🍒 NJ 11

5K 470 45
                                    


Pagi ini Winter berangkat ke sekolah seorang diri menggunakan bus, hari ini adalah hari Olimpiade Fisika Nasional.

Setibanya di kelas, Winter langsung meletakkan tas nya ke atas meja dan mendaratkan bokongnya diatas kursi.

"ada yang lesu datang ke sekolah dengan bus" goda Haechan sembari menusuk lengan Winter.

Winter berdengus mendengar kalimat itu.

"aku tak sabar untuk melihat penampilan mereka" ucap Karina.

"pfttt.... Kau pikir mereka akan konser?" Karina memukul lengan Haechan dengan kuat.

Winter mengecek layar ponselnya, hingga saat ini ia masih belum mendapat kabar dari Jeno. Tim dari sekolah mereka sudah berangkat sejak 1 jam yang lalu.

"aku sangat menyukai momen ini" Haechan merentangkan kedua tangannya , menghirup nafas sedalam mungkin.

Semua murid juga sangat menyukai momen ini, saat anak kelas unggulan mengikuti Olimpiade. Pasti sekolah mereka hanya akan belajar di jam pertama dan di jam kedua mereka semua akan dikumpulkan di aula untuk menyaksikan berlangsungnya Olimpiade dari proyektor.

***

Semua murid sudah berkumpul di aula saat ini, Winter, Haechan, Jaemin dan Karina duduk di barisan tengah.

Murid-murid yang ada di aula terus menyemangati Jeno, Giselle dan Renjun yang terlihat sudah duduk di kursi mereka.

Padahal mereka hanya melihat melalui proyektor, tapi itu semua tak bisa menghalangi antusias mereka untuk menyemangati.

"sial, padahal bukan aku yang ada disana, tapi aku yang deg deg an" bisik Haechan pada Winter.

Winter mengangguk setuju, ia juga merasa gugup, padahal tahun-tahun sebelumnya ia selalu biasa saja melihat tim sekolahnya mengikuti Olimpiade.

Suasana hening seketika saat mendengar MC mulai memberi aba-aba pada setiap tim untuk bersiap.

***

Babak pertama dan kedua terselesaikan dengan cepat, tim Jeno yang memperoleh poin tertinggi di kedua babak itu.

Saat ini semua murid tengah menuju kantin mengisi perut mereka sebelum melihat babak terakhir.

"wahhh aku masih tak percaya dengan Jeno" kagum Karina, hampir di semua soal, Jeno yang menekan bel dan jawabannya benar.

"jika aku yang ada disana. Baru soal pertama dibacakan, pasti aku sudah kejang-kejang" Haechan tertawa keras hingga membuat seluruh murid yang ada dikantin menatapnya.

"bikin malu saja" Jaemin menggelengkan kepalanya.

Winter sendiri juga tak menyangka Jeno akan sepintar itu. Dengan mudahnya menjawab pertanyaan yang penuh dengan angka, angka yang membuat siapapun mual hanya dengan melihatnya.

"cepat habiskan makanan kalian, aku sudah tak sabar kembali ke aula" suruh Haechan dengan semangat.

***

Dua puluh lima menit telah berlalu sejak babak terakhir dimulai, saat ini poin sekolah mereka hanya berbeda 30 poin dari sekolah Halim.

"soal terakhir, dengan poin 80" tutur MC.

Semua murid langsung protes tak percaya mendengar poin yang begitu tinggi di soal terakhir, jika tim lain berhasil menjawab soal itu, otomatis sekolah mereka akan berada di posisi kedua.

"dunia sungguh mengerikan" guman Haechan yang menatap serius pada layar besar yang ada di aula.

"ah sial aku jadi berdegup kencang sekarang" Jaemin membenarkan posisi duduknya dan menggenggam tangan Karina yang ada disebelahnya. padahal ia sudah berusaha terlihat tenang sedari awal.

Winter terus menggigit kuku telunjukknya. Matanya bergerak gelisah, namun ia yakin Jeno pasti bisa menjawab soal itu dengan mudah.

Semua murid di aula juga menegang menunggu MC membacakan soal terakhir.

MC itu mulai mengangkat mic nya dan membuka halaman terakhir.

"Vektor gaya F = 20√3 N membentuk sudut 600 dengan sumbu X. Ukuran komponen vektor pada sumbu Y adalah"

Tettt!!!

Baru satu detik soal dibacakan, Jeno langsung menekan bel yang ada didepannya, dengan santai ia menjawab.

"30 N"

"benar!"

Semua murid langsung bersorak kencang, bahkan guru-guru yang duduk didepan pun ikut berdiri sembari bertepuk tangan.

Setelah 7 tahun, baru kali ini sekolah mereka kembali memenangkan olimpiade 3 babak berturut-turut dengan poin tertinggi.

Winter tak kalah bahagia, ia bahkan melompat-lompat kecil bersama Haechan.

"pftt... Lihat wajah menyebalkannya" ucap salah satu murid perempuan dibekakang Winter.

"jika dibandingkan dengan Giselle, ia masih tak ada apa-apa nya, hanya teman masa kecil saja" timpal murid yang satunya.

Meski suasana aula masih sangat berisik, Winter bisa mendengar jelas percakapan kedua gadis dibelakangnya.

Haechan langsung memutar badannya menghadap belakang.
"sekumpulan lalat yang iri"

Ternyata Karina dan Jaemin juga mendengar percakapan kedua murid dibelakang.

Sepasang kekasih itu pun membalikkan badan mereka, menatap kedua murid perempuan dibelakang.

"menyedihkan" ucap Karina sembari tertawa remeh pada dua perempuan itu.

"sayang, jangan begitu, nanti kedua lalat disana akan semakin menjadi-jadi" Jaemin mengusap rambit Karina sembari tertawa manis.

Kedua murid itu tak terima dengan perkataan Haechan, Jaemin dan Karina. Keduanya pun membalas perkataan mereka , diselipi dengan kata-kata kasar.

Winter merasa malu melihat keributan ini, ia langsung menarik tangan Haechan dan Karina agar pergi dari tempat itu.

Haechan dan Karina yang terseret masih mengeluarkan kata sumpah serapah dari mulut mereka pada dua perempuan dibelakang.

"mulut kotor kalian tidak pantas membicarakan Winter" ucap Jaemin dengan sinis sebelum menyusul Winter, Haechan dan Karina.

***

"harusnya tadi kau biarkan saja aku memukul wajah mereka" ketus Karina.

"benar, rasanya aku ingin mencocol mulut keduanya dengan wasabi" sahut Haechan sembari meminum jus jeruk ditangannya.

Padahal pengumuman hadiah masih belum diumumkan, tapi mereka harus meninggalkan aula lebih dulu.

"sudah biarkan saja, itu bukan hal yang serius" Winter terus menenangkan kedua temannya yang masih terus mengomel.

"bukan hal serius apanya?! Memangnya kau mau dibanding-bandingkan?!" tanya Haechan tak percaya.

"tidak juga, tapi sudahlah, lupakan saja" Winter mengibaskan tangannya didepan wajah.










Bosen ya? Wkwkwkwkk

Naughty Jeno (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang