Sebulan berlalu, hari hari Angga terasa lebih tertata, kuliah, bekerja, mengerjakan tugas itu selalu berulang hampir di setiap harinya. Ia hanya memiliki hari minggu untuk berleha leha, benar benar berleha leha. Tapi jika dibandingan dengan kemarin, pekerjaanya kali ini sangat membantu dirinya di perkuliahan. Karena ia bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya, alhasil pengetahuannya jauh lebih banyak dibanding mahasiswa yang hanya menimba ilmu di kelas. Dunia lapangan kerja berbeda dengan ilmu yang di dapat dari bangku perkuliahan, memang ada samanya akan tetapi cara kita menanggapi suatu masalah di lapangan itu hal yang tidak dirasakan di kelas.
Sebulan berlalu, pekerjaan proyeknya kemarin tentu saja belum selesai, bahkan hanya baru sampai di tahap persiapan. Setelah melakukan kontrak dengan owner, konsultan juga mencari kontraktor sebagai pelaksana setelah itu bebrapa rapat juga harus dilakukan demi kelancaran pembangunan.
"Ga, kata pak Axel lu suruh ke rumah dia aja buat laporannya tadi dia titip pesan sama gua"
"hmm oke, makasih ya ka"
Baru saja pulang dari lokasi proyeknya, sesampainya di kantor ia harus pergi lagi karena orang yang dia cari tidak ada.
Ke rumah Pak Axel, itu berarti ke rumah Sisca. Angga membeli sedikit buah tangan untuk mereka. Karena pekerjaan ini juga membuatnya jadi sering berurusan dengan Sisca. kadang kadang Pak Axel menyuruhnya lewat Sisca atau Sisca membantunya bekerja dan hal lain lainnya. Angga sudah menganggap Sisca seperti adiknya sendiri, memang seumuran akan tetapi kerap kali Sisca memang seperti anak kecil.
"Angga sini ga!" seru Pak Axel dari ruang keluarga mereka.
"wihhh bawa apa tuh?" tanya Sisca melihat tentengan yang Angga bawa lalu menghampirinya, mengambil dan mengintipnya.
"Yampuun maaf ya Ga, Sisca emang begitu"
"Sudah biasa pak"
"wiiiiiiii bobaaa asik, ada satu dua tiga. Buat papi satu, aku satu umm mama gak suka jadi buat lu satu nih ga"
"gak usah sis, buat lu aja dua duanya"
"emang ya lu tuh terbaik banget, tau banget gua suka boba terutama coklat"
Abaikan Sisca yang tengah memfoto berkali kali minumanya yang entah untuk apa, Angga juga bingung, kenapa wanita suka sekali memotret makanan. Sekarang Angga di ruang kerja milik Pak Axel, kalau bertanya kenapa harus pindah ke ruang kerja, karena Pak Axel sangat menjaga kualitas rumahnya, sebisa mungkin tidak ada pekerjaan yang tercecer di rumahnya kecuali memang daerah khusus tempat kerjanya.
Sekarang tugasnya bukan lagi hanya soal merancang, mulai hari ini jobdesknya juga mengawasi. Sebenarnya bukan hanya dia sendiri, ada satu yang lainnya yang membantunya, karena urusan yang lain parternya tidak bisa ikut untuk melaporkan hasil progres minggu pertamanya.
"ya, udah gak papa segini aja dulu nanti rapat mingguan saya ikut ko. Maaf ya, tadi saya nganter Sisca buat chek up"
"emang Sisca kenpa pak?"
"oh ngga, dia gak kenapa kenapa ko. Cuma emang dia punya jadwal rutin buat chek up sebulan sekali karena ya saya jaga jaga aja daripada ada penyakit yang aneh aneh gak ketauan kan"
Angga mengagumi bagaimana Pak Axel memperlakukan keluarganya, beruntung sekali Sisca lahir dari orang tua seperti Pak Axel dan istrinya. Sekali lagi ia malah mengingat Cleo, bagaimana cerita cerita Cleo yang selalu berusaha tidak diceritakannya namun karena keadaan malah membuatnya harus jujur terhadap perasaanya sendiri.
"Ga" Pak Axel menepuk bahunya, menyadarkanya dari lamunan rasa rindunya.
"malah ngelamun"
"maaf pak, saya kayanya cuma kecapean aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra
Teen FictionIni cuma ekstra, dibaca boleh tidak juga tidak apa. Kelanjutan hidup hari kemarin.