🍒 NJ 08

5.9K 508 36
                                    

"yakkk!" teriak Haechan cukup nyaring.

Winter dan Jeno langsung mengakat kepala mereka, melihat apa yang terjadi pada Haechan.

"wae?" tanya Winter bingung, Haechan masih berdiri dengan mata melebar dan mulut menganga.

"kalian tidak lihat?" tanya Haechan tak percaya.

"apa?" tanya Winter kembali, ia merasa geram dengan Haechan saat ini.

"kalian berdua jangan pura-pura tidak tau" tunjuk Haechan ke arah mereka, ntah pada siapa pastinya.

"aku melihat Karina dan Jaemin berpegangan tangan dibawah meja" sambung Haechan dengan suara melengking.

Kedua pelaku itu hanya terdiam, pura-pura tak mendengar perkataan Haechan. Tangan keduanya sudah berada diatas meja saat mendengar teriakan Haechan.

Winter menatap ke arah Jaemin dan Karina secara bergantian, tatapan penuh selidik.

Jeno hanya tertawa sekilas dan kembali berkutat dengan bukunya.

Haechan langsung kembali duduk ditempatnya , tatapan nya tak bisa lepas dari Jaemin dan Karina.

"sialan, berati sisa aku sendiri yang masih menjomblo" umpat Haechan tak percaya.

"tenanglah kawan. Masih ada aku yang menemani kejombloanmu" hibur Winter sembari tersenyum ke arah Haechan.

"huwee~ Winter aaa" Haechan menunjukkan muka menangisnya, ia sedikit memundurkan tubuhnya untuk memelul Winter karna Jeno berada ditengah-tengah mereka.

Jeno langsung memundurkan badannya hingga membuat Haechan gagal memeluk Winter.

"kata siapa kau jomblo? Sudah kubilang kita ini sepasang kekasih sejak dulu" Jeno langsung menjitak kening Winter.

"jangan aneh-aneh Jeno" Winter memukul lengan Jeno dan menatapnya sinis.

"siapa yang aneh-aneh? Itu memang fakta baby" Jeno mengacak rambut Winter dengan gemas.

"sialan, sudah kuduga kau dan Jeno berpacaran" umpat Haechan kembali, ia memonyongkan bibirnya dan berdecak kesal didepan buku sesekali.

"kalian berdua berhutang penjelasan padaku" tunjuk Haechan pada Karina dan Jaemin sembari memicingkan matanya.

***

Jaemin, Karina dan Haechan sudah kembali kerumah mereka, menyisakan Jeno dan Winter saat ini.

Winter merapikan buku diatas meja nya dan membereskan sisa cemilan mereka yang berserakan.

Sedangkan Jeno hanya memainkan benda persegi panjang miliknya, sedari tadi Winter ingin menanyakan soal 'sudah menjadi kekasih sejak dulu' .

Sejujurnya Winter sama sekali tak ingat sejak kapan mereka menjadi sepasang kekasih? Yang ia ingat hanya Jeno yang selalu mengganggunya.

Winter sedikit melirik ke arah Jeno yang masih sibuk dengan benda persegi ditangannya.

"aku mau masak, kau mau makan apa?" tanya Winter setelah selesai membereskan sampah dikamarnya.

"telur goreng dan sosis saja" jawab Jeno masih fokus dengan hp nya.

Jeno beranjak dari duduknya dilantai dan berpindah ke kursi belajar Winter. Ia menopang kedua tangannya di meja belajar Winter.

"akan kubuatkan" sahut Winter, ia merasa sedikit kesal karna Jeno terlihat mengabaikannya.

Akhirnya Winter keluar dari kamarnya menuju dapur, ia mulai mencuci beras dan menaruhnya kedalam rice cooker, sembari menunggu berasnya matang, Winter mulai menggoreng telur dan sosis yang ada dikulkas.

***

Winter selesai menata makanannya diatas meja makan. Setelah berkutat didapur selama dua puluh menit.

Nasi yang ia masak pun sudah matang, gadis itu menatap hasil masakan sederhananya dengan bangga.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, yang berati kedua orangtua nya akan kembali dua jam lagi.

Winter menaiki tangga menuju kamarnya, ia membuka pintu dengan perlahan, kepalanya timbul diantara pintu.

Saat hendak memanggil Jeno, ia malah mendapati Jeno yang sudah tertidur dimeja belajarnya. Dengan tangan kanan menumpu kepalanya dan tangan kirinya terjuntai bebas kebawah.

'sepertinya ia kelelahan' batin Winter , ia sedikit tersenyum, berjalan perlahan mendekati Jeno dan berjongkok disamping Jeno.

Winter menatap garis rahang Jeno yang tercetak jelas, bulu matanya sangat lentik.

Winter menopang dagu nya, ia ingin melihat wajah Jeno dengan jelas saat ini, wajah yang terlihat tenang dan damai.

Tanpa Winter sadari, kedua sudut bibirnya sedikit terangkat. Winter mengangkat tangannya, hendak merapikan rambut hitam legam Jeno.

Baru saja ia menyentuh ujung rambut Jeno, pergerakkannya tertahan karna sang empu rambut menahan tangan Winter.

Winter terkejut dengan perlakuan Jeno, ia sedikit menarik tangannya yang ditahan Jeno, kedua mata Jeno masih tertutup padahal.

"sudah puas menatapku?"

Jeno membuka kedua matanya perlahan, ia tersenyum kecil, dalam satu gerakan, Winter sudah terduduk diatas paha Jeno.

"sudah menyadari ketampananku?" tanya Jeno. Tangan kekarnya mengelus pipi Winter pelan.

Winter merasa seperti kucing yang tertangkap basah mencuri ikan. Matanya terus bergerak gelisah saat Jeno mengusap bibirnya dengan ibu jarinya.

Jeno sedikit memiringkan kepalanya dan mengecup pelan bibir Winter berkali-kali.

Seperti tersihir dengan kecupan Jeno, Winter memejamkan matanya , membiarkan Jeno terus mengecup bibir merah mudanya.

Jeno terseyum kecil melihat Winter yang memejamkan matanya, sungguh menggemaskan, apalagi kedua pipinya sudah merah merona saat ini.

Winter tak merasakan kecupan Jeno lagi. Ia hanya bisa mendengar deru nafas keduanya yang bertabrakan.

Beberapa detik berlalu, namun Jeno masih saja tak melakukan pergerakan lagi , Winter membuka sedikit mata kanannya, ia melihat Jeno yang tersenyum jahil saat ini sembari memainkan alisnya.

Winter merasa sangat malu sekarang, ia seperti dipermainkan oleh Jeno.

"aku membencimu Lee Je-" omongannya langsung terputus karna Jeno menyambar bibirnya.

Perlahan Jeno mulai menggerakkan bibirnya, Winter merasa seperti ada seribu kupu-kupu yang terbang diperutnya.

Winter memukul pelan dada Jeno. Ia masih merasa marah karna dipermainkan Jeno tadi, namun ia tak berniat melepaskan tautan keduanya.

Jeno tertawa kecil di sela-sela ciuman keduanya, ia menahan tangan Winter dan mengalungkan tangan mungil itu di lehernya.

Keduanya berciuman mesra, langit berwarna orange yang menjadi saksi ciuman kedua insan itu.






Naughty Jeno (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang