Someday | xxiv

1.4K 173 88
                                    

Hari itu, genap 3 tahun lebih 3 bulan dan 2 hari sejak pertemuan terakhir Taehyung dan Hwayeong di sebuah cafe yang jaraknya cukup dekat dari salah satu cabang perusahaan Taehyung yang baru. Sejak hari itu, Taehyung tak pernah bisa menjangkau Hwayeong lagi, rasanya seperti ada seseorang yang jelas bukan orang biasa tengah melindungi privasi wanita Jung itu sampai ke akarnya.

Lalu di sanalah Taehyung saat ini, duduk di bangku yang sama tapi keadaannya berbeda karena sekarang ia sendirian, tak ada Hwayeong di sampingnya.

Pria itu menatap ke atas memperhatikan bagaimana daun-daun berjatuhan setelah melepaskan diri dari ranting pohon. Ia hampir gila karena tak bisa menemukan Hwayeong atau setidaknya mendapat kabar tentang keadaan anaknya yang pasti sudah lahir sejak beberapa tahun lalu. Taehyung nyaris mati sampai ia bahkan rasanya tak ingin menikah lagi sebab baginya, hanya Hwayeong yang pantas mendapat gelar sebagai Nyonya Kim, tidak ada yang lain.

"Oh. Kau di sini juga? Apa kali ini semesta memihakmu?" Taehyung lekas berdiri dan menolehkan wajahnya ketika suara berat menyapa dari belakang.

Pria itu sempat terdiam sebelum akhirnya memperhatikan seorang gadis kecil dengan rambut pendek dan kunciran air mancur dalam dekapan Jungkook.

"Papa, dia siapa?" Gadis dengan surai kecokelatan itu memeluk leher Jungkook sambil berbisik pelan.

"Bukan orang jahat. Ayo, beri salam dulu pada paman Kim," kata Jungkook.

Gadis itu lekas membungkuk pelan dengan senyuman yang terlihat familiar. Miliknya.

"Halo paman Kim. Aku Jeon Jiya, sudah 3 tahun." Jungkook tersenyum simpul. Putrinya memang seperti itu, ramah ke semua orang dan mudah berinteraksi dengan orang baru.

Taehyung masih termanggu, menatap Jungkook ragu kemudian pria Jeon itu mengangguk.

"Putrimu," katanya pelan karena ia pikir ini bukan waktu yang tepat jika Jiya sampai mendengar percakapan mereka berdua. Gadisnya ini cukup pintar dan Jungkook tak mau kewalahan jika harus dicerca pertanyaan oleh bocah 3 tahun ini.

Hati Taehyung menghangat, tangan terulur dan terbuka lebar.

"Boleh aku memelukmu sebentar?" Jiya menatap Jungkook ragu, seolah meminta persetujuan dari sang Ayah.

"Kenapa? Jiya mau? Boleh saja," kata Jungkook membuat senyuman terpatri di sudut bibir gadis Jeon itu.

Taehyung mendekap Jiya erat ketika berhasil menggendongnya, ia memejamkan mata dengan air mata nyaris meledak saat itu juga. Rasa bahagia dan haru bercampur dalam dadanya seolah siap meledak kapan saja. Gadis itu juga terlihat nyaman, ia bahkan memeluk leher Taehyung dan menyandarkan pipi gemuknya di bahu. Jungkook mengulas senyuman, putrinya tahu jika Taehyung adalah Ayahnya.

"Paman Kim menangis? Kata Mama, Jiya tidak boleh menangis karena harus menjadi gadis yang kuat. Paman 'kan laki-laki tidak boleh kalah dengan Jiya." Pria Kim itu terkekeh kemudian mengeratkan dekapannya sambil mengangguk.

"Di mana Hwayeong?" Jungkook menghela nafas ketika Taehyung tiba-tiba menanyakan keberadaan sang istri.

Jungkook melirik Jiya.

"Dia pergi. 3 bulan lalu karena tumor otaknya," kata Jungkook dengan suara parau.

Tubuh Taehyung menegang, dekapannya pada Jiya makin mengerat kemudian ia memberikan elusan lembut pada punggung kecil itu.

"Aku akan memberikan alamat pemakaman Hwayeong," ujar Jungkook. Taehyung mengangguk.

"Jungkook, boleh aku meminta tolong," kata Taehyung.

Jungkook menatap Taehyung seolah meminta penjelasan.

"Tolong jangan pisahkan aku dengan Jiya. Aku bisa mati, hanya dia yang aku punya dari Hwayeong." Entah kenapa tapi rasanya menolak pun tak sanggup ia lakukan. Alhasil Jungkook mengangguk, menatap Jiya yang sepertinya tengah menahan kantuk.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang