Setelah membaca pesan itu jelas perasaan Angga benar benar tidak karuan. "Arrgghh"
Praankkkk
Sebuah cermin hancur karena ulah Angga yang berani beraninya menonjok cermin dengan sekuat tenaganya.
"Angga lu kenapa?" tanya Sisca khawatir langsung menghampiri Angga yang tertunduk di tembok kamar mandi dengan darah yang bercucuran dari jarinya dan serpihan kaca di sekelilingnya.
"Angga diem disitu jangan gerak!!!"
Buru buru Sisca mencari kotak P3K yang selalu tersedia di tempatnya, untung saja kotak itu mudah terlihat jadi ia bisa segera kembali dan mengobati Angga.
Sisca berlari lagi masuk ke dalam denan hati hati, serpihan kaca itu bisa saja melukainya. Diraihnya tangan Angga yang berdarah dengan telaten ia membersihkannya dari darah yang yang sudah mengotori tangannya juga. "sakit ya? Tahan ya Ga" Tanya Sisca meyakinkan, Angga tak menjawab apapun, pasarh denga napa yang dilakukan Sisca sekarang.
"Angga!!" Mamahnya yang baru saja pulang terkejut dengan keadaan kacau anaknya langsung memeluk Angga erat. "Kamu kenapa sayang?", Angga hanya tertegun menangis di pelukan mamahnya.
Melihat pemandangan itu Sisca sedikit memberikan ruang untuk keduanya. Ia beranjak meraih kotak dan membereskannya, menaruhnya kembali. Pikiranya jadi ikut bertanya tanya apa yang terjadi, sebelumnya Angga meminta ijin kepada dirinya untuk pergi ke toilet sebentar dan ia malah mendapati Angga dengan keadaan seperti tadi. Walaupun rasa penasarannya tinggi namun rasanya tidak elok jika ia menguping pembicaraan Angga dan mamahnya, sehingga ia hanya bisa diam dan menunggu mendapat cerita entah itu dari siapapun.
"Sisca, maaf ya kayanya kamu harus pulang duu. Terimakasih sudah menjaga Angga ya!"
"Tapi tante, Angga kenapa ya?"
"singkatnya Angga di putuskan oleh Cleo, mungkin saat ini dia sedikit terguncang. Besok kamu kesini lagi, sepertinya tante akan meminta tolong untuk kamu bisa menghibur Angga lagi. Tante gak bisa liat Angga kaya gini"
" Tante yang kuat ya, aku akan bantu semampu aku. Aku pulang dulu"
Sisca beranjak dari apartemen milik sahabatnya itu dengan perasaan tidak enak, rasanya jika diijinkan ia memilih untuk tetap disana dan menemani Angga agar tidak terlalu larut dalam sedihnya.
.
.
.
Seperti perkataanya kemarin Sisca datang keesokan harinya, hari masih sangat pagi dia sudah berada disana, memencet bel apartemen yang mungkin saja penghuninya juga masih sibuk dengan mimpi nya. Berdiri manis dengan sekotak makanan dalam paperbag, ia sedikit menunggu di depan pintu kayu coklat berukuran normal dengan sabar. "Nak Sisca, yaampun tante kira siapa, ayo masuk masuk!" dengan senyumnya yang tidak turun Sisca masuk dan menelisik ke berbagai penjuru, sepertinya Angga belum bangun.
"Angga masih di kamar, lagipula kamu pagi sekali"
"Maaf ya tante jadi ganggu"
"Ngga bukan begitu, tante Cuma khawatir merepotkan kamu"
"Ngga ko tante, justru aku dari semalem khawtair banget makanya aku buru buru dateng kesini"
"Terimakasih sudah khawatir sama angga, tante seneng banget Angga punya teman seperti kamu. Kalau begitu tante bangunkan dulu ya, kamu duduk dulu ya"
Beberapa saat berlalu, seperti yang dijanjikan Angga keluar kamarnya atas dorongan dari mamahnya. "Ngapain ke sini?" tanya Angga malas, "Ga!!" protes mamahnya tidak terima akan respon Angga yang seolah tidak menginginkan Sisca disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra
Teen FictionIni cuma ekstra, dibaca boleh tidak juga tidak apa. Kelanjutan hidup hari kemarin.