Day 1

122 9 0
                                    

Bangunan gedung yang berdiri beberapa masa dengan suasana sejuk karena pohon pohon yang rindang sepanjang taman. Suasana kampus yang ramai dengan beberapa anak anak yang nongkrong di bawah pohon, berlalu lalang membawa buku, bertukar cerita dengan teman temannya. Sama seperti di Kyoto, namun terlihat lebih hangat dengan melihat interaksi manusianya, sedangkan di Kyoto lebih terasa dingin dengan sikap individualis manusianya.

Sembari mengingat jalan yang Angga lewati tadi Cleo berjalan terburu buru sebelum ia lupa arah dan kehilangan jejak. Tapi untunglah kampus itu cukup memiliki petunjuk arah yang jelas, sehingga Cleo tidak kebingungan.

Cleo memasuki koridor yang tidak terlalu ramai. Ia sangat berhati hati saat memasuki ruangan itu. Meskipun ia tidak yakin dengan ruangan yang ia tuju namun ternyata ia berhasil menemukan keberadaan Angga. Mungkin memang garis jodohnya ada pada Angga, semua terasa dalam instingnya.

Angga keluar lagi dengan terburu buru, Cleo segera mengeratkan topinya ke bawah sembari menunduk. Dengan sedikit berlari Angga menuru tangga terlihat terburu buru. 'Perasaan dia baru dateng kenapa keluar lagi, buru buru banget lagi' batin Cleo.

Lalu tak lama kelas itu menghaburkan isinya, penghuni kelas berhamburan keluar dengan raut yang berbagai macam. Cleo mencari beberapa teman Angga yang harusnya ia hafal wajahnya. Chiko, laki laki bertubuh sekal dengan kulit sawo matanya keluar bersama ketiga temannya. Sebelum menghampirinya, Cleo menimbang apa bisa ia langsung menemui Chiko dengan keberadaan teman temannya.

Namun sebelum Cleo kehilangan kesempatannya, ia memberanikan diri menemui Chiko. Dengan penampilannya yang tertutup, mengenakan topi dan masker yang hampir menutupi semua bagian wajahnya Cleo menarik tangan Chiko dari belakang. Sontak Chiko menoleh dan terkejut dengan keberadaan wanita misterus di hadapanya.

"Lu siapa?"

Semua teman temannya jadi ikut menoleh, karena Chiko yang berhenti tiba tiba.

"Umm ka Chiko kan?" tanya Cleo basa basi.

"Iya lu siapa?"

"Ka, aku boleh ngomong sebentar"

"Ngomong aja, pake nanya lagi. Lu siapa sih?"

"Bedua, please" jawab Cleo.

Ketiga temannya termasuk Mota langsung menuduh Chiko yang tidak tidak, "ciyeeileh ada juga yang ngicer lu ko. udah sana ngomong bedua, kita gak bakal ganggu" tukas Mota mengajak teman temannya yang lain untuk meninggalkan Mota. Cleo bersyukur ia tidak perlu susah susah mengusir manusia manusia itu.

"Lu siapa sih? kenapa lu ngajak gua ngomong bedua kaya gini?"

Cleo menoleh ke segala arah memastikan semuanya aman, melihat itu Chiko sampai mengerutkan dahinya karena penasaran. "Jangan jangan lu mau nembak gua ya, tapi karena lu malu makanya lu pake masker segala, dan gak mau ketauan orang lain biar kalo gua tolak gak malu" ucap Chiko penuh percaya diri.

'aman'

Cleo mulai melepaskan topinya, lalu membuka maskernya, merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. Chiko di depannya sudah membulatkan matanya, melihat perempuan cantik di depanya membuat ia terkejut. 'Gila, ni cewe kalo nembak gua langsung dah gak pake basa basi pasti gua terima' otaknya langsung setuju dengan perkiraannya tadi.

Tapi beberapa detik kemudian, semakin Chiko memperhatikan wajah perempuan di hadapannya semakin ia mengingat sesuatu. Ia telisik dari atas sampai bawah, Chiko benar benar merasa tidak asing dengan perempuan di depannya.

"Bentar kayanya gua tau deh siapa lu"

"Gua Cleo"

"HAH CLEO?!? Pacarnya Angga?!?"

ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang