3. Parasit

3.1K 167 0
                                    

MATA Grisham berbinar dan senyum tipis tersungging di bibirnya ketika melihat penampilan Esteva yang baru. Gadis itu sedikit lebih beradab, tetapi setelah dipikir lagi, penampilan rapi dan sopan memang tidak cocok untuknya. Mata itu, mata yang nyalang, tajam menyasar buruan dan tidak pernah lengah. Dia kucing hitam yang akan menunggu di sudut gelap, lalu menerkam buruannya.

"Silakan duduk," ucap Grisham pada Esteva. Alfred menarik kursi makan untuk gadis itu.

"Sí, Señor. Gracias." Ya, Tuan, Terima kasih, sahut Esteva. Dia duduk di sebelah Grisham, berhadapan dengan Britanny yang mengawasi setiap gerak- geriknya.

"Jika kau punya makanan kesukaan atau masakan di sini tidak sesuai seleramu, kau biasa mengatakannya langsung padaku atau pada Alfred," lanjut Grisham sambil meraih sendok garpunya, memulai acara makan siang mereka. "Aku akan mencari koki yang bisa memasak sesuai seleramu.

"Sí," sahut Esteva lagi lalu mulai makan mengikuti tuannya.

Britanny menunduk sedikit saat menyuap makanan, kemudian dia terperangah. "Kalungku!" serunya panik. Meletakkan sendok makannya, ia meraba- raba lehernya. "Kalungku tidak ada." Britanny bangkit dari kursinya, memeriksa pakaiannya sendiri kalau- kalau kalungnya jatuh ke dalam baju.

Esteva melirik sambil menyuap makanan. Grisham menghentikan makannya, bersandar ke kursi untuk memandangi sepupunya itu —yang dari sudut pandangnya— hanya membuat masalah karena tidak senang dengan kehadiran tamu baru mereka. "Kau yakin tidak melepasnya, Britanny?" tanya Grisham.

Britanny mendelik pria itu. "Grisham, kau tahu aku bukan orang yang serampangan. Aku tidak asal- asalan memakai dan melepas barang, apalagi perhiasan. Itu kalung hadiah dari ibuku. Aku mengenakannya sejak bayi."

"Mungkin jatuh di suatu tempat. Biar kusuruh pelayan mencarinya ke semua ruangan. Kau duduk dan makanlah dulu, baru kau cari di ruangan mana saja kau berada." Grisham lalu menoleh pada Alfred. "Alfred, perintahkan semua pelayan mencari kalung Britanny di setiap sudut rumah dan halaman."

"Baik, Tuan!" Alfred meninggalkan ruang makan untuk menyampaikan titah tuannya.

Britanny duduk lagi dan berusaha tenang, tetapi ia masih terlalu gusar untuk melanjutkan makan. "Bagaimana kalau tidak ditemukan lagi? Kalung itu sangat berharga buatku."

Esteva menatap Grisham dengan sorot bersungguh- sungguh. "Apakah saya perlu ikut mencari, Señor?" tanyanya. "Saya merasa tidak enak jika tidak membantu."

Grisham tersenyum hangat pada gadis itu. Meraih tangan Esteva dan mengusapnya sekilas bagai kesayangannya. "Tidak perlu, Eva. Ada ratusan pelayan di sini, aku yakin mereka bisa menanganinya."

Esteva pun menunduk kembali ke piringnya. "Sí," sahutnya singkat kemudian melanjutkan makan tanpa terganggu apa pun walau Britanny mendengkus dan menghunuskan tatapan tajam padanya.

"Kau pasti mengetahui sesuatu," tuding Britanny.

Esteva menelengkan kepala dan keningnya mengernyit bingung. "Maaf, apa maksud Anda, Nona?"

"Kau pasti tahu betul apa yang kumaksud!"

Nada suara Britanny yang meninggi membuat Grisham menegurnya. "Britanny, bisa kau kendalikan emosimu? Kita sedang makan dan tidak sopan menuduh tamu kita seperti itu. Eva baru saja tiba di sini, kau sudah membuatnya tidak nyaman."

Esteva mencoba menenangkan suasana. "Tidak apa- apa, Señor, saya sudah biasa diperlakukan demikian," katanya mengiba.

Grisham kembali menatap Britanny dengan tatapan geram. "Kau dengar itu, Britanny? Jangan memperburuk perasaan Eva. Aku harap kau lebih bijaksana dan jangan berasumsi buruk pada gadis yang baru kau kenal." Grisham kembali pada gadisnya, menatap lembut dan berkata penuh perhatian. "Makan yang banyak, Eva. Bournemouth tampaknya tidak mengurusmu dengan baik. Di sini kau akan mendapatkan semua kenyamanan dan ketenangan yang kau inginkan."

Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang