Someday | xiii

941 169 77
                                    

"Astaga ... aku lelah." Minjung menghela nafas pelan ketika heels berhasil terlepas dari kedua kakinya. Sedikit kesal hari itu berjalan tak sesuai ekspektasinya.

Paginya berantakan ketika ia terbangun dan tak bisa menemukan Taehyung disisi ranjang padahal semalam mereka tidur berdua. Pikirannya makin kacau ketika ia pun tak bisa menemukan Taehyung di rumah sampai dia pulang kerja pada pukul 6 petang, perasaannya juga kacau ketika ia tak bisa bertemu dengan Jungkook sebab pria itu sedang menyelesaikan tender besar perusahaannya di Busan dan baru kembali besok. Benar-benar hari yang menyebalkan belum lagi beberapa customer yang hari ini berhasil membuatnya jengkel, karena Hyejung tidak masuk karena sakit jadi segala keluhan dibebankan pada setiap karyawan itu sendiri. Haah ... Minjung berharap tak bertemu lagi dengan hari yang sama.

Ia juga lupa meminum obat, ah ... tapi bagi Minjung sama saja. Dengan meminum obat itu atau tidak tetap akan membuatnya mati, bukan? Jadi percuma, ia hanya akan minum jika Jungkook menyuruhnya.

Kediaman Taehyung sudah sepi karena para pelayan pasti sudah beristirahat di pavilliun sementara Haewon, ia meminta izin untuk bermalam di rumah sahabatnya.

Mungkin berendam air hangat bisa menghilangkan stres Minjung hari ini.

Ia berdiri dari sofa, berniat memungut heelsnya namun terhenti ketika pintu utama tiba-tiba terbuka paksa dan menyisahkan suara bantingan cukup kuat.

"Astaga, Tae! Apa yang terjadi?" Minjung panik mendapati Taehyung yang pulang dengan keadaan kacau. Masih berbalut setelan piyama dan coat mocca ia memasuki rumah dengan tubuh terhuyung dan senyuman mengerikan.

Minjung mendekat, berusaha menolong namun kejadian berikutnya berhasil membuat Minjung tersungkur di lantai.

PLAK!

Sebuah tamparan keras Taehyung layangkan pada pipi sebelah kanan Minjung hingga sang empunya jatuh tersungkur. Kepala Minjung terasa seperti dihantam oleh tongkat besi, sakit sekali namun rasa takutnya pada Taehyung kini menghilang.

"Apa yang kau katakan pada Junghwa, sialan?!! Apa yang kau lakukan padanya?!!" Minjung tertawa miris ketika mengetahui bahwa penyebab kemarahan suaminya adalah Junghwa.

"Sebuah kebenaran," kata Minjung dengan berani, ia mendongak menatap Taehyung sebab kedua kakinya terlalu lemah untuk menopang berat tubuhnya.

"Aku mengatakan semua hal yang harus dia tahu," lanjutnya.

"Aku adalah istri sah Taehyung. Jadi kau pikir apa posisimu kalau bukan wanita simpanan, hm? Lalu dia menamparku dan aku mengatakan jika sikapmu barusan malah menunjukkan seberapa rendahannya kau, Junghwa- ssi. Sekarang kau sudah tahu kebenarannya, putuskan ... kau ingin pergi dari kehidupan Taehyung atau tetap menjadi wanita rendahan? Itu ... itu yang kukatakan pada wanita itu. Kenapa?!! KENAPA?! Kau mau membunuhku?!! Kalau begitu bunuh aku sekarang, Kim!!" Minjung berteriak dengan air mata yang sudah meledak, menyebar ke seluruh wajahnya yang kacau.

Amarah Taehyung pun memuncak, tangannya mengepal kuat mendengar penuturan Minjung barusan. Lanyas ia meraih sebuah vas yang tergeletak tak jauh di meja ruang tamu dan melemparnya ke arah Minjung.

Wanita itu memekik, mencoba melindungi kepalanya dengan kedua tangan dan alhasil vas bunga itu pecah dan menciptakan luka sedalam 3 cm di lengannya.

"Hiks ... aku mengatakan sebuah kebenaran! Hiks ... itulah kebenaran ysng harus dia dengar!" Taehyung mendengus, ia tersenyum tipis, "Sudah berani melawan?!"

"ARGH!" Pekikan kembali terdengar nyaring memenuhi ruangan ketika Taehyung tiba-tiba berjongkok dan meraih rambut panjang Minjung, menariknya ke belakang hingga wanita itu mendongak.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang