🍒 NJ 19 (Warn‼️)

13.3K 447 31
                                    

Saat ini mereka tengah menikmati makan malam di hotel. Menu kali ini adalah kaki kepiting. Makanan kesukaan Winter.

Winter memakan kaki kepiting itu dengan lahap. Begitu juga dengan yang lain.

Tiba-tiba saus yang dipegang Jeno tumpah hingga mengenai rok Winter.

"astaga!" pekik Jeno, Winter hanya bisa menatap kekasihnya dengan datar.

"kau sungguh ceroboh sekali Lee Jeno" ujar Winter, Jeno hanya tersenyum menampilkan eyesmile nya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Gadis itu menarik beberapa helai tissue dan menyeka saus di rok nya.

"lebih baik kau ganti pakaianmu saja dulu. Aku akan menyisakan kaki kepiting untukmu" suruh Karina.

Winter mengangguk dan beranjak dari duduknya.

"cepat kembali atau aku akan menghabiskan bagianmu" kata Haechan sambil tertawa bahagia.

"awas saja jika kau berani" balas Winter.

Winter kembali ke kamar Hotel dan mengganti bawahannya, beberapa menit kemudian Winter selesai.

Dengan segera gadis itu berjalan menuju lift untuk kembali ke bawah, ia ingin kembali menikmati kaki kepiting kesukaannya.

"kepiting kepiting kepiting" Winter bersenandu ria. Mengabaikan seseorang yang baru saja membuka pintu kamar.

Saat akan tiba di dekat lift, tiba-tiba sepasang tangan kekar menarik tangannya dan membawanya masuk kedalam kamar.

Winter baru saja ingin berteriak. Namun ia urungkan niatnya karna yang menariknya masuk kedalam kamar hotel adalah Jeno.

"Jeno? Kenapa kau bisa ada disini? Bukankah kamarmu diujung sana?" tanya Winter, saat ini Jeno menghimpitnya di pintu kamar hotel.

"aku menyewa kamar ini khusus untuk kita berdua" jawab Jeno sembari menyatukan kening keduanya.

"kau mengeluarkan uang lagi?!" tanya Winter kembali, ia membelakkan matanya.

"hanya satu malam saja, aku sungguh merindukanmu Winter" Jeno memeluk kekasihnya dengan erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Winter.

Winter tertawa kecil mengingat Haechan dan Renjun yang terus menganggu mereka sejak kemarin hingga ia tak memiliki waktu berduaan bersama Jeno.

"aku juga merindukanmu" Winter membalas pelukan Jeno dan mengusap punggung kekasihnya.

Keheningan menyelimuti keduanya, Winter menggeliat pelan saat merasakan bibir Jeno yang mulai bergerak dileher nya.

mengecup dan menjilat lehernya berkali-kali, Winter berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

"jangan ditahan" bisik Jeno hingga membuat bulu kuduk Winter meremang.

Jeno mencium bibir Winter dengan manis, membawa Winter ke ciuman yang lebih menuntun.

Jeno mengulum bibir bawah dan atas Winter secara bergantian. Ia menghentikan ciumannya dan menatap Winter yang terpejam saat ini dengan nafas tak beraturan.

Wajah gadisnya sudah sangat merona, Jeno mengecup kening Winter dan menggendong Winter menuju kasur.

Perlahan ia membaringkan Winter diatas kasur, Jeno menindih tubuh mungil itu dan kembali mencium bibir Winter, lebih tepatnya melumat bibir Winter.

Winter sedikit kewalahan saat lumatan Jeno mulai mengganas, seperti tak mau melewatkan setiap inci bibir Winter.

Winter memukul pundak Jeno berkali-kali saat merasa nafasnya sudah mulai menipis.

Jeno melepaskan tautan keduanya dan dengan segera Winter menghidup udara sebanyak mungkin.

"kau bisa membunuhku" ujar Winter saat merasa nafasnya membaik.

"ciuman tak akan membuatmu terbunuh" sahut Jeno.

Kini Lelaki itu mengunci kedua tangan Winter di atas kepala.

"aku tidak akan melewati batas" ucap Jeno saat melihat raut wajah Winter yang mulai panik.

Jeno memiringkan wajahnya dan kembali menyatukan bibir keduanya, ia menghisap pelan bibir Winter, menjilati bibir bawah Winter berulang kali hingga membuat sang empunya tertawa geli dalam ciuman mereka.

Satu tangannya yang bebas ia gunakan untuk mengelus perut Winter dari luar baju.

Winter menegangkan tubuhnya saat tangan kekar itu mulai berani masuk kedalam bajunya, mengelus perutnya dengan lembut.

Gadis itu sedikit melenguh saat usapan tangan Jeno yang semakin naik hingga area dada nya.

Jeno langsung melepaskan ciumannya dan menarik tangannya dari dalam baju Winter.

Lelaki itu mendudukkan dirinya ditepi kasur sambil mengusap wajahnya dengan kasar, ia hampir saja lepas kendali.

"aku ke toilet dulu" pamit Jeno dan dalam hitungan detik Jeno sudah menghilang dibalik pintu toilet.

Sebenarnya Winter juga menginginkan sentuhan lebih, tapi mereka harus menjaga batasan mengingat keduanya masih berstatus pacaran.

Winter tersenyum tipis karna Jeno bisa menahan dirinya untuk tidak melewati batas, meski tadi itu hampir.










Gatau. Pengen jadi truk.

Naughty Jeno (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang