RDBG 24

849 40 0
                                    

Lydia Bancroft mengenali Esteva sebagai anggota kru Andreas dan melihat kehadiran gadis itu bersama Grisham, Lydia terkejut bukan kepalang. Saat makan malam sedang disiapkan, Lydia mengajak Grisham bicara berdua saja di lantai atas, sementara Esteva dan Jonathan menunggu di ruang tengah.

"Apa yang kau lakukan dengan gadis itu, Grisham?" tanya Lydia dengan suara direndahkan dan menarik lengan baju Grisham seakan mengajaknya bersembunyi. Lydia mengintip Esteva. Padahal mereka berada di balkon lantai 2 dan Esteva di bawah tidak akan mendengar mereka.

Grisham menepis tangan sepupunya itu dan berdecek seraya duduk santai di meja teh tinggi dan menyeruput tehnya. "Kenapa? Apa ada masalah? Esteva gadis yang menyenangkan. Kami banyak melakukan permainan," kilah Grisham.

"Tapi dia anak buah Andreas. Apa kau gila? Bukannya kalian berseteru? Kau adalah orang pertama yang kukenal merusak citranya sendiri. Pertama Sylvia, lalu sekarang Esteva. Apa kau butuh pengakuan sebagai penakluk wanita dengan merebut semua wanita milik Andreas?"

Grisham meletakkan cangkir tehnya. "Hei, ralat, sepupu! Aku tidak merebutnya. Para gadis itu datang dengan sukarela ke pelukanku."

Lydia berusaha menyabarkan diri. "Tetap saja, Grisham, kau menyeleneh."

"Memiliki perempuan pemuas seks apakah menyeleneh? Sepupu, kau punya jam terbang lebih tinggi dari aku. Katakan padaku, apa yang kau kejar dari Andreas jika bukan kepuasan seks?"

Lydia jadi salah tingkah. "Yah, hanya saja itu tidak cocok dengan citramu. Kau tahu, Grisham, kau adalah pangeran tampan baik hati dan disukai semua orang. Kau seharusnya menikahi seorang tuan putri, bukan ...," Lydia mengarahkan tangannya pada gadis di lantai bawah, "memiliki gadis piaraan seperti itu." Lydia mengusap wajah. "Astaga, aku harus bicara pada Andreas soal ini."

"Bicara apa? Jangan konyol, Lydia. Esteva sudah dewasa dan aku juga. Kami bebas melakukan apa pun yang kami sukai."

"Grisham, kau mengalami puber kedua. Ini bahaya, Grisham, kau bisa melakukan tindakan gila yang menghancurkan hidupmu."

"Puber kedua? Astaga, aku tidak setua itu. Eh, iya 'kan, Lydia?" Tiba-tiba saja Grisham merasa gamang.

Lydia memelototinya dan Grisham mengalihkan pandangan. Lydia menudingnya. "Jangan katakan kau menemukan daun muda dan nafsumu menggila sampai melakukan hal absurd, lalu kau datang ke sini untuk menanyakan padaku bagaimana cara mengatasi staminamu agar bisa menyaingi gadis itu."

Grisham diam seribu bahasa. Lydia menepuk jidatnya. "Oh, astaga, seharusnya aku sadar semenjak kau kebelet mengejar Sylvia yang notabene istri Andreas. Astaga, Grisham, kau berkelakuan seperti remaja lagi."

Grisham buru-buru menampik. "Ssst, ssst, ah sudahlah, sudahlah! Jika kau tetap banyak komentar seperti ini lebih baik aku pergi. Aku bisa makan di restoran daripada mendengar ocehanmu." Ia hendak berdiri, tetapi Lydia menarik tangannya agar duduk lagi.

"Baiklah, baiklah, aku tidak akan berkomentar apa-apa lagi. Hanya saja, jika soal stamina laki-laki, Andreas pakarnya. Kau harus bicara dengannya. Aku sama sekali tidak tahu."

Grisham langsung meringis. "Justru aku datang ke sini supaya aku tidak perlu bertemu Andreas. Bahkan aku tidak ingin ia tahu soal ini. Bahwa aku kewalahan dengan Esteva."

Lidah Lydia langsung kelu. Ia benar-benar tidak tahu lagi harus bicara apa pada sepupunya itu.

Grisham segan memelas, tetapi ia terpaksa. "Tolonglah bantu aku."

Lydia menarik napas dalam lalu berujar. "Aku tahu beberapa ramuan dan aku bisa mendapatkannya untukmu, tetapi aku tidak ingin melakukannya. Karena ramuan itu sifatnya sementara saja. Jika terlalu sering kau minum, itu akan membunuhmu."

Grisham tidak ingin ramuan atau obat karena ia tahu itu bukan solusinya. "Lalu, apa yang harus kulakukan?"

"Cara lainnya adalah kau bisa memuaskan Esteva dengan alat bantu terlebih dahulu. Aku tahu ada batu dari negeri Cina yang bisa ditaruh di dalam mulut rahim. Katanya itu memberi efek bergetar. Masalahnya, Andreas yang punya batu itu. Aku tidak tahu apakah masih ada atau sudah dijual."

"Ah, Andreas lagi. Bisakah kau cari chanel lain?"

"Untuk masalah 'ini', aku hanya akan menghubungi orang yang terpercaya. Dan hanya Andreas orangnya."

Grisham menyerah. "Baiklah, akan kubayar berapa pun harganya, asal jangan sampai namaku disebut."

"Soal itu aku bisa mengatasinya."

Grisham berjabat tangan dengan sepupunya. "Kita deal?"

"Deal! Akan kukabari segera setelah barangnya kudapatkan."

Grisham menjadi bersemangat lagi. Ia berdiri dan berjalan dengan dada dibusungkan. "Jadi, apa menu makan malam kita hari ini?" ujarnya.

Lydia yang berjalan belakangan komat-kamit sendiri. "Uugh, laki- laki kalau sudah dapat maunya."

***

Grisham dan rombongan kenyang makan di kediaman Bancroft. Mereka meninggalkan London dengan senang hati.

Perjalanan pulang ke Winterwall, kereta kuda Count Huxley melintas menembus malam dingin. Bruce dan Jonathan duduk di kursi kusir, menyelimuti tubuh mereka agar menjaga tetap hangat. Sementara dua orang di dalam wagon kepanasan hingga membuka sebagian kancing baju, agar bisa saling menjelajahi kulit dan menyapunya dengan bibir, tidak ketinggalan menyentuh memanjakan bagian intim tubuh mereka.

"Ah, Tuan ...," desah Esteva yang duduk di pangkuan Grisham dan pria itu mengisap manis kismisnya.

"Iya, sayang?" sahut Grisham pelan, lalu kembali mengisap.

"Apakah besok saya jadi juru ketik Tuan lagi?"

"Kalau kau tidak keberatan."

"Saya tidak keberatan kalau pekerjaannya seperti tadi."

Grisham tertawa lepas. Ia mengangkat wajah menatap gadisnya sedangkan dua kismis yang tadi diisapnya dipelintir gemas olehnya.

"Auwh," desah Esteva dengan pipi kemerahan.

"Kau sangat jujur, Eva. Tempat kerjaku menjadi tantangan baru bagimu, ha?"

Esteva mencemberutkan bibirnya. "Humm, saya hanya ingin lebih dekat dengan Tuan. Apa itu salah?" ucapnya manja.

"Tidak salah. Aku senang malah. Tetapi aku berharap kau diam saja di ruang kerjaku. Dalam keadaan tangan terikat agar kau tidak menyentuh dirimu sendiri. Dirantai di lehermu agar kau tidak ke mana-mana. Serta menaruhmu dalam kerangkeng agar tidak ada yang menjamahmu."

Esteva tertawa dengan suaranya yang lembut. "Wah, Tuan Grisham berpikiran seliar itu. Hmm, saya penasaran bagaimana jika itu benar terjadi. Kyaah!"

Grisham menggigit kismis gadis itu. Kemudian memelintirnya lagi sambil ia lanjut bicara. "Kau mau dipakaikan kalung rantai di lehermu?"

"Mau."

"Kalau begitu jangan di tempat kerjaku. Nanti saja kita lakukan di rumahku. Aku punya gedung apartemen yang disewakan di London. Aku akan mengosongkan satu lantai dan menjadikannya rumah singgahku. Bagaimana? Kita bisa istirahat makan siang di sana sekalian main rumah- rumahan."

Esteva mengulum senyum membayangkan betapa romantisnya main rumah-rumahan mereka nanti. Ia bersuara lembut mendesah. "Saya suka sekali, Tuan."

"Bagus. Aku senang kau suka," ujar Grisham. Ia lalu meninggikan duduk Esteva. "Sekarang, buka rumah untuk kejantanananku, sayang. Dia butuh masuk dan menyiram di dalam sana."

"Ah, Tuan sudah tidak tahan, ya?" goda Esteva. Wajah Esteva bersemu bagai gadis perawan. Ia mengangkat rok dan melepas renda penutup area liang mungilnya. Jemari membuka muara laksana pintu untuk jalan masuk tuan rumahnya. "Silakan Tuan, masuklah ...."

Grisham memasukkan kepala miliknya, lalu dorongan kasar hingga seluruh panjang miliknya terbenam dalam rumah gadisnya. Ia mengguncang rumahnya kuat-kuat. Esteva terpekik riang. "Ah, ya, Tuan ... ahh, selamat datang kembali .... Ahh, ohhh, ini enak sekali. Ahh, Tuan Grishaamhhh ...."

***

Bersambung ....


Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang