RDBG 21

1K 48 0
                                    

Esteva, buku, dan mesin ketik tidak akan pernah jadi teman baik. Menunggu tanpa melakukan apa pun adalah tekanan batin bagi gadis itu. Ia merindukan Grisham dan sosok pria itu terwakili dengan kursi kerja berlengan yang biasa diduduki Grisham. Bau tubuh pria itu sangat kuat di kursi itu. Esteva duduk di lengan kursi dan menggesek liang mungilnya di sana. Tubuhnya bergerak bagai menunggangi kuda. Ia meremas dadanya, terpejam, mendesah menyebut nama pria itu. "Tuan Grisham ... ahhh, Tuan ...."

Dalam bayangannya, tuannya memangkunya seperti biasa dan membelai kegadisannya. Salah Grisham tidak ada di sisinya. Ia akan menggunakan apa pun kepunyaan pria itu untuk memuaskannya.

Grisham sedang berdebat sengit di rapat. Para pria jika sudah terlibat pembicaraan alot, mereka lupa waktu dan mencurahkan semua tenaga ke sana. Di sela kesibukan itu, Grisham membisiki Jonathan, menyuruh pemuda itu melihat keadaan Esteva dan membawakannya makanan ringan serta minuman.

Jonathan berpikir Esteva sedang mengerjakan suruhan Grisham. Ia tidak tahu kata 'patuh' tidak ada dalam kamus gadis itu. Ia masuk tanpa mengetuk dan yang dilihatnya sangat mencengangkan. Gadis itu dalam posisi provokatif di kursi kerja dan tidak tahu malu mengangkat rok gaunnya hingga menampakkan tangan halus bermain di sana, di antara kedua kaki berkaos stoking putih. "Nona Esteva ...," lirih Jonathan.

"Oh, hai, Jonathan," sahut Esteva agak gusar karena kemunculan Jonathan mengejutkannya, tetapi masa bodohlah, dia sudah dalam posisi enak. Esteva lanjut mendesah, "Ssshhh, ahhh, Tuan Grisham ...."

Seperti di sarang iblis yang hendak memerangkapnya, pintu di belakang Jonathan tertutup rapat. Pemuda itu berdiri mematung, memandangi ratu iblis ja.lang yang duduk di singgasana.

"Hhmmphh, ahhh ....!" Esteva terlihat melepaskan tekanannya dan lendir muncrat di sela jemari.

Jonathan menelan ludah. Liang mungil itu laksana mata air yang dicarinya di lembah neraka yang panas membara. "No- nona, Anda sudah gila!" rutuknya.

Esteva sedikit lega karena baru saja orgasme, tetapi tidak berhenti menggenjot di kursi. Mata kelamnya mendelik Jonathan. "Kau tidak akan berpikir begitu jika tahu apa yang kurasakan," katanya. "Tuan Grisham memahami kebutuhanku. Sayangnya, masyarakat membutuhkannya. Ia tidak akan sepenuhnya ada untukku."

"Tu- tuan Grisham tidak akan suka ini," ucap Jonathan lagi.

"Oh, ya? Lalu untuk apa kau kemari jika bukan atas suruhan Tuan Grisham? Pastinya untuk mengecek aku 'kan?"

Tenggorokan Jonathan tercekat. Baru pertama kali ia menemui perempuan yang berani bicara tidak takut apa pun. Esteva berujar lagi padanya. "Kalau begitu, kemarilah dan bantu aku."

"Hah? Apa?" Jonathan terperangah.

"Kau dengar aku. Tuan Grisham pasti mengirimmu ke sini untuk membantuku. Ayolah, Tuan Jonathan. Aku tidak bisa menikmati ini sendirian. Kurang seru. Jika kau tidak berniat membantu, kau pergi saja. Laporkan kalau aku baik-baik saja agar Tuan Grisham tidak marah."

Tidak bisa begitu. Tuan Grisham ingin semua urusan beres dan lancar. Mungkin maksud tuannya memang ia harus membantu Esteva terpenuhi segala kebutuhannya, meskipun itu lebih dari sekadar makan dan minum. Hasutan iblis dalam dirinya sangat manis menggoda. "Bagaimana saya bisa membantu Anda, Nona?" tanya Jonathan.

Esteva menyeringai lalu lidahnya bergerak bagai menjilat kelaparan melihat calon mangsa. "Cium di sini, Tuan Jonathan," katanya menunjuk di mana jarinya berada, membuka celah halus di antara kedua kakinya.

"O o oh ...." Seloroh Jonathan gemetaran. Kakinya kaku melangkah, akan tetapi bukannya menjauh, malah mendekati liang iblis yang meneteskan madu hasrat itu. Ia sangat gugup sehingga tidak bisa mengendalikan gerak tubuhnya. Ia berlutut di depan kursi kerja Grisham yang saat itu lebih tepat adalah singgasana iblis cantik piaraan tuannya. Matanya terpusat pada liang merah muda gadis itu yang dibuka lebar oleh jari-jari halusnya.

Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang