Someday | xviii

1K 168 108
                                    

Terhitung satu minggu Minjung tak sadarkan diri karena kecelakaan tersebut. Taehyung setia duduk di sana sejak malam dan memilih untuk tidak tidur. Tatapannya tajam, ia hanya menyorot wajah Minjung tanpa bergerak. Seminggu ini terasa begitu berat untuknya, entah kenapa ia sakit melihat Minjung seperti ini. Wajah pucat wanita itu menyiksanya, belum lagi kepala yang diperban dan mata terpejam, hal-hal itu malah membuat kepala Taehyung pening. Satu minggu ini ia akan selalu menemani Minjung dari sore hingga pagi sebelum akhirnya ia harus berangkat ke kantor, tapi semakin hari terasa semakin berat bagi Taehyung, ia benar-benar tak akan rela jika Minjung harus mati dengan cara seperti ini, tidak boleh.

"Selamat pagi, Tuan Kim," sapa seorang dokter ketika baru saja memasuki ruang rawat Minjung dan mendapati Taehyung masih berada di sana.

"Dokter Jung," kata Taehyung. Ya ... dokter yang merawat Minjung saat ini adalah Jung Saram, kakak laki-laki Hwayeong. Saat itu, Jungkook memang membawa Minjung ke rumah sakit tempat Saram bekerja agar ia dan juga Saram bisa mengawasi Hwayeong sekaligus Taehyung sebab ia tahu ... Taehyung bisa melakukan apa saja pada Hwayeong.

"Akan lebih baik jika kau istirahat dan pulang. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu," kata Saram membuat Taehyung menatap Minjung sebentar lalu ia mengingat Haewon yang juga harus pergi ke sekolah. Akhirnya ia setuju, Taehyung membungkuk hormat kemudian meraih mantelnya dan pergi.

Saram mendekati tubuh Hwayeong yang terbaring lemah, ia bahagia meski pun kini wajah adiknya tak lagi sama tapi setidaknya, dengan mengetahui kala Hwayeong masih hidup hal itu cukup membuatnya senang.

"Oppa janji, Hwayeongie akan baik-baik saja," katanya sembari mengulas senyuman manis.

.
.

Jungkook memacu langkahnya secepat yang ia bisa ketika beberapa jam lalu Saram menghubunginya dan mengatakan jika Hwayeong sadar kemudian mengamuk. Saat itu pula ia meninggalkan segala pekerjaannya, mempercepat langkahnya ketika ia hampir saja sampai di ruang rawat Hwayeong.

Klek!

Benar saja, di dalam sana Hwayeong tengah berteriak histeris, melempar semua benda yang berada dalam jangkauannya ke arah para perawat dan Saram ia berteriak sampai kedua matanya bertemu tatap dengan Jungkook.

"Hiks-- Jungkook," lirih Hwayeong sebelum tubuhnya ambruk terduduk di lantai. Melarang Saram atau pun para perawat mendekatinya, Jungkook memutuskan untuk menghampiri Hwayeong dan mendekapnya erat. Tanpa disangka Hwayeong memeluknya tak kalah erat, menangis dan membenamkan wajahnya di dada sang pria.

"Hiks-- J-Jungkook ... hiks-- aku bukan Minjung ... hiks-- aku Hwayeong. Hiks-- aku ingat semuanya-- hiks ... dia tidak boleh datang lagi hiks ... aku tidak mau tinggal dengannya!" Jungkook mengangguk, mendekap Hwayeong makin erat sambil memejamkan matanya bahkan sesekali mengecup puncak kepala wanita kesayangannya.

Hwayeong mendongak, mempertemukan tatapan mereka sambil terisak pelan, "D-dia tidak boleh ada di sini, kan? Hiks-- aku milikmu jadi dia tidak boleh berada di sini!" Hwayeong kembali berteriak namun kali ini sambil memukuli perutnya hal itu membuat Jungkook lekas menatap Saram. Pria itu hanya bisa mengangguk sebagai isyarat jika Hwayeong sedang hamil.

Jungkook memeluk Hwayeong semakin erat ketika wanita itu malah berteriak keras hingga menyakiti hatinya. Kemudian Jungkook menangkup wajah Hwayeong dengan kedua tangannya, ibu jarinya ia pakai untuk mengusap air mata yang terus mengalir keluar.

"Sayang, dengarkan aku. Hei." Hwayeong masih tetap menggeleng tak terima, ia meremas kuat lengan Jungkook, "D-dia tidak boleh hidup, Jeon. Hiks-- aku tidak menginginkannya ... hiks--"

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang