Aroma kopi menguar ketika Gayatri keluar dari kamar, Darendra yang tengah berdiri di depan mesin kopi elektriknya menoleh mendengar langkah kaki Gayatri, "Sudah bangun Gayatri, want morning coffee?," Tanya nya sambil tersenyum, Gayatri hanya mengangguk sebagai jawaban lalu duduk di sofa ruang tengah sembari mengamati Darendra.
"Kapan kamu datang?" Tanya Gayatri seraya menoleh kearah jam dinding yang Masih menujukan pukul setengah tujuh pagi. Darendra menoleh menatap Gayatri "aku tidur disini semalam," jawabnya sambil memberikan segelas kopi kepada Gayatri, lantas duduk di sebelah wanita itu.
Mereka terdiam sejenak, Gayatri menghidu aroma kopinya, begitu pun dengan Darendra yang menyesap kopinya sembari memandang layar kaca yang sedang menampilkan Berita pagi di hadapannya "Bagasta enggak ikut menginap?," Tanya Gayatri penasaran, dibalas gelengan Darendra, "kamar disini cuma satu, mau tidur dimana dia?, Enggak mungkin kami berdempetan di sofa," Ucapan Darendra memancing tawa Gayatri "Itu akan sangat romantis kalau benar benar terjadi,"
Gayatri mengamati Apartmen Darenda yang terlihat lapang dengan pemilihan warna yang tampak monoton, terasa begitu hampa, terkesan dingin Dan terasa terlalu sederhana setidaknya untuk orang seperti Darendra. "Orang- orang bilang hunian mencerminkan kepribadian penghuninya, tapi sepertinya ini enggak berlaku buat kamu," ucap Gayatri. Darendra mengangkat satu alisnya. "Apartment ini terlihat terlalu kosong, dan membosankan," ucap Gayatri sebelum kembali menyesap kopinya.
"Memang sengaja, terlalu banyak barang akan terlihat berantakan,"
"Kamu kan bisa pakai jasa desain interior, kamu bisa bilang penataannya mau seperti apa," rasanya Gayatri gemas ingin mengisi apartment ini dengan banyak barang cantik.
"Aku banyak menghabiskan waktu di luar, jadi rasanya segini sudah cukup," jawabnya santai sembari mengganti siaran televisi.
"Tetap aja Ren, sejauh apapun kita pergi, rumah tempat kita kembali," Gayatri melirik Darendra.
Darendra tak menjawab. Lelaki itu menyimpan cangkirnya diatas meja Dan menyedekapkan lengannya di dada, terdiam sejenak. "Kamu tahu kan ungkapan mencintai Tanpa memiliki?," Darendra membuka mulutnya, Gayatri menyipitkan mata nya karna tiba tiba Darendra membahas soal cinta.
"Itu konsep minimalisme yang paling sederhana," ucap Darendra lagi melihat kebingungan yang tercetak di wajah Gayatri.
"Kita tidak harus berupaya untuk menghadirkan tiruan dunia luar di dalam rumah kita,"
"Maksudnya?," Gayatri Masih tak faham.
"Memiliki Taman, home theater, koleksi lukisan dan barang barang antik dalam rumah pasti terasa menyenangkan, namun itu semua menuntut perhatian kita, menarik atensi kita, dan akan membuat kita senantiasa merasa kurang dengan barang barang tersebut,"
"Ada banyak taman yang bisa kita kunjungi, daripada home theater kita bisa mengunjungi bioskop, alih alih koleksi lukisan Dan barang barang antik yang butuh perawatan merepotkan kita bisa pergi menikmatinya di museum, menikmati keindahannya tanpa ada tekanan untuk membelinya, effeknya kehidupan sosial kita akan jauh lebih aktif, kita bisa menikmati pengalaman yang lebih segar, langsung dan bernilai" jelas Darendra
"Nilai keistimewaan barang justru berkurang saat kita bisa menikmatinya semau kita," ucap Darendra sembari memandang Gayatri.
Gayatri tertawa dalam hati, nyonya besar penghuni rumah utama pemilik Delta Group pasti akan senang beradu argumen membahas tentang estetika bersama putranya ini "Terdengar meyakinkan, tapi membosankan," cibir Gayatri membuat Darendra menggeleng gelengkan kepalanya.
"Pacar- pacar kamu pasti akan mengeluh Darendra jika mereka tahu prinsip kamu yang satu ini," ejek Gayatri.
"Tidak pernah ada yang mengeluh, kecuali kamu," balas Darendra membuat Gayatri berdeham.
Gayatri membetulkan posisi duduknya sebelum kembali berbicara "Intinya, aku akan membuat kamu bertemu Pram, tempat ini membutuhkan banyak sentuhan," putus Gayatri membuat Darendra hanya menggeleng- gelengkan kepalanya sebelum bangkit setelah suara bel apartmen terdengar.
"Bukannya sudah Saya kasih tahu pin nya?," Tanya Darendra sembari kembali duduk setelah membukakan pintu untuk Bagasta yang kini hanya meringis.
Orly muncul mengekori Bagasta Dan begitu ia melihat Gayatri, perempuan berambut pendek itu buru buru menghampirnya, Gayatri pun merespon hal yang sama, wanita itu langsung berdiri Dan merentangkan tangannya. "Aduh Mbak.. Mbak bikin Saya jantungan tahu," keluhnya dengan wajah yang masih panik.
Gayatri melepas pelukannya, lantas memukul bahu Orly, "Hush ngomong nya, jantungan kenapa sih ly, Saya baik baik aja kok," ucapnya sambil terkekeh.
Orly mengalihkan pandangannya kepada Darendra, "Terimakasih banyak ya pak sudah menjaga Mbak Gayatri, maaf merepotkan," ucapnya tulus walau Gayatri memelototinya.
Darendra tersenyum "Sama-sama Mbak, bagaimana Perjalanan nya lancar?,"
Orly mengangguk, ia melirik Bagasta "berkat bapak Dan Bagasta Saya berhasil dapat penerbangan tadi malam,"
Darendra mengangguk, lelaki itu bangkit dari duduknya, "Silahkan lanjutkan ngobrolnya, Saya mau siap siap dulu, jika butuh apa apa jangan sungkan untuk bilang ke Bagasta," ucap Darendra sebelum meninggalkan mereka semua masuk kedalam kamarnya.
Orly mengangguk, lantas bergerak duduk menempati tempat Darendra tadi. "Ly, tolong share no Pram ke Bagasta," Perintah Gayatri tiba tiba membuat Orly dan Bagasta mengerutkan keningnya.
Melihat kebingungan Orly dan Bagasta membuat Gayatri menghela nafas, "kalian ga lihat bertapa hampanya apartmen ini? Darendra butuh bertemu dengan Pram, apartmen ini butuh banyak sentuhan,"
Bagasta menggeleng, "apartmen ini sudah renovasi sesuai keinginan Pak Darendra Mbak, Saya enggak yakin Pak Darendra mau apartmen ini di ubah,"
Gayatri berdecak, "kekakuan Darendra seperti nya sudah menular pada kamu Bagasta, kamu dan dia sama sama membosankan," keluhnya sambil bersedekap.
Orly meringis melihat kelakuan Gayatri, ia hanya mampu menatap Bagasta tak enak dengan sikap Gayatri.
Bagasta menghela nafas, "Mengenai isu yang beredar, Saya rasa Mbak Gayatri harus cepat cepat melakukan klarifikasi sebelum spekulasi- spekulasi media semakin mengganas," ucapnya hati hati.
Orly mengangguk setuju, Bagasta melirik Gayatri yang menyugar rambutnya pelan, "Saya terlalu malas untuk bertemu media, Saya malah berfikir untuk membiarkan nya saja, lagi pula berita seperti itu akan hilang dengan sendirinya,"
Orly menghela nafas lelah, "tapi mbak-," belum selesai Orly mengeluarkan suara, ucapannya terpotong oleh Gayatri.
"Memang Saya punya bukti apa untuk menyangkal?, apa mereka akan percaya begitu saja dengan ucapan saya?,"
"Klarifikasi kamu sangat penting Gayatri, kami tentu percaya bahwa kamu tidak seperti apa yang di tuduhkan, kita tidak butuh mereka semua percaya tapi setidaknya dengan klarifikasi itu dapat menjadi penjelas," ucap Darendra Tiba Tiba muncul.
Gayatri bangkit dari duduknya "Bagaimana kalau kalian salah? Bagaimana kalau apa yang dituduhkan itu benar?," Balas Gayatri Tanpa gentar, membuat Orly Dan Bagasta terkejut.
Darendra maju mendekati Gayatri, "Aku percaya kamu tidak seperti itu"
"Atas dasar apa?,"
Darendra semakin mendekat pada Gayatri "karna itu kamu, aku percaya padamu, biarkan aku melindungi mu," ucapnya penuh keyakinan, membuat Gayatri membeku.