Someday | viii

1K 182 53
                                    

Minjung tak berhenti mengumpat dalam hati, malam itu jam tangannya menunjukkan pukul 9 malam dan Minjung sudah berdiri di sana sekitar 1 jam yang lalu. Malam itu hujan turun begitu deras, menghantam bumi dan menyisahkan gerutuan dalam hati, bagaimana bisa saat dirinya berharap agar cepat sampai di rumah dan beristirahat alam malah berkata lain. Mengguyurnya dengan hujan ketika Minjung bahkan tak membawa payung, membuatnya terpaksa berdiri di sebuah halte sembari menggenggam tasnya erat.

Belum lagi span pendek dan heels yang membuat penderitaannya bertambah, kakinya sakit, belum lagi angin sejuk menyapu kedua kaki jenjangnya.

"Sial." Entah keberapa kali Minjung mengumpat tapi ia benar-benar kesal hari ini.

Ia kembali mendongak, hanya butuh beberapa menit berjalan agar bisa sampai di rumah. Setidaknya hujan sudah tak sederas tadi, mungkinkah ia harus lari?

Minjung menarik nafas dalam, melepas kedua high heels berwarna hitam yang sejak 8 jam tadi membalut kakinya sebelum mengambil ancang-ancang untuk berlari namun niatnya terhenti ketika sebuah mobil sedan keluaran terbaru berwarna merah berhenti di depannya.

Ya, siapa lagi ... kalian mungkin sudah bisa menebaknya. Tentu saja Jeon Jungkook, pria itu keluar dari mobilnya kemudian berdiri di samping Minjung.

"Aish ... kenapa kau lagi?" Minjung menggerutu, sementara si pria Jeon hanya diam dan menatap langit yang masih meneteskan air hujan.

"Aku tidak main-main dengan perkataanku siang tadi, Nona Park. Sekarang pilihlah, pulang bersamaku dengan mobil atau berlari denganku?" Minjung kembali berdecak kesal, "Aku memiliki dua kaki yang masih berfungsi dengan sangat baik, Tuan. Tidak perlu repot-repot." Jungkook tersenyum lalu mengangguk mengerti.

"Baiklah. Ayo!" katanya kemudian menggenggam jemari Minjung dan membawanya berlari. Meski pun berteriak tak terima namun mau tak mau kedua kaki Minjung harus mengikuti kemana Jungkook membawanya.

"Hei! Kenapa kau memilih berlari saat kau sendiri tidak tahu di mana aku tinggal?!" kata Minjung sedikit berteriak mengingat hujan kembali turun cukup deras.

"Aku tahu," jawab Jungkook yang malah membuat Minjung semakin gondok, "Apa kau tidak membawa payung?" kata Minjung masih berlari bersama Jungkook di bawah guyuran hujan.

"Ada. Aku meninggalkannya di mobil." Baiklah ... kali ini Minjung benar-benar kehabisan kesabaran.

"Lalu kenapa mengajakku berlari tanpa payung?! Aish ... kau membuat semuanya basah!" protesnya setelah menghempaskan tangan Jungkook dan berhenti melangkah, "Kau yang menginginkan hal itu, bukan? Kau bahkan sudah melepas heels milikmu. Aku hanya menemanimu bukan ingin membantumu," kata Jungkook seadanya.

'Seadanya' namun berhasil membuat kejengkelan Minjung meledak berkali-kali lipat. Bagaimana bisa ada seorang pria yang diciptakan seperti itu?

"Lebih baik kau kembali. Aku bisa pulang sendiri," kata Minjung namun Jungkook tidak ingin mendengar hal itu ia malah menggenggam tangan Minjung lagi.

"Aku sudah memiliki suami, Tuan Jungkook." Sang wanita membuka suara, Jungkook tak terkejut sebab ia sudah memiliki firasat ketika melihat sebuah cincin melingkar di tangan wanita cantik itu.

"Aku tidak perduli," kata Jungkook kemudian berniat membawa Minjung berlari lagi tapi  sang wanita menahannya, "Aku serius," Minjung berujar tegas.

"Apa aku terlihat bercanda? Sudahlah, kita bisa berdebat nanti. Kau bisa sakit jika terus seperti ini." Akhirnya mau tak mau, suka tak suka, Minjung kembali berlari bersama Jungkook di bawah guyuran hujan, meski pun terkesan aneh ... tapi Minjung yakin, bahwa Jungkook benar-benar menawarkan kehangatan untuknya.

.
.

Pukul 9 lewat 10 menit, Taehyung hanya bisa berdiri di balkon kamarnya, menatap langit dengan kedua tangan yang ia masukkan dalam saku piyama tidurnya. Ia hanya sibuk memandangi langit ketika hujan yang sedari beberapa jam lalu mengguyur bumi dan tak kunjung reda.

Aku mengirimkan makan siang untukmu. Kuharap kau suka, aku memesannya karena Haewon bilang itu adalah makanan kesukaanmu.

Taehyung kembali berdecak ketika isi pesan yang dikirimkan Minjung siang tadi kembali beterbangan di kepalanya. Terlebih lagi saat Taehyung tak bisa menemukan presensi Minjung sejak ia pulang dari kantor, ia frustasi. Tidak ... bukan karena cemas, ia hanya khawatir wanita itu kabur darinya.

"Merepotkan!" Taehyung lekas masuk ke kamarnya, meraih coat hitam kesayangannya dan mengotak-atik ponselnya, "Aku benar-benar akan memberimu pelajaran," gumam Taehyung kemudian menuruni anak tangga. Meraih sebuah payung dan berjalan tergesa-gesa menuju pintu.

Suasana hatinya yang memang dari tadi sudah tak karuan kini bertambah parah ketika Taehyung mendapati Minjung berdiri tak jauh dari pintu bersama seorang pria, di bawah guyuran hujan. Tangannya mengepal kuat kemudian ia putuskan untuk keluar setelah membuka payungnya guna berlindung dari guyuran hujan.

"Jadi ini pekerjaan barumu? Menjadi seorang jalang?" Minjung menatap Taehyung dan Jungkook bergantian kemudian menghampiri sang suami, menggenggam jemari Taehyung dengan tatapan memohon.

"Kita bicara di dalam," kata Minjung namun Taehyung malah menghempaskan tangan sang wanita, "Menjijikkan!" makinya.

"Kenapa kita harus bicara di dalam? Kau tidak ingin dia tahu siapa kau sebenarnya? Wanita penggoda menjijikkan juga seorang pembunuh. Kenapa? Kau tidak ingin dia tahu kalau wanita sepertimu bahkan tidak ada bedanya dengan sampah? Bagaimana bisa kau hidup seperti ini, Park Minjung?"

"Cukup! Aku bukan pembunuh! Kenapa kau terus mengatakan hal itu?!" Minjung berteriak memberi pembelaan pada dirinya, sementara itu Jungkook yang sudah muak dengan sikap pria yang ada di depannya itu lekas membawa Minjung ke belakang tubuhnya, menatap Taehyung nyalang dan penuh amarah.

"Kau suaminya, bukan?" kata Jungkook menyimpulkan dengan cepat setelah ia melihat cincin yang sama dengan milik Minjung melingkar di salah satu jari Taehyung.

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu saat kau sendiri tidak paham jika Minjung sedang--"

"Bawa aku bersamamu, Tuan Jungkook." Pria Jeon itu terdiam, kemudian berbalik dan menatap Minjung heran.

"Kita pergi," katanya lagi bersama setetes darah keluar dari hidungnya. Jungkook tak mau banyak berpikir, ia lekas membopong Minjung dan pergi dari sana setelah membisikkan sesuatu pada Taehyung dan yeah ... berhasil membuat pria Kim tersebut mengepalkan tangannya geram. Bukan kata yang begitu berarti, hanya sebatas, "Aku bersumpah akan merebutnya darimu."

.
.

Jungkook memasuki kamar dengan setelan jas rapihnya yang sudah berganti dengan setelan piyama tidur yang nyaman. Dalam ruangan yang hanya berhiaskan lampu tidur itu, ia menghampiri tubuh Minjung yang terbaring di atas ranjang lengkap dengan sebaskom air di nakas dan kain menempel di dahinya. Beruntungnya Jungkook memiliki tetangga seorang wanita, jadi ia bisa meminta bantuan padanya untuk menggantikan baju Minjung.

Ia hanya menghela nafas pelan, menatapi wajah Minjung dari sisi ranjang dengan kedua mata menyiratkan kesenduan. Entahlah ... baju Hwayeong terlihat sangat cocok untuknya, penampilannya saat ini malah membuat Jungkook beranggapan bahwa wanita di depannya adalah Hwayeong bukannya Minjung padahal jelas-jelas mereka berdua adalah dua orang yang berbeda.

Tidak. Ia tak bisa terus berada dalam bayangan Hwayeong, wanitanya bahkan sudah bahagia berada di surga. Jungkook berdiri, berniat mengistirahatkan tubuhnya di sofa namun niatnya terhenti ketika jemari lentik Minjung menggenggam jari telunjuknya.

"Kau terbangun? Membutuhkan sesuatu?" Jungkook berbalik, kemudian beralih duduk di sisi ranjang.

"Aku sudah putuskan," kata Minjung dengan suara parau, awalnya Jungkook mengira bahwa wanita Park itu hanya sedang mengigau mengingat demamnya cukup tinggi namun kata selanjutnya yang keluar dari bibir Minjung berhasil membuat Jungkook hampir memuntahkan jantungnya sekarang juga.

"Aku akan menjadikanmu satu-satunya alasan untuk bertahan. Aku ingin hidup untukmu, jadi ... tolong buat aku mencintaimu sampai aku tidak bisa melepaskanmu." [♡]









Ken ga mau banyak komen, cuman mau bilang ... selamat menikmati😂♡

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang