Rose merapikan rambutnya yang tidak berantakan.
Gadis dengan gaya orang amerika itu, sudah berdiri hampir dua puluh menit didepan lift tapi, bukan karna dia sedang menunggu lift terbuka tetapi ia sedang menunggu seseorang yang tercap tetangganya sekarang, siapa lagi kalau bukan Oh Sehun?
Setelah beberapa menit, Rose dapat mendengar suara langkah kaki seseorang yang mendekatinya. Gadis cantik itu tersenyum sekilas lalu ia berpura-pura sedang menunggu lift.
Saat kedua manik mata itu bertemu, senyum Rose semakin lebar kepada Sehun.
"Selamat pagi." Sapa Sehun.
"Pagi, kebetulan sekali kita bisa barengan." Itu adalah bohong, karna kenyataannya Rose lah yang menunggu Sehun setengah jam, bukan sebuah kebetulan.
Lift pun terbuka, keduanya pun memasuki lift yang kosong tersebut.
Keadaan di lift cukup canggung karna keduanya tidak memulai percakapan.
Mata besar Rose terus menerus menatap Sehun yang sedang bermain hp, namun saat Sehun kembali meliriknya dengan kecepatan tinggi Rose langsung membuang wajah, mengalahkan pandangannya, yang membuat Sehun tersenyum karna tentunya lelaki itu tau kalau dia sedang diperhatikan.
"Kau sekarang sudah berubah. Aku senang kau tidak seperti dulu lagi."
Rose menatap Sehun lalu, tersenyum tipis. "Aku hanya merasa, semakin aku dewasa aku semakin tidak ingin menangis dan membuang-buang waktuku."
"Iya aku mengerti kalau sekarang kau sudah menjadi orang yang cukup sibuk."
Rose menggeleng cepat, sembari berkata. "Tidak, bukan seperti itu maksudku. Maksudku –" Ucapan Rose terpotong saat Sehun berbicara.
"Aku mengerti, aku hanya bercanda. Kalau begitu sampai ketemu dirumah sakit." Lift pun terbuka, setelah mengucapkan itu Sehun pun langsung pergi meninggalkan Rose.
Rose terdiam sejenak lalu, berkata. "Sepertinya sikapmu kepada juga sudah berubah Oh Sehun." Ekspresi yang sulit diartikan kini diperlihatkan gadis cantik itu.
---
Lisa tersenyum manis, manik matanya tidak lepas dari wajah Jae Hwan yang sedang tidur.
Sebenarnya Lisa ingin menyelidiki kasus ini tapi, ia ingat kalau Jae Hwan sangat melarangnya, sejujurnya Lisa sangat penasaran namun lelaki itu tidak mengizinkannya ikut campur.
Lisa melirik botol minum Jae Hwan yang kosong, tanpa pikir panjang ia pun meraih botol tersebut dan ingin mengisinya.
Dengan langkah pelan, Lisa keluar dari kamar rawat Jae Hwan agar lelaki itu tidak terbangun.
Lisa menutup pintu kamar rawat itu dan berniatan untuk mengambil air hangat yang tersedia dirumah sakit.
Setelah beberapa saat, terlihat seorang suster dan dokter yang berlari kearahnya.
Para suster berlarian karna keadaan darurat, sehingga tidak sengaja salah satu suster tersebut menabrak Lisa.
Lisa menutup kedua mata sipitnya, saat tubuhnya melayang kebelakang, dan kini Lisa tersadar kalau ada yang menyelamatkannya ia dapat merasakan pergelangan tangan seseorang yang memegang pingganya.
Lisa menarik nafasnya dengan panjang, lalu dalam hitungan detik ia membuka mata sipitnya dengan pelan, Lisa tersenyum ia melihat sahabatnya lah yang ternyata menolong dirinya.
"Kau tidak apa?"
Gadis itu pun langsung berdiri tegak, lalu mengeleng cepat. "Tidak, terimakasih sudah membantuku."
"Baiklah, kalau begitu aku harus pergi sekarang, aku akan menghubungi mu nanti." Pekerjaan Sehun adalah seorang dokter jadi kini dia sedang buru-buru untuk menyelamatkan pasiennya. Sehun pun kembali berlari dan masuk kesalah satu ruangan.
Lisa memperhatikan kepergian Sehun, sembari berkata. "Menghubungiku? Untuk apa?"
---
Rose melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul empat sore. Dengan cuaca yang mendung wanita itu berdiri didepan rumah keluarganya. Kemarin ia berniatan untuk pergi mengunjungi ayahnya namun karna tiba-tiba ada operasi mendadak wanita itu tidak jadi kerumah ayahnya. Namun sekarang dirinya telah berdiri didepan rumah lamanya yang penuh kenangan bersama ibu kandungnya.
Rose menghelakan nafasnya panjang saat ia merasa rintik-rintik hujan yang mengenai dirinya. Ia ingin sekali menekan bel rumahnya itu tapi, ia sangat ragu karna rasanya ada yang menahan dirinya entah itu gengsi atau dirinya belum sanggup meneri kenyataan.
"Noona!" Suara khas itu berdengung ditelinganya, Rose melirik kebelakangnya dalam hitungan detik senyumnya terukir saat ia melihat adik tirinya yang berlari kearahnya.
Soo hyun berlari menghampiri Rose dan langsung memeluk kakaknya itu.
"Appa bohong katanya noona mau kesini kemarin, Soo hyun sudah menunggu tapi noona Loce tida datang-datang."
"Loce?" Rose tersenyum manis saat adiknya itu menyebut namanya dengan lucu.
"Maafkan noona kemarin noona ada urusan mendadak."
Mina tersenyum melihat kedua anaknya yang berpelukan, ia pun mendekati keduanya dan langsung memayungkan kedua anaknya itu.
"Masuklah sayang, disini dingin kalian akan kena flu jika terus berdiri disini." Ucap Mina dengan penuh kasih sayang.
Dengan cepat Soo hyun langsung menarik pergelangan tangan Rose dan mengajaknya masuk. "Noona, noona harus coba mainan baru Soo hyun." Ucap balita itu menarik-narik tangan kakaknya layaknya seorang anak kecil.
Rose hanya tersenyum dan mengikuti adiknya itu.
---
Pandangan Jae Hwan tidak lepas dari kecantikan Lisa, Sedangkan Lisa harus bekerja dirumah sakit agar bisa sekalian merawat Jae Hwan karna lelaki itu tidak mau ditinggalin.
Jari-jari Lisa tidak henti-henti menekan keyboard laptopnya, ia sebenarnya sangat risih karena seseorang terus memperhatikannya.
"Apa kau tidak bosan melihatku?" Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya pada laptopnya.
"Aku tidak akan pernah bosan memandang masa depanku."
"Iya, aku rasa kau memang hebat soal kata-kata menjijikan seperti itu."
Jae Hwan tersenyum lalu berkata. "Kemarilah, aku kangen." Lelaki itu merentangkan kedua tanganya memberi kode kalau ia ingin dipeluk.
Lisa melirik Jae Hwan sebentar lalu, menggeleng cepat. "Tidak, pekerjaan masih sangat banyam karnamu."
Raut wajah Jae Hwan langsung berubah drastis. "Kau lebih mementingkan pekerjaan mu dari pada aku?" Lelaki itu menunduk dengan wajah cemberut.
Lisa melihat Jae Hwan yang bertingkah layaknya anak kecil yang tidak dibelikan mainan. Ia pun pasrah dan mendekati Jae Hwan yang merajuk.
Lisa menghelus lembut rambut Jae Hwan sembari berkata. "Sudah besar tapi kayak anak kecil."
Jae Hwan melirik Lisa sebentar, lalu ia menarik wanita itu kedalam pelukannya, sembari berkata. "Iya, eomma Jae Hwan butuh kasih sayang." Ucapnya dengan sedikit meniru nada anak kecil.
Lisa hanya tersenyum melihat kekasihnya itu yang sangat manja padanya, menurutnya tingkah Jae Hwan sangat imut.
Lisa sadar setiap detik waktunya tidak akan berharga jika tidak bersama dengan orang-orang yang ia sayangi.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
She is my true Love (END)
Novela Juvenil[FOLOW SEBELUM MEMBACA!!] [Sudah tamat dan belum di Revisi] -SELAMAT MEMBACA- Menurut Lisa takdir itu tidak ada yang tau? Seperti kisah cintanya, yang awalnya hanya sebuah kecerobohan hingga menjadi sebuah cinta sejatinya, namun setiap kisah cinta p...