🍒 NJ 10

5.1K 515 45
                                    


"shhh..... Sud-ahh..... Aku tidak kuat lagi aaahhh... "

"lemah....sshhh aahhhh"

Wajah Jeno dan Winter sudah sangat merah seperti kepeting rebus saat ini, Winter terus mengusap keningnya yang penuh dengan keringat.

"aku tidak mau lagi sshhh...." tolak Winter, gadis itu menjauhkan garpu Jeno yang digulung mie s**myang.

"sedikit lagi" Jeno menahan mulut Winter, ia menekan kedua pipi Winter agar sang empu membuka mulutnya.

Dengan cepat Jeno menyuapi gulungan mie itu dan tertawa puas, sedangkan Winter terus berusaha menaham pedas mie yang ada dimulutnya.

Jeno menyuapi segulung besar mie ke mulutnya, kedua matanya terpejam erat berusaha menelan mie itu.

Sejak dulu Jeno dan Winter paling tidak bisa makan pedas, sedikit pedas saja pasti wajah keduanya akan memerah dan penuh keringat.

"Arghhh!!!" erang Jeno setelah berhasil menelan gumpalan mie didalam mulutnya.

Jeno mengalihkan perhatiannya ke arah winter, gadis itu sudah terdiam dari tadi.

"kau kenapa?" tanya Jeno panik saat melihat Winter menundukkan wajahnya.

Jeno menyingkirkan rambut Winter yang menutupi wajahnya.

"Winter! Jangan menakutiku" detik itu juga Jeno langsung merasa gelisah saat melihat raut wajah Winter yang terlihat menahan rasa sakit.

Seketika Jeno melupakan lidahnya yang terasa panas, dengan segera tubuh kekar itu menggendong Winter menuju kamar sang gadis.

Setelah membaringkan Winter yang menahan sakit, Jeno menyalakan pendingin dikamar Winter.

Jeno menyeka kening Winter yang terus mengeluarkan keringat, saking paniknya, Jeno sampai bingung harus melakukan apa.

"Winter, katakan sesuatu!" Jeno membuka beberapa kancing sekolah Winter agar gadis itu tidak merasa kepanasan berlebih.

"a-air" guman Winter sembari menahan sakit.

Detik itu juga Jeno langsung berlari kebawah dan membuka kulkas setibanya di dapur.

Dengan tergesa-gesa, Jeno menuangkan susu dingin kedalam gelas, setelah gelas itu terisi penuh, Jeno kembali berlari kecil menuju kamar Winter.

Jeno langsung mendudukkan dirinya disamping Winter, menahan punggung gadis itu agar bisa minum lebih mudah.

Winter meneguk susu yang ada ditangan Jeno dengan perlahan, setelah menyisakan setengah gelas, Winter kembali baring diatas kasur.

"sebentar ,aku akan menelfon ambulance" ucap Jeno dengan gusar.

Winter langsung menahan tangan Jeno saat laki-laki itu hendak mengeluarkan benda persegi yang ada di sakunya.

Jeno menatap ke arah Winter yang menggeleng dengan lemah.

"aku akan baik-baik saja sebentar lagi" Winter berkata dengan lemah.

"tidak, kau tidak baik-baik saja Winter" Jeno kembali mengotak-atik hp miliknya.

"aku sudah membaik" Winter langsung mendudukkan dirinya diatas kasur, meyakinkan Jeno.

"maaf, aku tak menyangka toleransimu terhadap pedas masih sangat rendah" Jeno langsung memeluk Winter dengan lembut, mengusap rambut panjang gadis itu.

Winter mengangguk lemah dalam pelukan Jeno, ia masih menahan rasa sakit dilambungnya akibat pedas, namun ia tak mau ke rumah sakit.

"kenapa kau tidak menolak tantanganku tadi?" tanya Jeno masih memeluk Winter, sesekali tangan kekar itu mengusap punggung Winter.

"aku tidak mau kau mengejekku lagi" balas Winter dengan nada lemah.

"dasar gadis bodoh" Jeno sangat menyesali perbuatannya, ia terus mengutuk dirinya saat ini.

"maaf.... Maafkan aku. Aku tak akan mengulanginya lagi" Jeno memeluk Winter dengan erat.

"kau terlihat berbeda dengan Jeno yang ku kenal, apa kalian orang yang berbeda?" Winter melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Jeno.

Jeno terus menatap kedua mata Winter, wajah Winter sudah kembali normal dan keringat diwajahnya juga telah hilang. Ntah karna pendingin dikamar ini atau karna Winter sudah membaik.

Winter tertawa pelan melihat raut wajah Jeno yang masih terlihat panik.

"kau siapa? Kembaran Jeno? Atau seseorang yang terlihat seperti Jeno?" gurau Winter kembali.

Jeno mengusap tangan Winter yang ada dipipi nya, perlahan Jeno memajukan wajahnya, ia sedikit memiringkan kepalanya dan menciun bibir Winter dengan pelan.

Winter masih tak terbiasa dengan ciuman Jeno, namun entah dorongan dari mana, Winter membalas ciuman Jeno dengan berani.

Jeno sedikit terkejut saat Winter membalas ciumannya, seperti mendapat lampu hijau dari Winter, Jeno menelusupkan lidahnya kedalam mulut Winter saat gadis itu membuka kecil bibirnya.

Tubuh Winter menegang saat benda lunak itu menelusuri rongga mulutnya. Winter meremas pelan rambut hitam legam Jeno.

Drtt! Drrttt!

Keduanya langsung melepaskan tautan panas mereka. Jeno mengalihkan pandangannya ke arah smartphone yang ntah sejak kapan sudah berada dimeja kecil yang terdapat disamping kasur Winter.

Jeno meraih benda persegi itu dan melihat nama 'Giselle' yang muncul di layar smartphone nya.

"aku angkat sebentar" Jeno mengecup pelan kening Winter yang tertunduk malu.

Jeno tersenyum gemas melihat Winter, ia menggeser warna hijau pada layar smartphone nya.

"Hallo Giselle"

Winter langsung menoleh saat mendengar nama Giselle.

"hm, aku akan kesana" Jeno langsung mematikan sambungan telfon dan menatap Winter dengan lembut.

"aku akan kembali ke sekolah, Mr.Taeil menyuruh kita untuk mengerjakan soal tambahan bersama di perpustakaan" jelas Jeno.

Winter mengangguk pelan sebagai jawaban, dalam lubuk hatinya ia merasa tak rela membiarkan Jeno bertemu dengan Giselle, namun ia juga tak berhak menahan Jeno.

"aku akan kembali setelah selesai"

"tidak, kau harus istirahat, kita bertemu besok lagi" tolak Winter dengan halus.

Jeno menarik tengkuk Winter dan mengecup bibir merah muda Winter sekilas.

"segera telfon aku jika kau masih merasa sakit" setelah mengatakan itu. Sosok Jeno langsung menghilang diantara pintu.

Winter mengangkup pipinya yang terasa hangat, jantungnya berdegup kencang karna perlakuan manis Jeno.










Tekan bintang jika kalian suka. Terimakasih.

Naughty Jeno (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang