Setelah semalam terkena siraman rohani dari kedua orang tuanya, hari ini Cleo sudah siap untuk membuat kue hari ini. Untung saja bahan bahan yang ia butuhkan tersedia, karena kebetulan kemarin mamahnya membuat kue, dan bahan bahan yang dipakai hanya sedikit.
"Ma ini gimana?" Tanya Cleo yang berteriak meminta pertolongan mamahnya untuk memasangkan mixer dengan benar.
Keadaan dapurnya sekarang berantakan, kalau ditanya ulah siapa? tentu saja Cleo. Meskipun dibantu sang mama, pekerjaan Cleo yang belum terbiasa itu membuat dapurnya seperti kapal pecah. Hal itu membuat Rita marah, karena kerja Cleo yang berantakan. Rita bahkan sempat menyuruh Cleo untuk membeli saja di toko kue langgannanya, tapi ya tipikal manusia kepala batu seperti biasanya, Cleo menolak.
"Udah kamu tinggal tunggu ini tiga puluh menit nanti kamu angkat, mama mau mandi dulu udah siang soalnya"
"oke ma"
"Nanti biarin kuenya dingin baru kalo mau hias hias boleh, jangan pas panas panas, nanti krim kamu meleleh"
"oke siap mama"
Meskipun tidak yakin Rita akhinya meninggalkan Cleo sendiri.
Jam masih menunjukan pukul delapan pagi, Cleo mendapatkan paket yang diantarkan kurir di depan rumahnya. sekotak jam tangan yang ia pesan secara khusus sudah datang. Cleo memasuki kamarnya untuk segera membungkus kado yang akan ia berikan. Tidak lupa juga beberapa hadih lucu yang ia beli saat sebelum pulang ke Jakarta.
Ia mengambil secarik kertas untuk ia tuliskan beberapa kata kata yang sekiranya mewakili perasaannya yang selama ini belum ia sampaikan. Dengan senyumnya yang tidak pernah lepas dari raut wajahnya yang begitu cerah dengan coretan noda hasil kerjanya membuat kue barusan.
"Semoga abis baca ini Angga mau maafin gua"
Cleo mengecup suratnya berkali kali, pertanda dia bangga pada kerja kerasnya. Untungnya bibirnya bersih dari pewarna, jadi tidak sampai mengotori kartu ucapannya.
"Cleooooo!!!!"
Suara mamahnya terdengar sayup di kamarnya yang berada di lantai paling atas. Cleo belangsutan turun dari kamarnya, teringat kuenya yang tadi mamahnya titipkan padanya.
Namun saat ia menuju dapurnya kue itu sudah berada di atas meja bar, siap dihias. Mamahnya sudah berdecak pinggang menggelengkan kepalanya, pusing dengan kecerobohan anaknya. "Tadi mba yang ngangkatin, kamu kan udah mamah bilangin tungguin"
"iya mah maaf, lupa"
"kalo gosong mama gak mau tanggung jawab Angga makan kue gosong. Udah mama berangkat dulu ya, kamu itu krimnya udah mama buatin tadi tinggal hias aja"
"Oke, siap ma, makasiiiih banyaaaaakkk"
Dengan sigap Cleo mengambil cream yang mamanya buat, hanya berwarna putih karena mamanya sempat berpesan untuk dirinya bisa menambahkan awarna yang dibutuhkannya sendiri. Pertama tama Cleo menyusun kuenya menjadi dua lapis, dengan wipcream di tengahnya agar kokoh menurut instruksi di resep yang ia siapkan.
Lalu selanjutnya ia mulai membaluri seluruh permukaan kue dengan cream putih, rencananya ia akan memakai warna putih dengan sedikit hiasan bunga berwarna biru di atasnya agar tidak terlalu ramai dan mendapatkan kesan elegan.
Melumuri kue dengan cream itu ternyata tidak semudah yang Cleo bayangkan, sekali, dua kali oles, diratakan malah nempel semua. Sampai ia bingung sendiri bagaimana meratakannya.
"Mbaaaa!!"
Akhirnya Cleo memutuskan untuk meminta bala bantuan. Mba Sri, pekerja ARTnya yang kini menjadi bala bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra
Teen FictionIni cuma ekstra, dibaca boleh tidak juga tidak apa. Kelanjutan hidup hari kemarin.