Someday | vii

1.1K 184 65
                                    

Minjung melongo, menatap Jungkook yang berdiri di belakangnya dengan muka datar sementara Hyejung juga ikut diam.

"Aku memang tampan, tapi sekarang aku sedang sangat sibuk. Jadi, ikut ke ruanganku untuk tanda tangan kontrak setelah itu aku akan mengantarmu ke loker." Mendengar penjelasan Jungkook nyatanya malah membuat Minjung makin naik darah. Ia menerima sebuah kotak dan paper bag dari Hyejung kemudian lekas memacu langkahnya di belakang Jungkook.

Kalau saja, Minjung tak membutuhkan pekerjaan itu ia bersumpah akan langsung pulang sekarang juga. Ia menghela nafas ketika Jungkook berjalan cepat bak orang yang sedang dikejar-kejar sementara kedua kaki Minjung sulit mengimbangi.

"Astaga ... apa dia keturunan flash? Kenapa cepat sekali?" Minjung menggerutu di belakang Jungkook, dengan suara lirih namun berhasil membuat atasannya itu berhenti dan berbalik. Wanita Park itu sontak ikut berhenti, menatap Jungkook dengan kedua mata membulat.

"K-kenapa?" katanya gugup. Tidak mungkin Jungkook bisa mendengarnya.

"Aku bisa membaca pikiranmu, bodoh!" Minjung kembali dibuat terkejut, kali ini candaannya benar-benar tak lucu karena Minjung menangkapnya dengan serius.

Jungkook kembali menghampiri Minjung, kemudian meraih satu tangannya yang sedang membawa paper bag, menggenggamnya dan berjalan beriringan. Kali ini ... entah kenapa, genggaman itu terasa begitu familiar. Ia ... seperti sudah mengenal Jungkook dengan sangat baik, jauh sebelum hari ini.

.
.

Taehyung menatap berkas-berkas yang tergeletak di atas meja, tak ada ekspresi khusus di wajah tampannya, hanya menatap tanpa menunjukkan reaksi apa pun. Entah kenapa tapi hatinya sakit setiap kali mengingat wajah Minjung, ia sangat sangat membenci wanita itu. Karena Minjung ia harus kehilangan kebahagiaannya, salah satu keluarga dan alasan mengapa Taehyung masih bisa berdiri sampai detik ini. Ia bahkan berdoa agar wanita itu mati dalam kecelakaan itu dengan begitu dendamnya akan selesai tapi, agaknya Tuhan tak sedang berpihak padanya saat itu karena wanita itu hanya mengalami amnesia dan bukannya pergi ke neraka.

Tak apa, itu artinya Taehyung punys banyak waktu untuk membuat Minjung menderita sampai wanita itu memohon kematiannya sendiri, di tangan Taehyung.

Taehyung menatap layar ponselnya ketika benda itu menyala, menampilkan sebuah pesan masuk dari nomor tak terdaftar, menekannya sekali dan membaca isi pesan itu.

Aku mengirimkan makan siang untukmu. Kuharap kau suka, aku memesannya karena Haewon bilang itu adalah makanan kesukaanmu.

Tepat setelah Taehyung membaca isi pesannya, sebuah ketukan pada pintu ruangannya terdengar lalu seseorang masuk yang tak lain adalah sekertaris sekaligus kekasihnya, Cha Junghwa. Ia masuk dengan sebuah paperbag berukuran sedang, lantas meletakkannya di atas meja.

"Salah satu supirmu mengirimkan ini, kau memesannya?" Taehyung tak menjawab, hanya meraih paper bag di atas mejanya, berjalan ke sudut ruangan kemudian memasukkan benda di tangannya ke dalam tempat sampah.

"Tidak. Aku tidak memesan apa pun." Junghwa sempat terkejut karena Taehyung membuang benda itu, "Kenapa membuangnya?" tanya Junghwa sedikit tak terima mengingat ia adalah wanita yang sangat membenci pemborosan.

"Itu hanya sampah, Sayang. Dan apa yang harus dilakukan pada sampah? Dibuang, bukan?" Taehyung kembali duduk di kursi kerjanya sementara Junghwa hanya menghela nafas pelan. Memang seperti itu, terkadang Taehyung bisa berubah dari baik ke menyebalkan dalam hitungan detik.

"Ada hal yang ingin kutanyakan padamu," kata Junghwa membuat Taehyung yang tadinya bersandar kini menegakkan punggungnya, "Apa? Katakan," kata Taehyung sambil menggenggam lengan Junghwa, menuntun wanitanya untuk duduk di atas pangkuan.

"Wanita itu, kalau tidak salah namanya Minjung. Kau tidak sedang berbohong, bukan? Dia benar-benar pembantumu?" Taehyung mengangguk mantap mendengar perkataan kekasihnya, kemudian memeluknya gemas.

"Astaga, apa kekasihku ini sedang cemburu? Kau manis sekali," kata Taehyung sambil memeluk pinggang Junghwa erat.

Junghwa berdecak kemudian memukul puncak kepala Taehyung pelan, "Itu karena aku mencintaimu, bodoh!" makinya membuat Taehyung terkekeh.

"Bagaimana bisa kau memukul atasanmu seperti itu?" Junghwa tersenyum jahil kemudian memberi kecupan singkat pada bibir penuh prianya. Taehyung yang gemas segera menarik tengkuk Junghwa sebelum akhirnya melumat dalam kedua belah bibir yang belakangan membuatnya candu. Dalam lumatan itu, Taehyung berbisik pelan dalam hatinya, "Maafkan aku, Sayang."

.
.

Saat jam makan siang tiba, Minjung memacu langkah kakinya menyusuri jalanan. Setelah membeli beberapa makanan untuk Taehyung, ia memutuskan untuk kembali menyusuri jalanan sebab mendadak ia jadi menginginkan semangkuk ramen. Dalam balutan seragam kerja, rambut terurai dan coat panjang berwarna maroon, wanita itu akhirnya sampai di tepi jalan raya, berniat menyebrang namun perasaannya berubah menjadi was-was ketika sebuah mobil melintas.

Mendadak ia ketakutan, terlebih ketika ingatan tentang ia yang hampir mati kemarin dan juga suara pecahan kaca juga tabrakan yang selalu muncul di mimpinya. Minjung mundur selangkah, ia takut jika penyakitnya kembali kambuh ketika ia menyebrang, ia tak ingin mati secepat itu.

Minjung berjingkit kaget ketika tangannya yang semula sedingin es kini berubah hangat, "T-tuan?" Ia terkejut bukan main ketika mendapati Jungkook berdiri di sampingnya sambil menggenggam tangannya.

"Setelah ini aku akan memintamu memanggilku sayang sebagai hadiah," katanya tanpa menatap Minjung.

"H-hadiah?" kata Minjung sementara Jungkook mengangguk kemudian berjalan prlan menuntun wanita itu ketika lampu lalu lintas menyala merah, "Aku sudah 2 kali menolongmu. Sebagai ucapan terimakasih, aku akan meminta hal itu," kata Jungkook sembari terus berjalan menyebrangi jalan raya. Sialnya, Minjung tak berusaha memberontak, ia hanya menurut dan berjalan di belakang Jungkook sekali pun mereka sudah berada di sisi lain jalan raya dan kini sang pria membawanya entah kemana.

"Apa maksudmu 2 kali?" tanya Minjung.

"Apa kau pikir, kau punya kekuatan teleportasi sehingga bisa tiba-tiba berada di rumah sakit?" Dari sana Minjung bisa menyimpulkan bahwa kemarin, Jungkook menolongnya.

"Terimakasih." Minjung berujar dengan senyuman mengembang dan hal itu membuat Jungkook lekas berbalik, saling menatap dengan satu tangan masih bertautan.

"Ucapan terimakasihmu tidak diterima," kata Jungkook, "Kenapa begitu?" kata Minjung tak terima.

"Ada hal lain yang kuinginkan." Jungkook berujar pasti membuat Minjung kembali menautkan alisnya.

"Hal lain?" Kali ini Jungkook mengangguk, ia menatap kedua mata Minjung yang lagi-lagi mengingatkannya pada Hwayeong.

"Lakukan pengobatan untuk tumormu." Sebuah kalimat yang terlontar dari bibir Jungkook nyatanya mampu membuat raut wajah Minjung berubah sendu.

Pria itu mengetahuinya.

Minjung melepaskan genggaman tangan Jungkook, ia menatap sang atasan dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Melakukan pengobatan atau pun operasi tidak akan membuatku sembuh. Aku akan tetap mati sekali pun mengonsumsi obat, lalu operasi? Aku bisa saja mati di atas meja operasi. Lalu kau pikir aku akan membuang waktuku untuk hal itu? Tidak. Aku tidak akan mengubah takdir, aku akan tetap mati dalam 4 bulan."

"Tapi setidaknya kau bisa bertahan selama satu tahun dengan pengobatan." Minjung tertawa miris kemudian mengedarkan pandangannya, "Semakin lama aku bertahan, maka akan semakin besar keinginanku untuk hidup. Aku tidak ingin bertahan, karena aku tidak memiliki alasan untuk tetap bertahan. Mulai detik ini, aku ingin kau berhenti perduli padaku, berhenti mengasihaniku karena aku baik-baik saja," kata Minjung kemudian melangkah melewati Jungkook namun baru 3 langkah ia pergi, kedua kakinya kembali terhenti ketika Jungkook tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Kalau begitu, kau bisa menjadikanku alasan agar kau tetap bertahan," bisiknya sarat dengan ketulusan. [♡]

















Aaaaaaa aku ga tau kenapa karakter Jungkook semanis ini 😭 aku yang nulis tapi aku yang mleyot 😢 ga tau lagi mau ngomong apa :")) kan aku jadi ga tega mau jadiin dia sad boy 😂😂

Hope you like it 😚

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang