12

1.8K 69 0
                                    

Gadis itu tidak sungkan membuka bagian pribadinya seakan tidak ada orang lain di dekatnya dan menikmati diri dalam keresahan. Dia terlihat putus asa, mengaduk kuat rongga mungilnya hingga terciprat-ciprat cairan kegadisannya. Tangan yang sebelah sibuk memeras- meras buah daranya, tetapi tidak ada air keluar dari sana. Hanya sensasi nyeri- nyeri di buah kismisnya yang mengeras. "Hmmhhh, Tuan Grisham ...," desah Esteva, terpejam membayangkan kejantanan tuan muda itu memasukinya.

Martin yang sudah sejak awal tertarik dengan Esteva, tidak menutupi efek terangsangnya. Gundukan di bawah pusarnya membesar. Tanpa banyak suara, Martin membuka sabuk celananya dan mengeluarkan penghuni gundukan itu. "Nona membuat saya terangsang," katanya serak lalu mulai menggosok-gosok batang berdenyut miliknya.

"Uhm?" Esteva membuka mata sekilas dan melihat kejantanan Martin, seketika liangnya bergetar halus hingga ke sumsum tulang, meronta minta dimasuki lawan main. Pinggulnya menggeliat. Mata Esteva memicing. Bagaimana caranya membuat pemuda ini menjadi mainan kesenangannya?

Pemuda itu mendesah. "Butuh yang lebih besar untuk memuaskan Anda, Nona? Saya sudah segila ini karena Anda. Sebutkan saja keinginan Anda, Nona, saya akan melaksanakannya." Ia melepas batangnya sebentar untuk membuka kemejanya. Tubuh Martin yang ditempa kerja lapangan dan terik sinar matahari berona keemasan oleh keringat berahinya. Ototnya padat kencang berlekuk- lekuk membuat Esteva ingin mencakar- cakar tubuh itu.

Esteva setengah berbaring dan mengangkang kakinya menghadap Martin. Tangan membuka lebar bibir liang mungilnya. Wajahnya merona oleh panas yang tak tertahankan dalam tubuhnya. Ia berujar parau serupa mendesak pemuda ladang itu. "Oh, ya, saya butuh ... Anda menjilati saya, Tuan Martin."

"Baik, Nona," sahut Martin, secepat kilat sudah berlutut di antara kedua kaki Esteva dan menjejal liang mungil gadis itu dengan lidahnya. Disertai gigitan- gigitan gemas pada tonjolan kecil di liang itu, Martin membuat Esteva mengerang manja.

"Aaahmmm, sshh, aaahh, Tuan Grisham .... Hummh, Tuan ..., saya rindu tuan .... Hmmhh cepatlah pulang .... Hmmmh, ah, tidak tahan rasanya ... Aaahhh ....!" Liang gadisnya meneteskan cairan lagi yang segera diseruput lahap oleh Martin. Jemarinya mencakar-cakar punggung kencang pemuda itu.

Martin meracau bak orang mabuk. "Ouhmm, Nona, kau sangat manis, Nona, pantas saja Tuan Grisham tergila-gila. Oh, lagi, Nona, biar saya buat Nona keluar lagi. Hummhh ...." Martin semakin gencar dan unjuk kepiawaiannya melahap kegadisan Esteva. Lidahnya, jarinya, kecupannya, khusus di bagian itu hanya untuk memuaskan Esteva. Gadis itu keluar berkali- kali hingga kakinya lemas dan dia memandangi langit seolah melihat ada pelangi di sana.

Martin terengah menahan gejolak berahinya. Batang jantan yang mengacung keras butuh segera bergesekan dengan pasangannya.

Esteva duduk membenahi posisi tubuhnya, tampak masih tersengal setelah gelombang nafsunya reda. "Oh, aku merasa lebih baikan sekarang," gumam Esteva, mengabaikan Martin.

Pundak Martin turun karena mengira Esteva mengakhiri permainan rahasia mereka. Ia nyaris membalik tubuh hendak bermain sendiri. Akan tetapi dugaannya salah. Gadis itu membelakanginya lalu membungkuk seraya mengangkat roknya ke pinggang. Esteva memanggilnya sambil memukul pantatnya sendiri. "Tuan Martin, cepat puaskan saya lagi!"

Martin terperangah dan memandang takjub gadis itu. "Ah, a- apa, Nona?"

Jemari halus Esteva di kedua tangannya membuka labia luar memperlihatkan maksimal lubang kegadisannya yang berona kemerahan. Gadis itu mendesah bak memelas yang tak dapat ditolak. "Masuki saya, Tuan Martin. Setubuhi saya cepat dan kuat! Hmmh, cepat! Saya butuh kamu sekarang juga!"

Sekujur tubuh Martin gemetaran laksana menghadapi hukuman mati, tetapi yang kali ini menjanjikan masuk surga. "No- nona ...," ucapnya gelagapan. "Nona Eva ... yakin? Tuan Grisham ...."

Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang