part 10

254 162 42
                                    

***

"Berapa semuanya?" Ucap Sehun. Ia pun membayar semua  belanjaannya dan berjalan pergi dari tokoh itu. Setelah beberapa langkah Sehun dari minimarket ia menatap  Rose sendirian  berada di halte bus dekat rumahnya, dirinya pun memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

Sehun menyodorkan sebuah minuman di depan Rose "Gomao Sehun-ah." Ucap Rose dan menerima minuman dari Sehun, lelaki itu pun duduk di samping  Rose.

Clik..

Keduanya pun meminum minuman kaleng tersebut dan menatap langit yang mendung.

"Apa kau bawa payung?" Tanya Sehun, yang masih menatap langit gelap yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan.

"Aku tidak butuh payung, aku sudah biasa ke hujanan." Jawab gadis itu  dan meminum minumnya. Sehun menatap Rose dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, 'apa dia ada masalah?' ucap Sehun dalam hati, tetapi, ia tidak mau bertanya karna itu bukanlah urusan dirinya.
Mereka pun kembali menatap kearah langit yang  gelap yang di penuhi awan yang yang medung.

Rintik-rintik hujan pun turun membasahi seluruh kota seoul.

Sehun kembali manatap seorang itu yang terdiam cukup lama.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara tangisan yang pecah  dari samping dirinya, dia pun menatap kembali Rose yang menangis menundukan  wajahnya yang ditutupi oleh rambut halusnya.

...

Lisa memegangi kedua tangannya yang dingin sembari berjongkok, karna kakinya yang kecapekan, ia cuma bisa berteduh sedikit di tepi-tepi dengan hujan yang begitu deras.

Beberapa menit kemudian, ia menatap sepatu di depan nya, Lisa mengangkat kepalanya dan menemukan seseorang lelaki yang memayungi dirinya dengan ciri- ciri seperti orang yang tadi mengkuti dirinya. Orang itu membuka masker hitam miliknya dan menatap Lisa dengan dalam.

"Jae Hwan?!!" Ucapnya kaget tenyata dari tadi yang mengikuti dirinya adalah Jae Hwan.

"Berdirilah." Ucapnya sembari menyodor tangan kanan nya kepada Lisa, Lisa yang masih menatap lekat lelaki itu dan akhirnya memegang tangan Jae Hwan dengan lembut yang membatunya berdiri, Jae Hwan bisa merasakan tangan Lisa yang dingin dan memucat. Ia menatap  Lisa yang kelihatan lemas dan kedinginan ia pun memutuskan untuk melepas jaket hitam miliknya dan memakaikannya kepada gadis itu.

"Kau bodoh, kenapa kau mengikutiku dan berpakaian seperti penculik?!" Kesal Lisa sembari memakai jaket dari Jae Hwan dengan benar, bukannya yang ia dapat kata terimakasih tetapi Lisa malah habis- habisan memarihi dirinya.

"Kau juga kenapa berlari dan sembunyi di sini, memangnya aku mirip penjahat?!" Lawan Jae Hwan gak mau kalah dengan Lisa.

"Tapi, kenapa kau tidak memanggil namaku? Kau buat aku capek saja."
Jae Hwan bukannya tidak mau memanggil Lisa tetapi dirinya juga keluar secara diam-diam.

"Iya-iya maaf." Ucap Jae Hwan sambil menghelus rambut coklat panjang Lisa yang sedikit basah. Tiba-tiba Lisa bersin beberapa kali ke arah dirinya, Jae Hwan memegang kening dan juga pipi Lisa yang panas.

"Kau demam Lisa." Ucap Jae Hwan dengan nada khawatirnya.

"Dingin." Ucap Lisa yang melemas dirinya sangat kedinginan karena angin yang lumayan kencang.

Tanpa basa-basi Jae Hwan pun langsung berjongkok di depan Lisa.

"Naiklah, cepat! Aku antar kau pulang." Lisa tidak bisa menolak karna, dirinya sudah terlalu pusing, ia pun menerimanya dan naik kepanggung lelaki itu, sambil memegang payung, kemudian Jae Hwan kembali memakai masker hitam miliknya agar orang tidak mengenal dirinya.

"Dimana rumahmu?" Tanya Jae Hwan kepada Lisa.

"Apa aku tidak berat?" Bukanya menjawab pertanyaan dari Jae Hwan ia malah bertanya balik. Sehingga terdengar tawa kecil dari lelaki yang menggendongnya.

"Kenapa ketawa? aku nanya kok malah ketawa?!" Ucap Lisa menatap Jae Hwan dari arah samping.

Jae Hwan pun, tersenyum jahil lalu, berkata. "Kau sangat berat! Rasanya punggungku mau patah."


"Benarkah?! kalau gitu turunin aku sekarang!!" Berontak Lisa tetapi, di tahan oleh Jae Hwan karna, sebenarnya Lisa tidak berat sama sekali.

"Sudahlah  dimana rumahmu?"
Lisa pun menunjukkan arah rumahnya, selama perjalanan keduanya saling melemparkan candaan dan tertawa lepas tidak mempedulikan seberapa lebat dan dingin nya hujan.

...

Rose kini masih menundukan manik matanya tertuju pada sepatunya yang terkena rintik-rintik hujan, Rose mengingat kenangnya bersama ibunya saat hujan lebat yang biasanya, saat hujan dirinya selalu di buatkan susu hangat oleh ibunya. Kemudian gadis itu kembali meneteskan air matanya yang sudah tidak bisa ditahan olehnya lagi, sungguh Rose tidak bisa berbohong ia sangat merindukan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Disela-sela tangisnya, tiba-tiba  seseorang menarik dirinya kedalam pelukannya, siapa lagi kalau bukan Sehun, Rose tidak mempedulikan itu ia kembali menangis dengan kencang di pundak Sehun.

'Aku tidak tau apa masalah yang telah di pendam oleh Rose tetapi, aku bisa merasakan betapa sedihnya wanita ini sekarang.' Sehun mengelus lembut rambut Rose sembari menepuk pelan punggung Rose agar dirinya bisa lebih tenang.

Setelah hujan berhenti Sehun mengantar Rose pulang kerumahnya.
Sesampai dirumanya ia menatap sosok laki - laki tua yang menatap sinis dirinya.

"Masuk!!" Ucap laki-laki tua itu dengan tegas pada Rose, tanpa aba-aba Rose langsung masuk kerumahnya dengan cepat.

Sekarang Sehun mengerti apa yang terjadi dengan gadis itu.

---

Hallo kakak...
Maaf ya baru bisa ngelanjutin
Ceritanya..

Kalau masih ada salah - salah
Kata koment aja, biar aku
Perbaikin..

"Terimakasih"

She is my true Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang