🍒 NJ 07

6.2K 515 43
                                    


Winter sudah mengganti bajunya dengan baju santai, saat ini keduanya tengah berada dikamar Winter.

Sebelum masuk ke kamar Winter, Jeno meminta ijin terlebih dahulu pada Eomma Winter dan sang Eomma tidak keberatan membiarkan seorang laki-laki remaja berada dikamar putrinya.

Mata Jeno tertuju pada kotak kecil yang sudah terbuka dan menyembulkan sedikit isinya.

Jeno beranjak dari duduknya, mendekat ke arah kotak kecil yang ada di atas meja belajar Winter.

"headband ku, kau masih menyimpannya dengan baik" ucap Jeno saat melihat kondisi headband miliknya masih bagus , hanya sedikit memudar saja warnanya.

"tentu saja, aku menyegel benda pemberianmu dan menyembunyikannya di samping lemari hingga aku melupakannya hahah" balas Winter namun dengan mata yang terfokus dengan novel yang ada ditangannya.

Jeno menatap Winter dengan tajam, saat ini Jeno tengah berdiri disamping Winter yang terduduk diatas kasurnya dengan posisi bersender di headboard.

"apa?" tanya Winter, ia meletakkan novelnya, kini tatapannya beralih ke arah Jeno yang berdiri disampingnya , jangan lupakan tatapan tajam itu.

Winter sedikit gugup menelan saliva nya. Apa karna Winter sudah jujur mengenai headband itu sehingga membuat Jeno marah?.

Jeno mengangkat tangan kanannya, seperti hendak memukul wajah Winter, otomatis Winter langsung memejamkan matanya dengan erat.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Empat detik...

Winter membuka sedikit matanya karna tak ada pergerakan dari Jeno. Matanya terbuka lebar saat melihat sebuah gelang tangan dihadapannya.

Gelang berwarna putih, terdapat ukiran 'JW' dibagian tengah gelang tersebut.

Jeno menarik tangan kiri Winter dan memasangkan gelang itu dengan mudah.

"agar kau tidak melupakan barang pemberianku lagi"

Winter melihat ke pergelangan tangan kiri Jeno, ternyata Jeno juga mengenakan gelang yang sama, hanya saja rantai milik Jeno sedikit lebih besar dibanding milik Winter.

"memangnya kita sepasang kekasih apa?" tanya Winter spontan.

Winter buru-buru menutup mulutnya , ia sedikit menunduk dan memukul pelan kepalanya.

Jeno menahan tangan Winter yang memukul kepalanya dari tadi , satu tangannya lagi ia gunakan untuk mengangkat dagu Winter.

"sejak dulu kita memang sepasang kekasih"

Jeno langsung menyatukan bibir keduanya, hanya menempel saja ,tanpa ada pergerakan.

Winter merasa jantungnya berdegup sepuluh kali lebih cepat dibanding biasanya. Wajah gadis itu langsung merona, bahkan telinganya pun terasa panas.

Jeno menjauhkan wajahnya , ia menatap Winter dengan lembut dan mengacak pelan rambut gadis itu.

"aku pulang dulu" pamit Jeno dan keluar dari kamar Winter.

Tanpa sadar Winter tersenyum malu dan langsung menyembunyikan wajahnya dibantal.

***

Sudah beberapa minggu ini Jeno selalu mengajari Winter disetiap pelajaran yang tidak Winter mengerti, terkadang Haechan, Jaemin dan Karina juga ikut belajar dirumah Winter, tentu saja diajari Jeno juga.

Sejak kejadian itu, Jaemin kini lebih dekat dengan Karina, bahkan keduanya lebih sering berlajar berdua, meninggalkan Haechan sendiri.

Seperti saat ini, kelimanya tengah belajar dikamar Winter.

"Jeno-ya~ bisa jelaskan rumus yang ini?" tanya Haechan dengan manja sembari menempelkan tubuhnya ke Jeno.

Jeno menatap sinis ke arah Haechan , dengan segera Haechan menjauhkan kembali tubuhnya disertai cengiran khas nya.

Winter dan Karina ikut menatap jijik ke arah Haechan, setiap kali Haechan selalu saja terlihat menggoda Jeno.

Jeno menjelaskan panjang lebar mengenai rumus yang Haechan tanyakan, Haechan sesekali menggerakkan kepalanya atas bawah, ntah mengerti atau tidak.

"paham?" tanya Jeno memastikan.

"ndee~" jawab Haechan yang sengaja di imut-imutkan, membuat Jaemin juga menatap jijik ke arah temannya itu.

Jeno mengabaikan Haechan, ia kembali menuliskan beberapa rumus dicatatannya. Saat ini kelimanya duduk dalam posisi melingkar.

Disisi kanan Jeno terdapat Winter, disisi kirinya terdapat Haechan, disamping Haechan adalah Jaemin dan terakhir disamping Jaemin tentu saja Karina.

Jeno melirik sedikit ke buku Winter, gadis itu terlihat sangat serius menghitung rumus yang ada dibukunya.

"bukan begitu cara hitungnya" Jeno mengetuk pelan kepala Winter dengan pulpen yang ada ditangannya.

"yak! Jangan memukul kepala ku, jika aku tambah bodoh, tidak ada yang mau menikahiku nanti" geram Winter.

"aku yang akan menikahimu" sahut Jeno sembari mengeluarkan eyesmile andalannya.

"ooooooo! Gentle sekali" Haechan memukul lengan Jeno dengan kedua tangannya.

Jaemin dan Karina tertawa pelan sembari melihat satu sama lain.

Jeno kembali melayangkan tatapan tajamnya ke arah Haechan yang tak kunjung berhenti memukul lengannya.

Haechan yang merasa takut ditatap seperti itu langsung menghentikan kegiatannya.

"ekhem...ayo kita lanjutkan lagi" Haechan buru-buru kembali mengerjakan soal dibuku.

Winter berusaha menyembunyikan rasa gugupnya, sesekali ia menyelipkan rambutnya ditelinga.

Kelima remaja itu kembali fokus dengan tugas mereka, suasana hening. Hanya terdengar suara ketukan jam dinding yang terpajang dikamar Winter.

"aku haus" ucap Haechan tiba-tiba, ia bangkit dari duduknya dan keluar menuju dapur.

Tak lama kemudian Haechan kembali dengan sekaleng cola ditangannya, saat ia menutup pintu dan membalikkan badannya, kedua matanya langsung melebar.

"yakkk!"





Naughty Jeno (Jeno x Winter)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang