Someday | xv

956 164 58
                                    

Jeon Jungkook, pria 25 tahun itu berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor sebuah rumah sakit, dengan sebuah kantong plastik yang baru saja ia ambil dari apartmen, Jungkook memacu langkahnya lebih cepat hingga berhasil memasuki sebuah ruangan dengan tulisan 'Dokter Jung Saram' di depan pintu.

"Hyeong," panggil Jungkook dengan nafas tersenggal akibat berlari dari parkiran menuju ruangan Saram.

"Aku membawanya." Pria dengan jas dokter berwarna putih itu menatap Jungkook kemudian bangkit menghampirinya.

"Kau tidak sedang bermain-main, bukan?" Jungkook mendecak kesal, "Aku serius, hyeong. Dia benar-benar Hwayeong aku bisa mengenalinya dari tato yang ada di bahunya," jelas Jungkook.

Jung Saram, pria 30 tahun itu menatap pria Jungkook penuh harap. Tak berbohong jika ia harap Jungkook serius dengan perkataannya, sama seperti Jungkook ... ia pun sangat merindukan adiknya, ia merindukan Hwayeong jika benar wanita itu belum meninggal.

Saram meraih plastik di tangan Jungkook, kemudian melihat beberapa helai rambut yang sengaja Jungkook ambil dari sisir ketika Minjung memintanya untuk membantu mengeringkan rambut tadi pagi. Ia benar-benar harus memastikan agar bisa membawa Minjung ah maksudku Hwayeong bersamanya.

"Kau tidak membawanya kesini?" tanya Saram lantas lekas dibalas gelengan, "Aku akan segera membawanya setelah hasil DNA-nya keluar dan itu cocok dengan milik Hwayeong. Aku janji akan membawanya pulang, Hyeong." Saram mengangguk kemudian menepuk bahu Jungkook pelan. "Terimakasih."

.
.

"Kau mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu, Ibu bilang mereka menemukanmu setelah mendapat telepon dari seseorang dan mengatakan jika kau sedang dalam keadaan kritis di ICU. Mereka langsung pergi ke rumah sakit setelah mendapat telepon, lalu mereka melihatmu. Sempat tidak mengenalimu karena wajahmu dalam keadaan hancur, jadi mereka memutuskan untuk melakukan operasi plastik total di wajahmu. Mereka juga mengatakan kalau kau mengalami amnesia, mereka bisa mengenalimu lewat kalung pemberian Ibu yang masih menggantung di lehermu utuh saat itu."

Minjung berjalan pelan memasuki kediaman Taehyung, ya ... ia memutuskan untuk pulang karena Haewon terus menghubunginya. Mengalahkan rasa trauma dan sakitnya, ia bertekad untuk kembali hanya karena Haewon. Sembari memikirkan perkataan Jimin tadi, Minjung akhirnya menginjakkan kaki di ruang tengah. Sempat menatap sekeliling, Minjung berjalan lemah menuju kamarnya hingga suara seseorang berhasil membuatnya terdiam di tempat.

"Sudah puas tidur dengan pria lain? Aku tidak menyangka kau masih ingat rumah," kata Taehyung dengan nada datarnya dari lantai dua. Minjung yang memang sudah lelah, berniat mengabaikan dan masuk ke kamar namun perkataan Taehyung lagi-lagi membuatnya berhenti melangkah.

"Sudah berani melawan?" Minjung menghela nafasnya kasar lalu menatap Taehyung, "Bukankah itu yang kau lakukan? Mustahil jika kau tidak bercinta dengan Junghwa, bukan?" kata Minjung dengan nada tak kalah datar.

Emosi Taehyung tersulut, ia turun dari anak tangga dengan langkah santai namun tatapannya begitu tajam.

"Jangan melewati batasanmu, Park Minjung."

"KENAPA?! KENAPA TIDAK?! Bagaimana bisa kau melarangku ini dan itu?! Memperlakukanku seenakmu dan bersikap semaumu?! Aku lelah dengan sikapmu, Kim! Aku hanya ingin kau menjelaskan semua yang sudah terjadi agar aku bisa memperbaikinya tapi kau selalu menolak dan mengatakan jika aku adalah seorang--"

PLAK!

"Pembunuh! Ya, kau seorang pembunuh!" Taehyung berteriak kencang setelah melayangkan sebuah tamparan di pipi kanan Minjung. Ia menarik lengan Minjung yang bahkan lukanya masih belum sembuh, menyeretnya menuju kamar dan mendorongnya kasar ke lantai.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang