak mengenakan hanfu, melainkan pakaian yang biasa dia gunakan untuk bertarung karena lebih nyaman. Rambutnya juga dikuncir tinggi agar tidak mengganggunya bekerja.

Meskipun pekerjaannya terbilang santai, namun Xie Xiang itu keras kepala. Dia memang setuju untuk menjadi pengawas, tapi bukan sekedar pengawas. Masalah sudah menjadi seperti ini, dia tidak bisa diam saja. Segala sesuatu yang tersembunyi juga akan terungkap.

Xie Xiang keluar dari kamar dan berjalan dengan langkah lebar tanpa ekspresi. Semalam, dia mengunci pintu kamar tidak membiarkan Chen Jun masuk atau sekedar bicara padanya. Itu pun ada alasannya. Xie Xiang sedang melakukan sesuatu yang besar di dalam kamar selama semalaman sehingga dirinya hanya tidur dua jam.

Sebenarnya, Xie Xiang tidak marah pada pria itu. Dia tahu permasalahannya dengan Kaisar melalui Buhui sejak melihat Ling Ling yang merayu Chen Jun malam itu. Sikapnya kemarin hanya kepura-puraan walau dia sempat kesal karena sikap Ling Ling yang cari perhatian sehingga melampiaskannya pada Chen Jun.

Tak apa, dia sudah membayarnya, kok. Semalam ketika Chen Jun sudah tidur di ruang kerja, dia memberi pria itu selimut dan minta maaf. Walau Chen Jun tidak dengar, itu tidak masalah.

Xie Xiang berjalan tanpa memandang yang lain. Pengawal sudah menyiapkan kuda kesayangan Xie Xiang yang waktu itu ditinggal. Itu sudah disiapkan di depan kediaman. Gadis itu hanya perlu menunggang.

Ketika melewati taman kediaman, pandangan tanpa sengaja bertukar dengan Ling Ling yang sedang berkeliling dengan pelayannya. Kenapa dia harus diperlihatkan pemandangan seperti itu di pagi hari? Membuat mood Xie Xiang amblas saja.

"Putri, pagi-pagi ingin keluar. Apa untuk kasus Pangeran De Lun?" Semua orang tahu tentang pekerjaan sehari-hari yang dimakan Xie Xiang. Termasuk Ling Ling yang tidak pernah terlewat informasi. Dia selalu tahu berbagai hal tiap orang karena akan mempermudah tujuannya.

"Apa tidur Su Ling nyenyak?" Xie Xiang menyahutinya dengan ramah disertai senyuman. Namun, senyuman itu tampan mengerikan di wajahnya. Dia memanggil jalang itu Su Ling karena kalimat itu mirip dengan kata 'air suling' dari Indonesia. Enaknya begitu saja manggilnya.

"Aku dengar, Pangeran Mahkota semalam tidak tidur di kamar Putri. Apa telah terjadi seusatu?" Ling Ling tetap tersenyum.

"Hanya masalah internal. Putri ini pikir Pangeran Mahkota tidur di tempat Su Ling, ternyata aku berpikir terlalu jauh." Xie Xiang memasang wajah kecut. "Oh iya, bukankah Su Ling yang 'terhormat' adalah selir tidak disayangi?"

Ucapan Xie Xiang berhasil memancing pelayan Ling Ling marah dan melotot tajam. "Putri, anda sebaiknya tidak bicara seperti itu! Bukankah itu mencemarkan nama baik nyonya?" Tindakan pelayan itu langsung dihentikan Ling Ling agar tidak lebih jauh.

"Aku hanya mendengarnya dari para pelayan." Xie Xiang menggedikkan bahu acuh tak acuh. Sungguh Xie Xiang terlalu jujur membuat para pelayan bergidik. Sepertinya para pelayan itu yang akan menjadi sasaran.

"Putri, mohon maaf atas perkataan Li Wei—"

"Sudah? Aku terkejar waktu,"sela Xie Xiang tidak ingin mendengar lebih banyak ucapan burung merak itu. Gadis itu melalui Ling Ling begitu saja tanpa banyak bicara, namun sesatu yang mengejutkan terjadi.

The Unlikely Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang