Someday | vi

1.1K 188 67
                                    

"Oppa!! Selamat ... pagi." Nada bicara Haewon berubah derastis ketika ia baru saja menapakkan kakinya di lantai satu namun bukannya Minjung yang ia temukan melainkan kakaknya bersama seorang wanita asing. Ia mengedarkan pandangan, menatap para pelayannya yang sibuk menata makanan sementara sang kakak dan wanita itu sudah bersiap di meja makan.

"Di mana eonni?" Taehyung menarik nafas kemudian menghembuskannya pelan, "Duduk, kita sarapan setelah itu berangkat. Oppa akan mengantar Haewon hari ini." Gadis itu mencebik, meletakkan ranselnya di atas meja kemudian berlari menjauh.

"Minjung eonni!!" teriaknya sembari mempercepat laju kakinya menuju kamar sang kakak ipar. Sementara itu Taehyung hanya bisa menghela nafas, dan Junghwa ... masih mencoba mencerna hal yang sedang terjadi.

Tok ... Tok ...

Tanpa menunggu jawaban dari pemilik kamar, Haewon segera masuk setelah mengetuk pintu kamar Minjung. Gadis itu masuk perlahan ketika mendapati wanita cantik kesayangannya tengah duduk membelakangi pintu, duduk di lantai sambil bersandar pada ranjang dan menghadap ke luar jendela.

"Eonni?" Haewon memanggil hati-hati, kemudian duduk di samping Minjung. Wanita itu terkesiap, mengulas senyum lembut kemudian menatap Haewon dari samping.

"Eonni tidak menangis, bukan?" Minjung tersenyum lagi kemudian menggeleng, "Aku sangat ingin menangis, Haewon- aah. Tapi sepertinya tidak bisa." Haewon menautkan alisnya, kemudian pandangannya tertuju pada tulang pipi, kaki, dan tangan Minjung yang lebam.

"Kenapa tidak bisa?" Ia bertanya lagi.

"Aku sudah memutuskan untuk berhenti menangis," kata Minjung pelan, "Eonni menahannya?" Kini Minjung mengangguk membuat Haewon kemudian berdiri dan merentangkan kedua tangan.

"Sebagai gantinya, eonni bisa memeluk Haewon kapan saja ketika eonni sangat ingin menangis." Minjung tersenyum penuh haru kemudian menarik Minjung dalam pangkuannya, mendekap erat sembari memejam.

"Eonni, kadang eonni tidak perlu bersikap baik-baik saja untuk membuat orang lain berhenti cemas. Haewon tahu, kalau eonni sering tersenyum itu berarti eonni sedang tidak baik-baik saja, bukan? Eonni tidak perlu takut, Haewon ada di sini untuk menemani eonni." Minjung mengangguk, masih memejam ia bisa merasakan seberapa besar ketulusan gadis itu padanya.

"Haewon bahkan masih terlalu kecil untuk mengerti keadaannya. Bagaimana bisa Haewon mengatakan hal seperti itu?" Gadis 12 tahun itu menguar pelukan mereka, tersenyum lebar dan sedikit terkekeh, "Jin oppa yang selalu mengajarkan hal itu sebelum akhirnya pergi."

"J-Jin oppa?" Haewon mengangguk, "Jin oppa juga seperti Minjung eonni. Setiap hari dia lebih sering tersenyum, lebih sering memeluk Haewon, lebih sering diam di kamarnya sendirian juga sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi." Minjung lagi-lagi menautkan alisnya.

"Pergi? Ke mana?" tanya Minjung hati-hati.

"Ke surga."

.
.

Sekarang, di sanalah Minjung saat ini. Berdiri di depan sebuah lemari berisikan guci yang di dalamnya terdapat abu mendiang kakak laki-laki Taehyung. Jujur saja, meski pun kata Haewon bahwa mereka saling mengenal namun Minjung tak bisa mengingat apa pun, kenangan sekecil apa pun meski pun ia sudah berdiri di sana kurang lebih 30 menit tanpa melakukan apa-apa. Hanya menatap foto pria tampan di sana dengan tatapan sendu.

"Oppa." Minjung terkekeh miris setelah merapalkan panggilan tersebut, "Pantaskah aku memanggilmu seperti itu?" monolognya lagi.

Detik berikutnya ia kembali terdiam, menatap foto yang di sampingnya tertera nama Kim Seok Jin. Minjung terus terdiam sampai sebuah suara berhasil membuatnya berbalik, "Park Minjung?"

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang