"Aku terima tawaran nya," Ucapan Gayatri membuat Darendra yang tengah duduk di atas kursi tribun dengan wajah yang dibasahi peluh menenggak mencetak senyum yang amat sangat manis, membuat Gayatri heran mengapa lelaki yang terlihat begitu kelelahan di depannya ini justru bisa terlihat sangat menawan.
"Aku terkejut, tapi senang akhirnya kamu memutuskan untuk bergabung," ucap Darendra sambil mengelap wajahnya dengan handuk kecil yang ia keluarkan dari dalam tas nya.
Gayatri tersenyum, ia memutuskan duduk di sebelah Darendra, "Aku sempat ragu, tapi mama ku meyakinkan ku, dia bilang adakalanya aku harus melakukan apa yang aku inginkan,"
"Mama kamu benar," Darendra tersenyum, "kamu bisa langsung bertemu dengan komposernya segera, besok sepulang sekolah kamu ada waktu?," ucap Darendra sebelum menenggak minumnya
"Besok ada kursus mandarin, hanya satu jam, selesai pukul 5 sore,"
Darendra mengangguk, "Besok aku jemput, kita berangkat bersama ke lokasi,"
Gayatri mengangguk, ia melirik jam tangannya, "Miss Anne akan datang 5 menit lagi, aku harus pergi, mari Darendra," ucapnya seraya bangkit.
Darendra mengangguk, lantas ikut bangkit, "Terimakasih Gayatri," ucapnya dibalas anggukan oleh Gayatri.
--
Ren, nanti siang Katlyn mau mampir ke kantor, temani ya sekalian makan siang.
Itu isi pesan singkat yang di kirimkan mamanya, kalimat pamungkas yang dikirimkan langsung ke nomor pribadinya, setelah ia mengabaikan pesan yang dikirimkan mamanya kepada Bagasta yang akhirnya membuat Darendra mau tak mau buru buru pergi dari kediaman Orly setelah mengantarkan Gayatri, itu pun setelah berkali kali betsungut sungut soal kenapa Katlyn memutuskan mampir ke kantornya yang membosankan diantara banyaknya kafe cantik nan unik di Jakarta yang dapat wanita itu kunjungi.
"Ada yang mau kamu bicarakan?," Tanya Darendra yang akhirnya menyimpan handphone ke dalam jas nya setelah merasa terus menerus di perhatikan Bagasta lewat spion mobil yang sedang di kendarai personal assistant nya itu
Bagasta yang merasa terkejut, hanya menggeleng ragu yang justru semakin membuat Darendra penasaran.
"Semenjak ada Gayatri dan Orly tadi tingkah laku kamu mencurigakan ada apa?," Tanya Darendra dengan wajah penasarannya sambil bersedekap
Bagasta terdiam sejenak, "Bapak sama Mbak Gayatri udah baikan Pak?" Tanya nya penasaran
Darendra terdiam sejenak, lelaki itu menatap ke arah kaca Mobil, memandang lalu lintas yang padat siang hari ini sambil mengendikan bahunya, "dia mungkin kelelahan tadi malam, jadi enggak mau banyak berdebat dengan saya," jawab Darendra ringan, membuat bagasta mendelik, "lelah kenapa Pak?," Tanya nya penasaran sambil melirik penasaran ke arah Darendra lewat kaca spion.
Faham dengan apa yang membuat bagasta penasaran sejak tadi, membuat Darendra menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafas, terlintas ide di kepalanya, "Saya punya hak untuk tidak cerita sama kamu kan?," Darendra menyunggingkan senyum kecilnya
Bagasta melotot, baru ia membuka mulut akan berbicara, Darendra lebih dahulu memotongnya, "Saya harap macet nya lama, kamu engga perlu buru buru bawa mobilnya, Saya kelelahan tadi malam, butuh tidur," ucapnya sambil bersedekap dan memejamkan mata meninggalkan Bagasta yang penasaran setengah mati menuju alam mimpi.
--
"Jakarta semakin crowded ya Ren, banyak sekali yang berubah," ucap Katlyn yang siang ini berdadan rapi, Kaki jenjangnya menyilang anggun, dengan mini bag keluaran Eropa berwarna hitam yang dipangku bersama jemari lentiknya diatasnya.
Darendra yang baru saja menyeruput kopinya menenggak mengangguk, "Perubahan semakin cepat, tantangan nya semakin banyak,"
"Aku sempat terkejut saat datang ke sini, layanan ojek online, start-up company, e-commerce semakin menjamur," Katlyn tersenyum manis saat menjelaskan mimik wajahnya terlihat antusias meski terkontrol
"Meski demikian, kita masih harus terus improve kualitas SDM nya, itu pr kita bersama, jangan sampai Peningkatan teknologi tidak berbanding lurus dengan peningkatan kualitas SDM," jelas Darendra, peningkatan teknologi yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas Sumber daya manusia yang baik justru dapat menjadi bumerang yang membahayakan.
Katlyn mengangguk setuju, rambut ikal yang dibiarkannya tergerai itu ikut bergerak gerak mengenai kemeja putih beraksen lace yang digunakannya siang ini, "setelah lulus SMA kamu sulit di temui Ren, untung saja waktu itu aku bertemu dengan tante Ryne,"
Darendra hanya diam, dia enggan menyahut, membiarkan Katlyn yang menunjukan kemana arah pembicaraan ini, ia terlalu lelah untuk mengira ngira kemana arah pembicaraan ini akan bermuara, kepalanya berdenyut pening, kopi sama sekali tak membantunya segar.
"Sebenarnya, sudah lama aku ingin bertemu dengan kamu, aku Rasa visi kita sama, aku ingin banyak bertukar pikiran dengan sosok sehebat kamu," ucapnya sambil mengulas senyum Anggun di bibirnya yang di pulas dengan lipstick berwarna peach.
Diamnya Darendra sambil memandang kearah Katlyn di salah artikan oleh perempuan itu, ia terlihat begitu gugup, dengan pipi yang bersemu merah, "ada yang salah dengan aku Ren?," Tanya ya sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga
Darendra yang sadar bahwa tingkahnya dapat membuat Katlyn salah faham buru buru menggeleng Dan meminta maaf, sambil menghembuskan nafas. Darendra melirik ke arah meja Bagasta lewat kaca transparan yang membatasi ruangannya, berharap Bagasta bisa muncul dan membuatnya terbebas dari percakapan membosankan ini.
Namun, seperti nya itu mustahil asisten pribadinya itu justru tidak ada di mejanya, Darendra menghela nafas, ia kembali menenggakan tubuhnya, Darendra tahu ia harus menghargai perempuan yang duduk di depannya dengan wajah penuh antusias.
"So, Katlyn, aku dengar kamu sedang berkerja sama dengan Kominfo, bagaimana progressnya?," Pertanyaan Darendra sukses membuat mata Katlyn berbinar, Darendra tahu seperti apa wanita yang tengah duduk di hadapannya, cukup keluarkan satu pertanyaan yang memantik ego nya, maka urusannya selesai, biarkan wanita itu mengoceh semaunya, ia bisa diam sambil meredakan sakit kepalanya.