Someday | xii

999 168 55
                                    

"Aku pulang!"

"Oh. Jiminie sudah datang?"

Kedatangan seorang pria dengan sebuah koper dan setelan jas lekas disambut oleh Nyonya Park. Anak tertuanya, kakak Minjung baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya selama setahun belakangan. Tak banyak yang berubah dari rumahnya, ia tak bohong jika beberapa bulan lalu sempat ingin lekas kembali ke Korea setelah mendengar bahwa adiknya mengalami kecelakaan. Beruntungnya sang Ibu berhasil menenangkan Jimin dan mengatakan kalau Minjung mengalami amnesia, 90% bagian wajahnya hancur sehingga mengharuskannya untuk melakukan operasi plastik.

"Di mana Minjung?" Nyonya Park berdecak, kemudian menghela nafas.

"Astaga, bagaimana bisa kau memperlakukan Ibumu seperti itu? Aku yang melahirkanmu tapi kau malah mencari wanita lain terlebih dahulu?" Jimin terkikik kemudian mendekap Ibunya erat, "Ah ... itu karena aku tidak pernah mendengar kabar Minjung secara langsung, Bu." Nyonya Park tersenyum kemudian menepuk bahu putranya.

"Ya ... ya. Minjung ada di rumah suaminya. Akan Ibu hubungi nanti agar dia bisa datang." Jimin mengangguk kemudian mendapati sebuah foto pernikahan berukuran cukup besar terpajang di antara foto keluarga mereka. Jimin berjalan menghampirinya kemudian terdiam.

"Dia ... Minjung?" Nyonya Park yang sedang berdiri di belakang putranya lekas mengangguk, "Ya, dan itu suaminya ... Kim Taehyung."

"Adik Kim Seok Jin," gumam Jimin pelan kemudian kembali menghadap sang Ibu.

"Ibu yakin dia benar-benar Minjung kita?"

"Apa yang sedang kau bicarakan? Dia putriku, tentu saja aku tahu," katanya sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Bukankah Ibu bilang hanya melakukan operasi plastik di wajahnya?" Nyonya Park mengangguk ragu. Masih mencoba memahami apa yang sedang dibicarakan oleh putranya.

"Apa yang sedang kau pikirkan, Jimin- aah? Dia adikmu ... bukankah aku sudah menjelaskan semuanya padamu. Kecelakaan itu menyebabkan Minjung mengalami kerusakan pada wajahnya. Wajahnya hancur dan 90% tak bisa dikenali, dia juga mengalami amnesia." Jimin terdiam mendengar penjelasan Ibunya. Ia menarik nafas kemudian meraih koper miliknya, "Aku akan istirahat di kamar Minjung."

.
.

Dalam ruangan yang hanya berhiaskan lampu tidur itu, Minjung hanya bisa terdiam sembari menggenggam jemari Taehyung tertidur setelah makan malam dan minum obat. Minjung sengaja diam, ia tak mengatakan jika Junghwa menemuinya siang tadi sebab ia tahu ... keadaan Taehyung masih tak memungkinkan apalagi jika sampai wanita itu mengadu akan hal-hal yang sudah Minjung katakan tadi.

Ia tak menyesal. Sumpah, demi Tuhan Minjung tak menyesal telah mengatakan kebenarannya pada Junghwa. Sebab ia juga wanita, meski pun awalnya akan terasa sakit tapi bagi Minjung, Junghwa juga berhak mendapatkan pria yang lebih baik dari Taehyung.

Terhitung puluhan kali Minjung melihat layar ponsel Taehyung menyala di atas nakas, ia yang penasaran lekas meraihnya kemudian tersenyum miris ketika mendapati puluhan panggilan dan pesan yang tak direspon, dari Junghwa. Segera mengembalikannya, Minjung sedikit berdehem ketika melihat Taehyung membuka matanya pelan.

"Kau membutuhkan sesuatu?" katanya hati-hati, setelah menarik tangannya yang sedari tadi menggenggam jemari suaminya.

"Kau sudah menghidupkan pemanas ruangan?" Minjung menatap sekeliking, "Sudah, apa kau kedinginan?" Taehyung yang keadaannya sedang sangat lemah hanya bisa mengangguk.

Minjung merapatkan selimut tebal pada tubuh Taehyung, "Apa sedikit terbantu?" Taehyung kini menggeleng, "Tidak." Minjung berdecak kemudian berdiri dari duduknya.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang