Someday | epilog

1.9K 194 71
                                    

Flashback

Satu tahun setelah kelahiran anak pertama Hwayeong, meski tak bisa membendung rasa bahagianya karena berhasil melahirkan seorang putri yang dia beri nama Jiya, namun hari ini lagi-lagi Hwayeong harus kembali mengingat masa lalunya. Otaknya seolah sedang ditarik untuk kembali pada hidupnya yang dulu. Hidupnya yang pahit dan ia membenci itu, terlalu pahit dicecap lidah, terlampau sakit dirasa hati. Ia kembali mengingat bagaimana Yoongi mengatakan padanya jika dalang di balik rencana pembunuhannya sekitar satu tahun lalu adalah Choi Yeji, Bibinya sendiri-- lebih tepatnya adik perempuan Ibunya. Choi Yeji melakukan hal itu agar Jung Saram menjadi pewaris tunggal keluarga Jung.

Semuanya berawal ketika Ibu dan Ayahnya menikah dulu, mereka mendapat diagnosa dari dokter jika Nyonya Jung akan sedikit sulit memiliki keturunan karena ada sedikit masalah pada rahimnya. Mereka jelas syok, terutama Tuan Jung yang sudah mendamba buah hati selama lebih dari tiga tahun sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi Jung Saram dari Choi Yeji, mengangkatnya sebagai anak sebab belum lama suami Choi Yeji meninggal dalam sebuah kecelakaan kerja.

7 tahun berlalu akhirnya sebuah keajaiban terjadi, Nyonya Jung hamil dan berhasil melahirkan Hwayeong. Sejak saat itu, Choi Yeji merasa jika posisi putranya akan tergeser, jika Hwayeong menghilang maka seluruh harta keluarga Jung akan jatuh ke tangan Saram. Lantas dari sanalah ide Yeji muncul, ia membayar seorang assassin untuk menghabisi keponakannya sendiri sebelum hari pernikahan Hwayeong dengan Jungkook.

Wanita itu menoleh ketika suara seorang anak kecil terdengar begitu ribut dari lantai 2. Benar saja, Jungkook baru saja turun dari kamar sambil menggendong Jiya dengan satu tangan.

"Aku baru tahu kalau Jiya sudah bisa mengatakan Papa." Hwayeong terkekeh kemudian mengambil alih tubuh kecil Jiya, gadis berusia 1 tahun itu mengoceh sambil menarik-narik kerah kemeja Hwayeong, "Jiya lapar? Mau makan?" Gadis itu melompat kecil di atas pangkuan sang Ibu membuat Jungkook gemas dan sangat ingin menggigit pipinya.

Wanita itu lekas membuka tiga kancing kemejanya kemudian membiarkan Jiya menyusu, sementara itu Jungkook menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri sambil menatap bagaimana Jiya makan dengan rakus.

"Sayang."

"Hm?" Hwayeong melirik Jungkook.

"Aku juga ingin--"

"Kupukul, mau?" sahut Hwayeong membuat Jungkook mencebik, "Kau ini kasar sekali."

"Aku 'kan juga ingin kau perlakukan seperti Jiya. Dielus kepalanya, disayang, kemudian menyusu--" Hwayeong memukul Jungkook main-main.

"Kalau Jiya sedang tidak kelaparan aku bersumpah sudah menendang testismu." Tawa Jungkook meledak, ia suka melihat ekspresi Hwayeong saat ia goda. Pria itu memperhatikan bagaimana kedua mata Jiya mulai tertutup dengan bibir mungilnya yang masih asik bercumbu dengan puting sang Ibu.

"Kau akan membawanya pada Taehyung?" Kali ini Jungkook mendongak, menatap Hwayeong penasaran. Wanita itu menaikkan bahunya, "Sepertinya tidak. Aku akan membiarkan semesta mempertemukan mereka," kata Hwayeong.

Kedua tangannya terulur untuk mengelus rambut halus kecokelatan milik putrinya. Jungkook menegakkan tubuhnya kemudian merangkul sang istri dari samping.

"Aku tidak akan memaksa, lakukan apa yang menurutmu baik," kata Jungkook. Hwayeong mengangguk kemudian mendusalkan kepalanya pada dada sang suami. Memiliki Jungkook sebagai seorang suami dan anak baik seperti Jiya merupakan hal paling indah yang pernah Hwayeong terima dari Tuhan. Sekarang, sepertinya ia akan rela jika Tuhan memang berniat mengambil nyawanya dalam waktu dekat. Ia sudah bahagia.

.
.

Sol sepatu kulit mahal Jungkook bercumbu manis pada lantai marmer rumah sakit. Ia berjalan tergesa-gesa setelah mendapat telepon dari kakak iparnya sekitar satu jam yang lalu, Jung Saram bilang ia menemukan Hwayeong tergeletak tak sadarkan diri dan sekarang keadaannya keritis. Pria itu tak henti berdoa, berharap jika Hwayeong baik-baik saja ketika ia sampai nanti.

"Bagaimana, hyeong?" Pria Jung itu menatap adik iparnya dengan wajah semrawutan, "Siang tadi aku datang ke rumah kalian setelah Hwayeong menghubungiku dan mengatakan jika kepalanya mendadak pusing. Aku lekas datang dan mendapati Hwayeong tak sadarkan diri," jelasnya.

Jungkook mengedarkan pandangan.

"Di mana Jiya?" tanya Jungkook.

"Dia baik-baik saja. Aku menitipkannya pada Ibu dan Ayah." Setidaknya ia bisa bernafas lega karena Jiya ada di tempat aman. Pria itu menghela nafas kemudian Saram menepuk pundaknya.

"Masuklah. Temani Hwayeong." Jungkook mengangguk kemudian meninggalkan Saram.

Ia mengulas senyuman ketika maniknya bertermu dengan milik Hwayeong yang indah, wanitanya mengulas senyum indah dari bibir pucat pasinya.

"Ada yang sakit?" Hwayeong menggeleng ketika Jungkook menggenggam jemarinya.

"Jungkook," panggilnya dengan suara pelan.

"Hm?"

"Malam ini, tidur seranjang denganku, ya? Ingin kau peluk sampai pagi," katanya membuat Jungkook langsung mengangguk. Hwayeong menautkan kelima jemarinya dengan milik sang suami, "Jungkook, mau janji satu hal padaku?" Pria itu meneliti wajah sang istri kemudian mengelus pipinya.

"Apa itu?"

"Jangan pernah menikahi gadis lain selain aku, ya?" Tubuh Jungkook melemas, kenapa Hwayeong berkata seperti itu? Wanita itu mengatakannya seakan-akan ia berniat pergi jauh.

Jungkook menggeleng.

"Tidak akan dan tidak mau. Istriku hanya Hwayeong," kata Jungkook, wanitanya tersenyum kemudian menatap ke jendela sebentar.

"Aku ingin tidur lebih cepat, peluk aku, ya?" Jungkook menyanggupi kemudian naik ke sisi kiri ranjang, mendekap istrinya dan membiarkan lengannya menjadi bantal.

Hwayeong memejam, ia suka pelukan Jungkook yang hangat. Wanita itu membenamkan wajahnya pada dada sang suami, menghirup dalam aroma maskulin prianya sebelum mendongak lagi.

"Katakan pada Jiya jika aku menyayanginya," kata Hwayeong.

Jungkook mengecup keningnya.

"Kau bisa mengatakannya sendiri setelah diperbolehkan pulang," kata Jungkook, istrinya mengangguk kemudian terpejam.

Malam itu, Jungkook mendekap Hwayeong dalam tidurnya, tanpa ia tahu jika hari itu adalah hari terakhir ia bisa mendekap dan menyentuh istrinya sebab setelah malam itu ... Hwayeong tak pernah membuka matanya lagi. [♡]












Udah segini doang epilognya 😭 cuman mau memperlihatkan gimana sakitnya Jungkook pas ditinggal pergi ☺
So, Someday kelar di sini ya ^^
Aku mau ucapin banyak-banyak terimakasih buat kalian semua, dari yang cuman baca doang, kalian yang vote terus, dan kalian yang sering drop komentar penyemangat ... kalian semua terbaik 💜 kalau ga ada kalian mungkin ff ini ga bakal selesai dalam waktu sebulan :)

Ah satu lagi. Aku sayang kalian 😙

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang