RDBG 29

1.1K 45 0
                                    

Setelah menjadi penyembah kejantanannya, Esteva sekarang adalah dewi perang beringas yang mengendarai kuda. Rambutnya tergerai, turut berayun mengikuti gerakannya berguncang di atas Grisham. Buah daranya turut bergetar dan Grisham mencengkeramnya kuat sehingga gadis itu berteriak. "Kyaah, Tuan Grisham, terlalu kuat. Sakit."

Grisham tidak menggubrisnya. Ia malah melanjutkan dengan mencubit keras kismis mungilnya sehingga gadis itu semakin sering terpekik dan menggeliat. Kedua tangan Esteva mencengkam tangannya agar membuka cengkeraman itu, tetapi Grisham sangat kuat memegangi buah daranya. "Tidak, sayang. Aku menyukai ini. Memeras buahmu menjadi kesenanganku."

"Oohh, yaaa!" teriak Esteva saat rasa nyerinya terlampaui dan menjadi nikmat tiada tara, apalagi ketika kismis mungilnya ditarik dan dipelintir Grisham. "Tuan, Anda kejam!" ujarnya sambil berlinang air mata.

Grisham tertawa. Ia memberi rasa nikmat yang berlebihan, malah dimaki kejam oleh gadis itu. Esteva bisa berhenti menggojlok batangnya jika seks mereka tidak menyenangkan, tetapi gadis itu semakin gila-gilaan mengguncang ranjang mereka. "Kenapa kau bilang aku kejam, Eva? Aku sangat sayang padamu," pelas Grisham.

Esteva mengusap air matanya dengan bahu. "Ini berlebihan! Saya tidak mau keluar secepat ini. Aahhh ...!"

Dia keluar! Dia keluar! Oh, syukurlah! sorak Grisham dalam hati. Ia merasakan cairan hangat menyembur lalu meleleh di sela pasak kejantanannya. Esteva lemas, posisi mereka dibalik Grisham sehingga gadis itu berada di bawahnya dan berganti ditungganginya. Ia mengguncang tubuh Esteva selama beberapa menit, kemudian barulah rudalnya menembak lepas bebas, membanjiri liang mungil gadis itu dengan nektarnya.

"Aaahh!" erang Grisham seraya tumbang menindih Esteva. Gadis itu megap- megap berusaha bernapas.

"Oh, Tuan, saya suka ini kalau diakhiri dengan siraman milik Tuan," desah Esteva. Grisham mengecup tengkuknya lalu bergerak telentang di sebelah Esteva. Gadis itu berbaring di bahunya, da.da turun naik mengatur napas.

Grisham merapikan rambut Esteva yang basah bercampur keringat. Setelah beberapa saat, debaran jantungnya melambat dan Esteva bernapas tenang, Grisham bersuara. "Kau harus mandi lagi, sayang," katanya.

"Bisakah Tuan memandikan saya?" pinta gadis itu.

"Tentu saja, sayang. Ayo kita ke kamar mandi." Grisham beringsut turun dari ranjang. Esteva duduk saja memandanginya. Grisham bertanya lagi. "Ayo! Katanya mau dimandikan?"

Gadis itu manyun dan menggapai ke arahnya. "Gendong. Kaki saya lemas."

"Ishh, manjanya," gerutu Grisham, tetapi ia terkekeh menarik Esteva ke dekapannya. Kaki gadis itu melingkari pinggangnya dan ia bawa berjalan melintasi kamar. "Mau tahu apa yang ingin kulakukan bersamamu hari ini?" goda Grisham.

Esteva mengernyitkan keningnya. "Tuan punya rencana spesial untuk saya?"

"Ya, sebagai hadiah karena kau menemukan surat itu."

Bola mata Esteva mendelik memutar, dalam hati membatin, Saya tidak menemukannya. Saya mencurinya, tetapi Tuan Grisham sepertinya tidak masalah. Ya sudahlah. Esteva lanjut tersenyum manis dan menikmati mandi bersama tuannya.

"Ah, airnya dingin, sayang. Tumben Alfred belum datang," gumam Grisham sambil mencumbu Esteva di pangkuannya dalam bak. Alfred sebenarnya ada di luar, tetapi mendengar suara gaduh keenakan tuannya, ia urung masuk. Menunggu Grisham memanggilnya juga tidak dipanggil- panggil.

Esteva yang terbiasa mandi air dingin tidak ada masalah dengan itu. Lagi pula, siapa butuh air jika kedua tubuh mereka sepanas bara neraka. "Tidak apa- apa, Tuan. Ada Eva di sini memanaskan Tuan," katanya. Ia balas mencumbu Grisham. Bibir saling melahap dan mendesah tiada henti.

Rich Daddy's Bad Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang