seven

1.5K 141 0
                                    

Selama di dalam mobil Darendra, Gayatri hanya diam sambil menyedekapkan tangannya dan bersandar pada jok mobil.

"Jadi Brand Ambassador La Creamé gak perlu buat gimmick kan? Aku malas berurusan dengan wartawan," Tanya Gayatri sambil mengibaskan rambut panjangnya yang sangat Sehat dan berkilau layaknya Iklan shampoo.

Darendra tidak menyahut, "for your information only, Gimmick Akan membuat brand kamu jadi turun kasta, apalagi dengan over claim yang keterlaluan, produk kamu Akan terkesan murahan, dan tentu aku enggak mau mengiklankan produk murahan,"

"Kamu tidak perlu khawatir soal Itu, La Creamé tidak besar lewat gimmick dan over claim, kesan ekslusifitasnya selalu terjaga walau Iklan ada dimana Mana," jelas Darendra membuat Gayatri tersenyum miring.

"La Creamé mungkin tidak besar lewat gimmick, tapi orang dibelakang ya membesarkannya lewat gimmick kan?,"

Gayatri dapat melihat kedua alis Darendra mengerut, "what are you trying to say ?," Tanyanya merasa tersindir.

Gayatri tersenyum, ini yang ia tunggu-tunggu sejak tadi, membuat Darendra emosi, ia sengaja memancing mancing Darendra, siapa tahu lelaki Itu keceplosan sesuatu yang fenomenal yang bisa ia gunakan sebagai senjata untuk mengancamnya membuatnya terlepas dari kontrak Brand ambassador sialan Itu.

"Aku dengar dengar kamu mencari 8 orang dalam waktu 2 tahun ini, 3 diantara nya pernah menjadi Brand Ambassador La Creamé, begini cara La Creamé bisa besar di kalangan selebritis karna Direktur penasarannya Pintar menjilat para perempuan cantik," ucap Gayatri asal, ia hanya asal tebak Saja, bahkan tidak ada Berita yang mengantarkan kalau Darendra dekat dengan siapa pun akhir akhir ini, terakhir kali ia mendengar kalau Darendra dekat dengan seseorang adalah 4 tahun yang lalu dan Itu pun tidak pernah ada konfirmasi lebih lanjut.

Gayatri terdiam melihat raut wajah Darendra berubah, atmosfer di dalam mobil terasa mencengkram dan menakutkan, terakhir kali ia merasakan atmosfer ini Adalah saat ia ketahuan menerima cinta dari ketua osis di Sma nya dulu, dan terkutuklah mulut laknatnya omongan ya tadi terlalu sarkastik.

Dilingkup Rasa bersalah Gayatri melirik kecil kearah Darendra yang kini menormalkan raut wajahnya lalu tersenyum, "hanya delapan?," Tanya nya Tak terima.

Gayatri mengangguk, "iya delapan, tapi Itu bukan angka yang bisa di banggakan, terlalu sedikit bukan?,"

Darendra menggeleng- gelengkan kepalanya lalu tersenyum, "Siapa pun informan kamu dia kurang jeli," ujar Darendra Tanpa menoleh.

Gayatri terdiam sejenak, "lebih dari delapan?," Tanya Gayatri dengan polos

Darendra Tak menjawab, lelaki Itu hanya tersenyum, membuat Gayatri shock, ia kan padahal hanya menebak, tapi reaksi yang di tunjukan Darendra malah membuatnya penasaran setengah mati.

"Kenapa kamu diam? Kamu terkejut, atau jangan jangan cemburu?,"

Gayatri mendecih, "cemburu? Banyak lelaki di luar Sana yang mengharapkan aku untuk menjadi pasangannya, bahkan mungkin lebih dari 8 aku lebih unggul dari pada kamu,"

"Nasihatku, jangan terlalu bangga dengan kuantitas, karna percuma banyak jika tidak berkualitas, kamu harus jauh lebih cerdas, kalau kamu Tak mau tersakiti lagi untuk yang kesekian kali," kalimat panjang Darendra membuat Gayatri melotot kesal, ia mendengus Tak terima.

Baru saja Gayatri ingin membuka mulut Darendra terlebih dahulu memberi kode untuk diam, dan seperti kerbau yang di cocok hidung ia malah menurutinya, Darendra bergerak membuka laci dashboard mobil saat mobil nya berhenti di lampu merah, mengeluarkan sebuah Buku kecil dan menyerahkannya kepada Gayatri, "kamu bisa baca ini sambil menunggu"

Gayatri menatap Buku di tangannya lalu mendengus, dan melirik Darendra tajam, ia membolak balik Buku yang di pegangnya, lalu membaca judulnya sekilas, lalu membuka beberapa halaman, menghabiskan waktunya untuk membaca Buku jelas lebih baik daripada berdebat Tak jelas dengan Darendra.

--

Darendra berjalan di depannya dengan cepat, Gayatri beberapa kali mengomel karna harus mengikuti langkah panjang lelaki Itu, karna saat ini jam makan siang, kantor begitu ramai, membuat kehadiran Gayatri menjadi pusat perhatian, beberapa dari mereka bahkan memotret dirinya.

Gayatri tersenyum, ia mengeluarkan kacamata hitam dari dalam tas nya, dan menggunakannya dengan percaya diri.

"Karyawan kamu seperti nya sangat terpesona dengan ku," Gayatri tersenyum centil sambil berbisik ketika mereka sudah di dalam lift

Darendra tersenyum mengejek yang membuat Gayatri kesal.

"Kalau aku Tak membuat orang orang terpesona kamu harus mencari brand ambassador baru, aku Tak Akan banyak membantu nantinya, bagaimana jika kontraknya kita sudahi saja," Tawar Gayatri, di dalam hati ia mendengus dengan apa yang dia bicarakan, ini sama saja dengan merendahkan dirinya sendiri dan ayolah tidak ada orang yang tidak terpesona dengan dirinya, semua orang yang di temui nya selalu menunjukan raut wajah terpesona. Tapi Tak apa apa kali ini ia harus merendahkan dirinya sendiri agar Darendra bisa berubah pikiran untuk memutus kontrak kerja mereka.

Darendra menggeleng-gelengkan kepalanya, "kamu masih memikirkan cara agar kontrak kita batal? Biar aku beri tahu kalau Itu suatu yang sia sia,"

Gayatri berdecak, ia menyedekapkan tangannya, "selain play boy kamu adalah pria yang paling menyebalkan yang aku kenal,"
Darendra terdiam, ia hanya tersenyum kecil lalu memasukan kedua lengannya kedalam saku mengabaikan ocehan Gayatri.

Saat pintu lift terbuka Gayatri langsung buru buru keluar, ia merogoh tas nya untuk mencari handphone nya agar bisa menemukan dimana Orly berada.

"Orly ada di ruangan ku bersama Bagasta," sahut Darendra seakan bisa membaca fikirannya.

Gayatri berjalan di depan menuju ruangan Darendra, langkahnya terhenti saat melihat Orly dan Bagasta sedang mengobrol dengan di ruangan lelaki Itu yang terletak di depan ruangan Darendra.

Gayatri bersandar pada pintu, menyedekapkan tangannya, lalu berdecak "Enak ya ngobrol, abis ninggalin Saya,"

Orly dan Bagasta bangkit dari duduknya kaget, "Pak Darendra yang nyuruh Mbak, katanya mbak pulangnya bareng sama Pak Darendra,"

Gayatri mengangkat satu alisnya lalu menoleh ke arah Darendra yang turut berdiri di sebelahnya,

"Buang buang tenaga Orly untuk diam di Sana," jawab nya lalu masuk kedalam ruangannya.

Gayatri mendengus, ia memilih duduk di bangku yang tadi di duduki Orly "Saya haus, boleh minta minum?," Tanya Gayatri dibalas anggukan cepat Bagasta.

"Mbak mau minum apa?,"

"Saya mau-,"

Omongan Gayatri terpotong saat suara Darendra terdengar dari interkom.

"Bagasta suruh Gayatri masuk!,"

Gayatri mengendikan bahunya, "air mineral saja, Saya lagi diet,"

Bagasta Masih terdiam, membuat Gayatri mendelik kearahnya, "ngapain masih di situ? Ayo ambilkan Saya minum, kamu mau Saya mati karna Dehidrasi?," Ucapan Gayatri membuat Bagasta buru buru pergi.

"Tapi, Mbak Itu di suruh masuk," Orly kini yang memperingati nya.

"Udah biarin, capek Saya sama dia, bawaan nya jadi pengen ribut aja kalau lagi sama dia"

Gayatri menyugar rambut panjangnya pelan, sembari memejamkan mata, "Minumnya Mana Bagasta?,"

Saat ia membuka mata Orly dan Bagasta sudah tidak ada di ruangannya, hanya ada Darendra yang berdiri di depan nya, sambil menenteng sebuah tote bag, "ini Buku perusahaan, pelajari, jika ada yang ingin di tanyakan, silahkan kamu tanyakan, awalnya aku ingin berdiskusi tapi seperti nya kamu tidak tertarik,"

"Soal apa?,"

Darendra tersenyum kecil, "mungkin kontrak?,"

Mata Gayatri melotot antusias, wanita Itu bangkit dari duduknya, "Ayo kita bicarakan,"

Darendra menggeleng, "Time out, aku harus rapat," ucapnya lalu meninggalkan Gayatri sendirian dengan bibir mengerucut kesal.

DenialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang