7.

2.1K 133 2
                                    

Grisham terdiam, menajamkan penglihatannya menyelidik Alfred. "Kenapa? Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Nona Britanny menemukan koin emas disembunyikan Nona Esteva dan menuduh Nona Esteva mencuri. Nona Esteva sekarang dikurung di gudang dekat istal ...."

"Apa??" Tanpa menunggu penjelasan Alfred selesai, Grisham mengenakan lagi kemejanya tanpa dikancing, mengenakan sepatunya lagi, kemudian setengah berlari keluar kamar lalu menuju istal yang jauh dari bangunan kamarnya. Dini hari yang gelap, berembun dingin dan senyap menjadi gaduh oleh para pelayan dan penjaga yang bergegas bersiaga karena tuan mereka panik.

"Sudah berapa lama dia dikurung?" tanya Grisham di perjalanan menuju gudang istal. Beberapa pengawal dan pelayan mengiringinya.

"Sejak sore tadi, Tuan," jawab Alfred.

Grisham berdecak keras, lalu mempercepat langkahnya. Beberapa meter dari gudang itu ia meneriaki pelayan yang tersandar tidur di depan pintu gudang. "Buka gudang itu sekarang juga!"

Kedua pelayan itu tergegau, kelabakan mencari anak kunci dan lubangnya. Tangan mereka gemetaran berusaha membuka pintu gudang.

Grisham berkacak pinggang dan membentak mereka. "Siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?"

"Nn- nona Britanny, Tuan ...," gagap kedua pelayan itu.

Grisham berdecih kesal, kepastian sepupunya sendiri bisa berbuat kejam pada Esteva menambah kegusarannya.

Pintu gudang terbuka dan melihat kondisi Esteva terikat serta meringkuk kedinginan membuat Grisham geram bukan main. Ia bergegas ke sisi Esteva, memeriksa gadis itu yang bergeming kehilangan kesadaran. Gusar melihat sisa air mata di wajah gadis itu. Grisham membuka ikatan tangan Esteva sambil memanggilnya. "Eva! Eva! Kau dengar aku?"

"Ung ...." Gadis itu mengerang lemah, tetapi tidak sanggup bergerak dan membuka matanya.

Grisham mengangkat tubuh Esteva, membawa tubuh lemas itu di kedua tangannya. Keluar gudang, di ambang pintu ia berhadapan dengan Britanny yang memasang tampang tidak senang padanya. Grisham menatap tajam pada dua pelayan yang mengurung Esteva. Ia berujar pada Alfred. "Kurung dua orang ini di dalam gudang, Alfred, agar mereka juga merasakan apa yang dialami Esteva di dalam sana."

"Baik, Tuan!" sahut Alfred. Kedua pelayan itu terisak ketakutan. Alfred menelengkan kepala pada dua pengawal agar memasukkan kedua wanita itu ke dalam gudang dan menguncinya.

Sebelum Britanny membuka mulut, Grisham tegas berujar padanya. "Kita akan bicara besok pagi, Britanny dan aku harap kau tidak semakin mengacau."

Grisham berlalu membawa pergi gadisnya. Britanny menggeram kesal sambil mengentakkan kakinya, kemudian kembali ke kamarnya diiringi pelayan.

Lokasi kamar Esteva lebih dekat sehingga Grisham membawanya ke sana. Alfred mengiringinya sambil menyuruh pelayan lain menyiapkan minuman hangat untuk Esteva.

Grisham merebahkan Esteva di ranjang, mengusap wajah memucat gadis itu. Ia menepuk-nepuk lembut pipinya. "Eva! Eva! Buka matamu!"

Esteva berhalusinasi ada yang menyerangnya. Ia mengerang sambil menepis lemah tangan Grisham. "Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku!"

Pelayan datang membawakan sirop mapel hangat yang akan membantu tenaga cepat pulih, akan tetapi igauan Esteva menyebabkan pelayan kesulitan meminumkannya.

"Kalian semua keluar saja!" suruh Grisham pada para pelayan, termasuk Alfred. Mereka semua keluar kamar. Alfred yang terakhir keluar menutupkan pintu kamar rapat-rapat.

Grisham berusaha menyadarkan gadisnya meskipun Esteva menggeleng tidak karuan dan terisak lemah. Ia menangkup wajah Esteva agar diam seraya mengujarinya. "Esteva sayang, ini aku, Grisham! Tuanmu sudah datang, sayang. Bangunlah! Jangan takut lagi."

Mata gadis itu mengerjap lemah. "Tuan?" lirihnya.

Grisham melepaskan sepatunya dengan sebelah kaki. Ia naik ke ranjang, berbaring di sisi Esteva dan mendekapnya. Ia membelai pipi gadisnya. Lembut bersuara dan tersenyum menenangkan. "Ya, sayang. Ini Tuan Grisham sudah di sisimu, sayang."

"Oh, Tuan, saya sangat takut ...." Esteva terisak, membenamkan wajahnya di dada Grisham. Meskipun aroma tubuhnya campuran keringat, embun malam, dan asap rokok, aroma itu lebih nyaman daripada gudang pengap dan apek.

Grisham mengusap puncak kepala Esteva. "Sssh ..., sudah, tidak apa-apa lagi. Ada aku di sini ...." Grisham mengambil cangkir sirop di nakas. "Ini, minumlah ini dulu, sayang. Kau akan merasa lebih baik." Lengannya menyangga kepala Esteva, lalu menyorong cangkir ke bibir gadis itu agar diseruputnya.

Setelah beberapa teguk, Esteva menjadi lebih tenang dan berujar lega. "Terima kasih, Tuan. Saya sudah merasa baikan."

Grisham meletakkan cangkir ke nakas, lalu kembali mendekap Esteva. "Syukurlah kau tidak apa- apa, Eva. Kenapa kau tidak mengatakan pada Britanny kalau koin emas itu pemberianku?" desahnya.

"Apa Nona Britanny akan percaya, Tuan? Orang-orang yang mengetahui bagaimana saya menjalani hidup dan apa yang saya lakukan, mereka akan bertanya kenapa saya hidup demikian. Tidak ada gunanya menjelaskan hal itu pada orang yang memiliki rumah. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya mencari rasa aman pada orang lain agar merasakan di rumah di mana pun saat kepala ini terbaring."(*)

Grisham mengangkat dagu Esteva, menatap ke dalam matanya yang memerah berkaca-kaca. Gadis itu berujar getir.

"Saya selalu menjadi gadis yang terasing. Ibu saya mengatakan bahwa saya memiliki jiwa bunglon (chameleon soul), tidak memiliki kompas moral, tidak memiliki harga diri. Hanya keragu- raguan batin yang luas dan goyah seperti terombang- ambing di lautan. Dan jika saya mengatakan saya tidak berencana menjadi seperti ini, saya dikatakan berbohong ... karena saya dilahirkan untuk menjadi wanita lain. Yang bukan milik siapa- siapa; yang menjadi milik semua orang. Yang tidak punya apa- apa; yang ingin memiliki segalanya. Hidup cepat, mati muda, menjadi liar, dan bersenang- senang. Dan motto hidup saya senantiasa: "Saya percaya pada kebaikan orang asing" Tidak mengenal saya, lebih baik daripada mengetahui siapa saya."(*)

Grisham menggeleng perlahan, menampik ucapan gadis itu. "Aku yakin bukan begitu, sayang. Ada makna mendalam dari setiap perjalanan hidup. Seperti aku, ibarat sedang berada di musim dingin kehidupanku, dan orang yang kutemui di sepanjang perjalanan menjadi satu-satunya musim panasku.(*) Sayangku, dalam tembok Winterwall ini, kau adalah penghangatku. Kaulah musim panasku. Kau diperuntukkan menjadi milikku. Akulah rumahmu, silakan menjadi liar dan bersenang-senang denganku."

Kelopak mata Esteva tertunduk, menyembunyikan perih hatinya. "Saya khawatir saya tidak sejalan dengan Nona Britanny dan pelayan di sini, Tuan. Tempat ini bukan untuk saya," ucapnya.

Ucapan Tuan padanya membuat batasan keras bagi Grisham. Rahang Grisham mengeras. Ia berujar dingin. "Jangan khawatir, sayang. Besok aku akan mengirim Britanny keluar rumahku dan menghukum para pelayan yang semena- mena padamu."

"Oh?"

Grisham mendekap erat Esteva, mencumbu bibir manisnya yang berasa sisa sirop mapel. "Mereka harus tahu di rumah ini yang berlaku adalah aturanku dan aku tidak akan membiarkan seorang pun mengusik hiburanku," ujar Grisham geram di sela kecupan- kecupan kasarnya di bibir Esteva, lalu menelusuri rahang dan lekukan leher gadisnya.

Esteva merisik merdu. "Ah, Tuan ...." Mencengkamkan jemarinya di sela rambut Grisham. "Tuan baik sekali," puji Esteva, lalu mengecup dahi Grisham. Grisham tidak menyahut karena mencecap kelembutan kulit gadisnya. Cecapan kuat penuh nafsu, yang membuat gadis itu mendesah gemas. "Ah ...."

Tanpa dilihat Grisham, Esteva tersenyum menyeringai, sorot mata mengibanya berubah tajam, sebelah alis terangkat puas, dalam hati bersorak, Nona Britanny kau akan segera mendapatkan balasan perbuatanmu padaku. Huahahaha ....

***

Bersambung ....

(*): depict/translation from Lana Del Rey monologue in song "Ride"




Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang